Minggu yang Indah

19 4 0
                                    

Hari ini hari yang aku tunggu-tunggu, di mana hari ini aku bisa memperpanjang durasi tidurku tanpa mendengar teriakan Emak yang berusaha membangunkanku. Tapi tanpa melihat hari Emak tetap membangunkanku ketika adzan subuh berkumandang, Emak selalu membangunkanku yang sebenarnya ingin tertidur lelap. Tapi enaknya kalo hari Minggu aku bisa tidur lagi usai sholat subuh.

Setelah sholat subuh aku kembali merebahkan diri di ranjang ternyamanku, aku kembali memejamkan mata dan tertidur lelap.

"Riaa..ria, bangun nduk!"

Tidak seperti biasanya Emak membangunkanku pada hari Minggu, biasanya Emak membiarkanku tidur sepuasnya.

"Riaa.." teriak Emak lagi.

Karena terusik dengan teriakan Emak, akhirnya aku memutuskan untuk bangun dan menghampiri Emak yang ada di dapur.

"Ada apa Mak? Ini hari Minggu makk.." ucapku yang masih di sertai rasa kantuk

"Iya Emak tahu, ini Emak kan nanti ada hajatan, kamu tak suruh belanja di pasar, belanja keperluan buat nanti, jangan tidur terus! seharusnya hari libur di buat bantu-bantu Emak, kalau tidur terus kapan majunya?"

Aku yang masih mengantuk hanya bisa mengiyakan perintah Emak, lalu aku bergegas menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka agar rasa kantukku hilang.

"Itu uang dan daftar belanjaan sudah Emak siapkan di meja dekat TV, hati-hati ya berangkatnya"

"Iya Mak.."

Lalu aku mencium tangan Emak dan berangkat ke pasar.

Sesampainya di pasar aku melihat daftar belanjaan, ternyata banyak yang harus di beli, ada cabe, bawang, terong, lengkuas dan lain -lain.

"Duh yang benar aja Emak ini, masa aku di suruh belanja sebanyak ini?" gumamku dalam hati

Setelah aku membeli semua kebutuhan, aku memutuskan untuk langsung pulang karena belanjaan sudah di tunggu Emak di rumah.

Banyak barang-barang yang harus aku bawa sehingga aku kualahan.

"Berat sekali ternyata, mana tadi aku lupa bawa sepeda lagi, apa di sini nggak ada ojek ya?" Keluhku di sepanjang jalan.

Ditt..ditt..

Suara sepeda motor yang tiba-tiba berhenti di sampingku, wah itu ternyata Rico, jantungku berdetak kencang, diam seribu bahasa, tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Loh Ria, sendirin aja?" Sapa Rico

"Hehe, iya Ric ini aku di suruh Emak belanja di pasar buat acara hajatan nanti"

"Segitu banyaknya?"

"Hehe iya"

"Itu berat keknya sini aku bantuin" Rico menawarkan bantuan.

"Tidak usah Ric aku bisa sendiri"

"Udah nggak apa-apa, nggak baik loh menolak bantuan" Rico memaksa

"Baiklah kalo begitu" lalu aku menyodorkan sebagian barang-barang belanjaanku. Rico diam terlihat seperti orang menunggu.

"Ayo Buruan!"

"Maksudnya?"

"Hahaha Ria..ria naik lah, aku boncengin" ucap Rico di sertai tawa ringan.

"Beneran?" aku berusaha meyakinkan apakah yang di ucapkan Rico itu benar.

"Haha beneran lah buat apa bohong?"

"Emm Okelah" jawabku ringan

Jantungku semakin berdetak kencang, aku tidak percaya apakah ini hanya sebuah mimpi? Aku mencoba mencubit tanganku, rasanya sakit, ternyata ini nyata dan bukan mimpi.

Ingin rasanya aku menghentikan waktu untuk sementara agar aku bisa berlama-lama boncengan dengan Rico.

Tapi nyatanya waktu berjalan begitu cepat, tak terasa aku sudah sampai di depan rumahku.

"Ric, udah berhenti di sini, ini rumahku, kita sudah sampai" ucapku

"Ohh ini rumah kamu.."

"Iya ini rumah aku, emang kenapa?"

"Yaa nggak ada apa-apa sih"

Wajah Rico terlihat aneh setelah melihat rumahku, ia terlihat heran melihat rumahku yang hanya berukuran kecil tidak seperti rumah-rumah yang ada di kota.

"Ya udah ya aku langsung pulang aja"

"Eh nggak mampir dulu?"

"Enggak ya, ada sesuatu yang harus di selesaikan"

"Ohh oke kalo begitu makasih ya, hati-hati!"

"Siapp, ya udah aku pamit Assalamualaikum" ucap Rico berpamitan.

"Waalaikumussalam"

Hari ini hari yang sangat indah, aku senang sekali karena aku bisa dekat dengan seseorang yang diam-diam aku kagumi, seseorang yang membuatku meleleh bak sepotong lilin ketika aku melihat senyumnya, seseorang yang membuat detak jantungku berdetak lebih kencang ketika aku berada di dekatnya, soal dia heran melihat rumahku yang  bukan persoalan bagiku, yang penting hari ini aku bahagia, berharap kejadian ini akan terulang kembali.






REALITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang