Hari ini adalah hari pertama aku masuk pesantren, aku di antar Emak dan bapak sekaligus di daftarkan di sana. Di sana kami bertemu Paman Ridwan, beliau menjadi panitia penerimaan santri baru.
Ada beberapa santri baru juga di sana, ada yang menangis tidak mau di tinggal pulang orang tuanya, dan ada yang merengek meminta pulang.
Al Ihsan adalah nama pesantren yang terletak di Jawa Timur tepatnya di kota Surabaya, aku akan menjalani hari-hariku sebagai santri, setiap malam tidurku bukan di rumah lagi tapi di sebuah tempat yang di sebut pesantren.
Hari pertamaku di pesantren sangatlah tidak nyaman, aku harus makan dengan lauk pauk seadanya, tidur sekamar tujuh orang bahkan aku harus rela berdesak-desakan.
Hari ini aku pertama masuk sekolah sebagai siswi baru di Madrasah Aliyah Al Ihsan sebuah sekolah formal untuk kami para santri, di MA Al Ihsan antara santri putra dan santri putri di pisah kelasnya karena sudah peraturan pondok bahwa antara ikhwan dan akhwat tidak boleh di tempatkan di kelas yang sama, hal itu bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Di MA Al Ihsan ada empat jurusan yaitu IPA, IPS, Bahasa, dan Agama. Aku memilih jurusan agama dengan alasan aku ingin mendalami ilmu-ilmu tentang agama supaya aku menjadi pribadi yang sesuai dengan harapan Emak dan Bapakku. Aku sudah mulai mengikhlaskan jalan hidupku, aku terima semua dengan lapang dada, walau terkadang masih terngiang SMA Favorit yang aku idam-idamkan dari dulu.
Kegiatan-kegiatan di pesantren sangatlah banyak. Mengaji, ro'an, musyawarah, khitobiyah dan lain-lain sudah menjadi rutinitas sehari-hari kami para santri, awalnya aku tidak terbiasa dan sering mengeluh dengan banyaknya jadwal kegiatan tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa.
Di pesantren banyak ku temukan teman-teman yang memiliki sifat dan tabiat berbeda-beda. Genduk salah satu temanku yang bisa ku bilang konyol segala tingkah dan lakunya, aku sering di buatnya tertawa sampai terpingkal-pingkal.
Hari Jum'at adalah hari merdekanya para santri, di hari itu kami di bebaskan dari kegiatan-kegiatan sehari-hari, tidak ada ngaji, musyawarah dan lain-lain. Ro'an mingguan menjadi rutinitas di hari Jum'at, hari itu aku mendapat jatah piket dengan Ida, kami ditugaskan membersihkan kamar bagian B.
"Ida, kamu yang bagian membersihkan bagian sini ya aku yang bagian situ" ucapku sambil menunjuk pada bagian yang harus di bersihkan Ida.
"Ha, apa katamu? Sorry ya, sejak kapan santri paling cantik di pesantren ini harus nyapu, ngepel, iuh banget nggak sih, kotor tau.. nanti tanganku jadi ikut-ikutan kotor lagi" ucap Ida dengan lagak kesombongannya.
"Ida, ini kan udah tanggung jawab kita harusnya kita kerjakan sama-sama" ucapku, aku sudah tau sifat Ida yang seperti itu, santri-santri yang lain juga paham bahkan banyak yang tidak suka dengannya.
"Aku bilang enggak ya enggak!!" ucap Ida setengah membentak.
"Heh, ada apa ini ribut-ribut?" tiba-tiba seksi bagian kebersihan datang untuk mengecek apakah ada bagian yang kurang bersih. Apabila ada bagian yang kurang bersih maka bagi yang bertugas membersihkan tadi harus kembali membersihkan lagi sampai terlihat bersih.
"Ini mbak si Ida tidak mau membersihkan area bagiannya" ucapku mengadu pada pengurus.
"Apa benar itu Ida?"
"Eh eh enggak mbak, aku mau kok membersihkannya, jangan percaya sama si Ria mbak!" ucap Ida berusaha membela dirinya
"Kalo benar katamu, ayo cepat bersihkan sekarang juga! jangan banyak tingkah!"
"Baik mbak akan saya bersihkan sekarang juga" ucap Ida sembari langsung memegang sapu dan di usapkan ke lantai.
"Bagus" ucap mbak pengurus kemudian pergi untuk mengontrol yang lain.
Aku menahan tawa, dalam hatiku berkata itulah balasan bagi seorang pemalas seperti Ida, semoga dia jera dengan kejadian ini.
Tunggu next chapternya ya guyss...
Oh iya jangan lupa tinggalkan kritik dan saran supaya karya saya lebih baik kedepannya...See you👋
KAMU SEDANG MEMBACA
REALITA
Short StoryPuji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, karena berkat Allah lah karya saya ada, tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada orang tua saya, keluarga saya, dan orang yang selalu setia mendukung saya. "REALITA" adalah karangan pertama saya, kary...