Kringg...kringg..
Bel istirahat berbunyi, aku merapikan meja lalu mengajak Lisa pergi ke kantin.
"Ke kantin yuk Lis aku laper banget nih"
"Iya Mar, yuk!"
Sesampainya di kantin aku memesan nasi goreng karena lapar sekali tadi belum sempat sarapan.
"Kau mau pesen apa Lis?"
"Aku pesen siomay aja sama es eh"
"Oke"
"Buk, es teh dua, nasi goreng satu, sama siomay satu" ucapku kepada ibu penjaga kantin.
"Baik nak tunggu sebentar!"
Tak lama kemudian makanan yang kami pesan datang, tanpa berfikir panjang aku langsung menyantap nasi goreng yang aku pesan. Lalu tak butuh waktu lama makanan yang kami pesan sudah ludes masuk ke perut.
Setelah makan aku dan Lisa tidak langsung kembali ke kelas, aku berbincang-bincang ringan sambil menikmati snack yang ada.
"Lis, aku mau ngomong sesuatu"
"Ngomong apa Mar? ngomong aja!"
"Aku mau nanya nih, kira-kira aku cocok nggak sama si R itu?"
"Maksudnya? Yang jelas Mar, aku nggak paham nih"
"Ihh masa nggak peka sih, gini ya Lisa.., misalkan aku pacaran dengan Rico cocok nggak? Kamu setuju?"
"Hahaha bercanda apaan tuh Mar? nggak lucu tau" ucap Lisa di sertai tawa.
"Ihh siapa yang bercanda? aku serius.., kan cocok tuh Ria Agustina sama Rico Andrian kan namanya sama-sama diawali huruf R dan A".
"Hahaha kurang obat kamu ya? bercandanya keterlaluan" ucap Lisa yang masih mengira aku bercanda padahal dari tadi aku serius.
"Lis, dari tadi aku serius loh"
"Hahaha nggak percaya aku" Lisa masih tidak percaya
"Ya udah deh terserah kamu kalo nggak percaya" aku jengkel dengan sikap Lisa yang tak kunjung memepercayaiku.
"Eh benarkah tadi kamu nggak bercanda?"
"Iya Lisaa dari tadi aku kan sudah bilang, aku seriuss!"
"Haha tidak mungkin" Lisa menggelengkan kepala seolah-olah hal yang aku ucapkan tidak benar.
"Ria! aku tahu kamu cantik, pintar dalam mapel apapun kecuali matematika, tapi jagalah persahabatan kita! kamu tau kan kalo pacaran itu mengacaukan segalanya, mengacaukan persahabatan, kamu sudah tau, jadi kenapa kamu masih ingin pacaran??" Ucap Lisa dengan nada tinggi sedangkan aku tidak tau apa maksud Lisa mengatakan hal itu.
"Tapi Lisa kamu salah paham, aku tidak akan menghancurkan persahabatan kita hanya dengan soal pacaran" ucapku meredakan amarah Lisa.
"Udah aku tidak mau mendengarkan penjelasan apapun!! jauhi Rico kalo kamu masih ingin aku menjadi sahabatmu!" ucap Lisa lalu pergi begitu saja meninggalkan aku yang masih terdiam tidak mengerti apa yang dimaksudnya.
"Mengapa jadi seperti ini? biasanya kami selalu terbuka, aku selalu menceritakan apa saja yang aku alami, bahkan Lisa sudah tahu semua tentangku, kenapa dia jadi marah seperti ini?" Batinku.
Aku pulang sekolah dengan lemas, aku melapaskan sepatu, melatakkan tas, lalu masuk kamar dan merebahkan diri di kasur.
Aku masih teringat kejadian di kantin tadi, aku heran mengapa Lisa bisa semarah itu sama aku.
Aku teringat suatu hal, aku tahu sekarang mengapa Lisa semarah itu, dulu Lisa pernah cerita, ia pernah punya sahabat baik sebelum ia kenal dengan aku, mereka selalu bersama, kemana pun pergi selalu bareng, tetapi semenjak sahabatnya punya pacar Lisa tak lagi dihiraukan, ia selalu asyik dengan pacarnya sehingga tidak peduli lagi dengan Lisa. Akibatnya persahabatan mereka hancur begitu saja, tidak ada pergi bersama-sama lagi, bahkan bergurau sejenak pun tak ada. Sahabatnya terlalu sibuk menghabiskan waktu dengan pacarnya.
Mungkin itu alasan Lisa mengapa ia jadi semarah itu sama aku, dia berfikir kalo aku pacaran hal yang pernah terjadi antara ia dan sahabatnya dulu akan terjadi lagi, tapi anggapan dia salah aku bukan tipe orang yang seperti itu, Lisa sahabat baikku mana mungkin aku melupakan ia hanya karena pacaran saja?
Ahh sudahlah, lebih baik sekarang aku memikirkan bagaimana cara agar persahabatanku sama Lisa kembali membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
REALITA
Krótkie OpowiadaniaPuji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, karena berkat Allah lah karya saya ada, tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada orang tua saya, keluarga saya, dan orang yang selalu setia mendukung saya. "REALITA" adalah karangan pertama saya, kary...