Part 1

122 4 0
                                    

SUN POV

"Wah, menyebalkan...ada tugas dari Ibu Ladda untuk meminjamkan personil kita ke klub drama"
"Hah?meminjamkan? memangnya kita punya waktu luang dengan segala kompetisi itu"

"Klub drama sedang menggarap sebuah drama musikal, jadi membutuhkan seorang pianis"

Aku tertegun, pianis? Benarkah?

"Tolak saja, lagipula di klub drama ada 'nenek lampir' itu, aku tak mau bekerjasama dengannya"

"Hussh, jangan keras-keras pacarnya ada di ruang sebelah"

Pacar? Ah, phi Punn, pria yang selalu memainkan piano dengan indah itu sudah punya pacar rupanya. Tidak heran, dia terlalu sempurna untuk tetap menjadi lajang.

"Tapi aku harus bilang apa ke Ibu Ladda? Huuh menyebalkan sekali.."

Dalam sekejap mata, entah keberanian dari mana mendadak aku mengacungkan tanganku.

"Hai anak baru, kenapa kau?"
"Bolehkah aku yang pergi membantu klub drama"

"Kau?"

"Memangnya anak baru sepertimu bisa apa? Sudah bisa baca nada dengan benar belum?"

"Ah..aku...bisa..tentu" mendadak aku jadi gagap karena menghadapi para senior itu.

"Kau tahu tidak, disana kau bakal dipermalukan, dasar junior tak tahu diri...kau belum tahu si nenek lampir itu ya"

"Eh tunggu biarkan saja, sepertinya bakal menarik melihat dia menangis karena itu"

"Tapi dia bisa mempermalukan nama klub kita"

"Tak apa, nanti kita bilang saja itu kemauan dia sendiri...bukan atas nama klub, lumayan bisa mempermainkan Claire"

"Sssst sudah kubilang jangan sebut namanya, pacarnya di ruang sebelah"

Aku hening mendengarkan mereka berdebat sendiri. Beberapa junior sepertiku memilih terus membersihkan ruangan tanpa menginterupsi karena tak mau terkena masalah.

"Oke, baiklah kau boleh pergi ke Klub Drama, tapi seperti yang kau dengar...kalau nanti kau menangis minta pulang, kami akan bilang kami tak pernah secara resmi mengirimmu"

Aku menelan ludah mendengarnya. Tapi kepalang tanggung.

"Ba..baiklah kak"

"Oke, pergilah ke ruang klub drama besok. Sekarang lanjutkan pekerjaanmu, oh dan satu lagi...tolong belikan kami susu pisang di kantin, seluruh persiapan untuk kompetisi selanjutnya membuat kami kehabisan energi"

"Baiklah"

Sound of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang