Part 6

69 7 0
                                    

Part 6

Sun POV

A Days Out. Hari ini minggu pagi akhir bulan. Sudah selama tiga bulan terakhir ini, Aku menjalani ritual yang sama. 'A Days Out, aku menyebutnya. Biasanya aku pergi keluar asrama, membawa violin. Naik bus menuju ke kota, berhenti di Halte ketiga, menuju toko penjual CD dan kaset music di ujung jalan, kemudian aku melanjutkan berjalan kaki ke taman kota. Di taman kota, biasanya ada gerumbulan anak-anak yang sedang bermain lalu akupun memainkan lagu-lagu favorit mereka. Dari lagu daerah, nursery rhyme, bahkan lagu anime yang saat ini sedang tayang, sesuai request dari para penonton. Setelahnya, aku bisa duduk santai sambil menikmati ice cream mint yang super dingin sampai matahari sore meredup perlahan. Dengan begitu, aku akan kembali merasa hidup untuk menjalani hari-hari di Ritdha Highschool selama sebulan ke depan.

Pagi ini aku menaiki bus yang sama, duduk didekat jendela. Mataharinya hangat sehingga membuatku ingin memejamkan mata. Aku turun di halte ketiga, berjalan kaki sambil melompat kecil ke toko CD di pojokan jalan. Masuk ke toko sambil melihat-lihat barang baru. Wah, aku menemukan sebuah tape kaset lawas yang nampaknya baru datang.

"Selamat siang, apa koleksi ini baru datang?" aku mengacungkan kaset tersebut kepada kakak penjaga toko, Kak Fon namanya.

"Ah iya kau benar, tapi barang koleksi itu sudah ada yang memesan...maaf ya"

"Ah begitu ya, baiklah"

Hmmm. Sayang sekali, padahal kaset itu bisa jadi hadiah yang menarik untuk tante saat ia pulang di akhir bulan nanti. Sun pun kembali melihat-lihat isi toko dan mengambil beberapa CD lawas.

"Kau suka barang lama juga, dik?"

"Hehe, iya kak...dulu kesukaan Ibuku"

Kudengar ada yang membuka pintu toko, ah rupanya ada pelanggan lain selain aku. Syukurlah, tak banyak yang masih mengunjungi toko lawas CD player semacam ini di zaman digital ini. Aku melanjutkan melihat beberapa koleksi dan hendak melanjutkan perjalanan. Saat akan pamitan dengan Kak Fong, ia terlihat sedang melayani pengunjung tadi di meja kasir, akupun hanya melambaikan tangan padanya, tanda berpamitan. Tapi...rasanya punggung pengunjung tadi tampak tak asing bagiku.

'Haha, tak mungkinlah dia, bisa-bisanya aku menilai orang berdasarkan punggungnya saja.', Pikirku sambil meneruskan perjalananku ke taman kota.

Taman kota hari ini tampak tak terlalu ramai, tapi tetap saja anak-anak banyak bermain disana. Selalu menyenangkan melihat kaki-kaki kecil itu berlarian. Ah, aku mengenali anak berbaju kuning berambut cepak itu. Ia bernama Tan, kami berkenalan bulan lalu, ia dan teman-temannya biasanya memang ke taman ini tiap hari minggu. Aku melambaikan tangan ke arahnya dan tersenyum. Ia dan beberapa temannya menghampiriku.

"Oey Sun...kau datang lagi" Dia berteriak sambil berlari ke arahku

"Haha...tolong ditambahkan 'Kak' sebelum namaku ya Tan" Protesku

"Kau tak terlihat seperti orang dewasa Sun"

"Apalagi kau, bocah"

"Heey, itu pujian...orang dewasa itu menyebalkan tahu...kau tidak"

Aku tergelak mendengarnya. Bahkan bocah SD saja gaya bicaranya sudah seperti orang yang tahu segalanya.

"Kau akan memainkan lagu-lagu yang kami minta lagi Sun?" Sahut gadis kecil yang ada di sebelah Tan

"Ya Plum...kau ingin mendengar apa?"

"Waaaw...bisa kau mainkan aku lagu Pororo? Banana Cha Cha?Please"

"Wah, aku tak tahu lagu itu...coba aku cari dulu nanti ya, maaf"

"Coba kau mainkan lagu Power rangers saja" Sahut Tan

Sound of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang