Part 11

46 4 0
                                    

Sun POV

Sudah 2 minggu aku berlatih bersama Klub Drama, diluar dugaan, ternyata mereka cukup baik padaku. Mereka memberikan ruang padaku untuk memberikan aransemen terbaikku. Kak Fluke memang kadang sangat berisik dan mengganggu, tapi tetap saja, kerendahan hati dan uluran tangannya padaku saat itu tak akan pernah kulupakan. Kepercayaan yang akan kujaga hingga nanti pertunjukan kami berlangsung. Aku juga tak ingin mengecewakan Kak Claire, aku ingin menunjukkan padanya bahwa aku bisa membuatnya lebih bersinar di panggung. Akan kumainkan musik terbaikku untuknya.

"Sun, kau belum menyetorkan partitur lagu solomu padaku" tagih Kak Fluke

"Ah, iya kau benar kak...sepertinya aku meninggalkannya di kelas, maafkan aku...aku ambil sebentar ya" Aku bergegas keluar dari auditorium dan kembali ke kelas.

Kelasku ada di lantai 2 diujung tangga, kurasa aku harus bergegas agar tak mengganggu jadwal latihan yang lain. Akupun berlari di lorong sekolah sampai tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu dan terjatuh menubruk siswi didepanku.

"Ouuch...maaf" Aku minta maaf segera

"Haa...lihat ini, siapa ini si kecil yang mulai berani" Ujar suara didepanku. Ternyata Kak Namploy, salah satu seniorku di klub music.

"Haha, Ploy...sepertinya dia mulai sok ya gara-gara dekat dengan si nenek sihir itu"

Mereka bertiga mendekatiku. Firasatku sungguh tak baik soal ini.

"Maaf kak, aku tak bermaksud menabrakmu"

"Tak bermaksud? Ya, tentu saja...bilang saja kau ingin menikam kami dari belakang, kurasa kau harus diberi sedikit pelajaran ya" Ujar Kak Ploy

Ketiganya menyeretku menuju klub musik. Sesaat sebelum sampai ruang klub, aku melihat Kak Wave berpapasan dengan kami dan kembali membuang muka padaku. Aku yang saat ini rasanya tak punya harga diri untuk menatapnya lagi dengan kondisiku saat ini. Dia benar, aku terlalu pengecut untuk menghadapi masalahku.

"Hai, adik manis...kau si murid pindahan yang kemarin bikin ulah dengan kelas Gifted di kantin ya? Kenapa? Kau mengadu soal kami?" Kak Ploy menarik kerahku setelah sampai ruang Klub

"Ti..tidak kak...aku tak berani"

"Woooo...tak berani? si licik ini. Hai muka dua...kau tahu kan kau kukirim untuk mengacaukan pertunjukan si nenek sihir itu...kenapa kau malah membantunya, hah?"

"Bukan Cuma itu, Ploy...katanya dia juga akan melakukan pertunjukan solo di drama itu...konyol sekali kan"

"Kau ini ingin ketenaran ya?" Dia mendorongku

"Tidak kak...bukan begitu"

"Omong kosong...bukan apanya, kalau kau sangat ingin terkenal, sini!" Kak Ploy membuka paksa kancing bajuku dan kedua temannya merekam semua ini dengan ponselnya.

"Hentikan kak, kumohon"

"Hentikan? Oke...baiklah, asal berjanjilah padaku...kau akan mengacaukan pertunjukan itu saat tampil nanti" Ejek Kak Ploy

"Jangan... hentikan"

"Tentu kau tak ingin kan, video memalukanmu ini tersebar ke seluruh isi sekolah"

"Hentikan kumohon"

"Buat perjanjian denganku!!" Bentaknya

Kenapa. Padahal aku baru merasa keberadaanku ada artinya. Kenapa hal-hal buruk terus terjadi padaku. Ini sungguh tak adil.

"Aku...tak mau..."

'Plaak' Tamparan keras mendarat di pipiku, rasanya panas dan perih.

"Ha? Apa? Aku tak salah dengar...tak mau? Memangnya kau punya pilihan saat ini? Dasar bocah sok"

"Aku tak mau...aku tidak akan mengkhianati kepercayaan mereka" Aku mendorong mereka dan berusaha merebut ponsel mereka

"Hahaha...Ploy, lihatlah tingkah si bodoh ini, sangat membosankan. Apa dia pikir ini serial drama"

Aku menyerang mereka membabibuta dan mereka mengeroyokku. Aku tak peduli lagi pada apa yang mereka lakukan, aku Cuma perlu merebut ponsel mereka dan menghancurkannya sampai tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu klub.

"Wooy...buka...aku sedang mencari temanku" terdengar suara Kak Wave dari balik pintu

"Brengsek siapa sih, buka pintunya Yuri" seru Kak Ploy

Setelah pintu dibuka, kulihat sosok Kak Wave disana sendiri. Entah mau apa dia. Apa dia akan menolongku?

"Aku mencari Punn"

"Ah, Kak Wave...Phi Punn tak ada disini...mungkin dia di kantin" Jawab Kak Ploy senetral mungkin

"Ooh...ah tapi apa kalian tak tahu, kalau bullying itu bisa dilaporkan ke komite disiplin sekolah?"

"Ah, kurasa kau salah paham kak...kami Cuma sedang mengajari adik kelas kami tata krama...biasalah junior seperti dia masih harus banyak belajar"

"Haaaa...mengajari tata krama ya...tapi kurasa yang kulihat tak seperti itu" Kak Wave mengacungkan ponselnya dan memainkan sebuah video yang mereka perilaku para senior padaku diruang klub.

Ketiga seniorku tampak pucat pasi melihat video di ponsel Kak Wave. Mereka tampaknya sangat kaget dan tidak memperkirakan hal ini.

"Setahuku perilaku perundungan punya poin pelanggaran yang besar di Rithda, aku tak ingin kalian sampai kena masalah"

"Maaf Kak" Kak Yuri semakin pucat

"Maaf? Padaku? Kurasa tidak, kemarikan ponsel kalian" Kak Wave mengambil paksa ponsel milik mereka. Setelah menyentuhnya ia menjatuhkan ponsel-ponsel itu ke lantai.

"Kurasa kalau lebih baik aku tak melihat wajah kalian lagi" Ujar Kak Wave kemudian dengan wajah mengerikannya.

Kak Wave kemudian membantuku berdiri dan memberikan jaketnya padaku. Setelah menarik risleting jaketnya kemudian dia menarikku dari situ. Aku tak bisa berpikir apapun dan hanya mengikuti langkahnya karena tangannya mencengkeram pergelangan tanganku dengan erat, rasanya agak sakit. Tapi jauh lebih baik daripada pipiku yang masih terasa panas.

"Maafkan kami...kami tak akan melakukannya lagi" sayup-sayup kudengar Kak Ploy mencoba meminta maaf dari arah ruang klub.

Sound of MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang