Bab 20

155 5 1
                                    

Terjal perjalanan menuju Merapi tidak dirasakan oleh Joko Nunggal. Ia hanya melihat bahwa dengan mata bathinnya  bisa meningkatkan ilmunya. Untuk itu sementara ia hanya ingin memasrahkan diri menjalani laku. Banyak hal bisa terjadi termasuk, bila takdir datang dan nyawanya lepas dari raganya, atau dan nyawa dan raganya menghilang masuk dalam istana jin dan tidak lagi kembali ke dunia nyata. Merapi adalah misteri semuanya bisa terjadi atas kehendak yang Kuasa jagad raya.

Ia memulai perjalanan dengan mengucap doa. Melepas semua hasrat dan kenikmatan dunia yang bisa saja ia bisa lakukan. Namun ini adalah tuntutan ilmu tingkat tinggi. Butuh kesiapan mental menghadapi maut, butuh kepekaan menangkap bisikan alam. Kemarin-kemarin ia tidak mengerti apa artinya sangkan paraning dumadi, ketika keluar dari perguruan hanya hasrat meletup untuk membuktikan seberapa kuatnya ia menghadapi badai namun dalam perjalanan waktu saat ini ia sadar kekuatan sebesar apapun yang dimiliki manusia tidak akan ada gunanya menghadapi kekuatan alam. Apalagi pada gelegak Merapi kalau sedang menyemburkan awan panas. Yang  ia pikirkan adalah bagaimana menjalani laku dengan kebulatan tekat untuk mendapatkan ilmu tulus.

Itu sebuah perjuangan berat.  Dalam hatinya masih tersisa rasa kecewa, rasa dendam, dan hasrat-hasrat lainnya yang masih menggelora. Jika ia ingin melangkah dan masuk ke alam lain bertemu dengan makhluk yang memiliki dunia namun lain dimensi, untuk bisa kembali hanya satu kuncinya ilmu tulus.

Joko Nunggal berjalan terus menuju ke puncak Merapi, sementara Srintil dengan setia mengikuti dari belakang. Ia tidak ingin menggoda Joko Nunggal dengan hasrat-hasratnya yang sering membuatmu menahan nafas. Ia tidak ingin getar-getar cinta yang mulai timbul mengacaukan misi Joko Nunggal. Beberapa waktu lalu Joko Nunggal berkata bahwa ia tengah menjalani sebuah tuntutan dari ilmu yang diberikan Kyai Guntur Api.

Secara gamblang sebelum berangkat menaiki gunung,  perjalanan spiritualnya akan sia-sia jika dalam bathinnya masih ada titik-titik dendam dan hasrat menikmati cinta yang sering meletup – letup tidak terkendali. Kalau mau berhasil, ilmu tertinggi yang bisa berhasil mencapai tataran ilmu yang dikehendaki adalah ketulusan. Pasrah sumarah, seperti kembali ke pikiran bayi yang polos, seperti kertas putih yang belum tertulisi, masih polos. Itu tidak mudah, kecuali ada yang menjaganya mengingatkan dan meluruskan jalan yang bengkok.

Ia ingin mendampingi Joko Nunggal mewujudkan tuntutan ilmu dari Sang Kyai. Untuk itu ia diam dan hanya mengikuti dari belakang, memasrahkan perjalanan pada sang takdir. Itulah kesejatian cinta yang berusaha ia hadirkan. Meskipun  tahu mungkin saja  tidak akan bisa memiliki cinta yang ia harapkan itu. Paling tidak jauh dalam hati  sudah tulus berkorban demi orang yang dicintainya.

***

Joko Nunggal hampir mencapai puncak Merapi, ia seperti menembus fatamorgana, masuk dalam gerbang dari dimensi lain. Seperti sebuah perjalanan mimpi, Di depan gerbang itu ia melihat manusia-manusia dengan wajah cukup aneh, Melihatnya dan membiarkan lewat. Senyum mengembang di bibir Joko Nunggal membuat makhluk-makhluk di depannya hormat dan menunduk. Namun di antara makhluk berwajah aneh, muncul juga tiba-tiba raksasa , dengan muka hitam dan dari bibirnya muncul taring panjang, dengan lindah memanjang.

Makhluk itu berusaha menyerangnya, namun dengan satu kibasan Joko Nunggal bisa menghindar dari serangan itu. Ia hanya menggerakkan tangan tanpa bermaksud untuk menyerangnya, seperti spontan bergerak membuat makhluk itu terjengkang, lenyap. Selanjutnya ia sudah ditunggu oleh makhluk lebih mengerikan dengan rambut berapi, hidung besar bermuka hijau. Sekelebat bau anyir terasa menusuk hidungnya.

Api menjilat-njilat dari rambut apinya. Makhluk mengerikan seperti mau membakar tubuhnya, berusaha merangkul dan membuat dirinya terlilit api. Jika ia berpikiran untuk segera menghindar dan terpancing emosi dan kemarahannya itu sebuah kekalahan awal. Dalam pikiran Joko Nunggal ia harus memurnikan emosinya seperti bayi, seperti manusia yang tidak mempunyai kemampuan apa-apa seperti bayi, anak kecil yang malah mengajak canda makhluk yang berkelebat dalam mata bathinnya.

Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang