Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan Menoreh

Bab 4

Srintil belum ingin pulang. Ia ingin mencari ilmu. Ternyata setelah cobaan demi cobaan ia bertekad ingin belajar silat. Tidak peduli ia perempuan. Setelah melihat hebatnya kakek serba tahu ia penasaran bagaimana belajar tentang ilmu kanuragan. Bisa melenting tinggi, melompat dengan ringan, menghindar dengan lincah dari orang jahat.

Selama ini perempuan hanyalah dianggap makhluk lemah, tanpa daya, mudah dimanfaatkan, dipermainkan oleh Laki- laki. Setelah ditiduri, hamil langsung kabur. Perbuatan bejad lelaki tidak membuat perempuan hanya sebagai pesakitan. Makhluk lemah tidak berdaya itu terus membayang dalam benaknya. Sampai kapan perempuan hanya sebagai sasaran nafsu lelaki. Ia merasakan sendiri saat diculik oleh begal- begal laknat anak buah Duratmoro. Bersyukur ia lolos. Sebagai penari ndulalak yang cukup terkenal di Kaliangkrik mungkin ia sudah dilupakan. Orang akan mengenangnya sebagai korban dari begal.

Ia sebetulnya rindu tetapi ditahan demi dendamnya ia harus mencari perguruan yang mampu menampungnya. Sebetulnya ia ingin berguru ke Kakek Serba Tahu tapi ke mana ia mencari. Ia tidak kea rah Menoreh. Dengan menyamar sebagai lelaki Srintil terus melangkah ke arah dua gunung besar di sisi Timur. Dari perjalanan yang ia lalui Srintil tahu bahwa dua gunung besar itu adalah Merapi dan Merbabu. Ia ingin mencari ilmu di lembah Merapi. Kyai Guntur Geni orang paling berpengaruh di seputaran Merapi. Di sekitar kawedanan Kedu namanya sudah terkenal. Kata orang ia sebetulnya masih kerabat Keraton Mataram. Kyai Guntur Geni hanya ingin bebas. Mengabdi pada masyarakat tanpa dipenuhi aturan- aturan seperti halnya pangeran di sebuah keraton yang penuh tetek bengek aturan. Kyai Guntur Geni ingin menjadi manusia bebas yang bisa dengan leluasa babat alas milang kori.

Itu cerita gethok tular dari mulut ke mulut. Maka hampir semua orang yang tertarik bela diri ingin berguru pada Kyai Guntur Geni. Sebelumnya Kyai Guntur Geni pernah tinggal di sekitar Gunung Tidar. Tetapi kata orang yang pernah mendengar tentang Kyai Guntur Geni. Kyai ingin tempat yang lebih dingin, lebih tenang dan bisa melakukan banyak hal terutama kebaikan. Ia pernah menjadi priyayi di Keraton. Semuanya dilayani, sudah tersedia. Dan akhirnya Kyai Guntur keluar Keraton dan melakukan pengembaraan sampai tanah sabrang. Ketika usianya menginjak usia sekitar 20 tahunan ia memutuskan mengembara, sambil belajar dari alam.

Ia punya bekal bela diri ketika sejak kecil selalu diajarkan bagaimana belajar bela diri dari gerakan dasar. Ia juga diajarkan untuk laku prihatin dari gurunya. Tetapi perkembangan ilmu bela dirinya kurang. Ia tidak serius karena dimanja. Tidak setangguh orang- orang yang biasa diterpa alam,belajar keras bela diri dan hidup yang serba kekurangan.

Dari dongeng orang – orang yang ditemui dalam perjalanan. Tekadnya semakin kuat untuk belajar pada Kyai Guntur Geni.

Srintil terus melangkah. Ia merasa dibimbing entah oleh siapa. Perjalanannya tidak banyak hambatan. Namun ketika jalan mulai terjal menanjak ada banyak hal ditemui yang membuat aneh. Ia seperti mendengar suara- suara gamelan saat melintas di seberang sungai.

Apakah benar atau sayup sayup mendengar musik gamelan. Gamelan itu tampak sangat dekat tetapi ketika dicari suara itu kemudian hilang.

"Ki sanak, kalian dengar khan suara gamelan itu. Bisakah beritahu di mana tontonan itu manggung."

"Oh, Ki sanak belum tahu itu hanya suara yang tidak jelas dari mana datangnya. Hanya banyak yang meyakini itu suara gamelan dari negeri Jin. Masuk wilayah kerajaan Merapi.

"Memangnya Merapi itu kerajaan, Bukankah kerajaan itu yang ada hanya ada Mataram. tidak ada Kerajaan. La wilayah ini juga masuk wilayah Mataram tho."

"Iya, betul. Negeri besar hanya dua. "

"Tanah kita adalah Nuswantoro. Dan salah satu keunikan ceritaku adalah tentang kerajaan Jin."