Bab 7

147 6 2
                                    

Samar- samar terdengar suara bayi lantang membelah pagi. Kencang tangisannya sampai ayam- ayam ikut berkokok. Perjuangan berat dilalui Sawitri untuk melahirkan bayi laki- laki hasil percintaan Sawitri dengan Joko Nunggal. Sawitri berbulan- bulan ditinggal oleh Joko Nunggal yang mengembara. Sawitri sadar ia menikah dengan seorang pengelana, pengembara yang tidak pernah menetap. Ayah dari bayinya itu tidak bisa diikat untuk menunggu kelahiran putranya yang rupawan. Joko Nunggal tidak pernah terikat dalam perjanjian untuk menikahi Sawitri. Kisah percintaannya spontan, ketika hasrat anak muda tidak bisa dibendung. Sawitri cukup tahu diri untuk tidak mau menyesali apa yang telah terjadi, ia menjalaninya meskipun harus selalu dihadapkan dengan pertanyaan- pertanyaan aneh dari orang- orang sekitarnya.

Sejak dulu terasa aneh jika seorang perempuan hamil dan melahirkan anak tanpa diketahui jelas siapa ayahnya. Si orok itu harus menghadapi kenyataan bahwa ia tidak ditunggui ayahnya saat – saat terpenting dalam hidupnya ketika ia mulai menyesap nafas kehidupan di luar gua garba ibunya. Dalam lelehan tangis antara sedih dan bahagia Sawitri memandang bayi itu. Ia akan membesarkan anak yang sedang dicari nama pas untuk putra semata wayangnya. Putra seorang pendekar pengembara yang pulang entah kapan. Sawitri tidak bisa memastikan. Sudah menjadi resiko ketika ia mempunyai "suami" seorang pendekar pengelana. Anaknya harus melewati hari- hari tanpa kehadiran ayah, tanpa kehadiran lelaki yang selalu mendampingi ibunya dalam suka maupun duka. Sawitri pun tahu bisa jadi Joko Nunggal sudah mempunyai kekasih lain. Ia masih tetap berdoa dan berharap suatu hari nanti akan bertemu dengan ayah dari anak lelakinya.

Tetesan air matanya membulir campuran rasa kangen dan kebahagiaan telah diberi momongan. Tetapi ia juga sedih karena omongan tetangga sekitar santer terdengar, membuat perih hatinya.

Tetapi semunya sudah terjadi dan ia harus menjalani kehidupannya tanpa banyak mengeluh. Ia kasihan pada orang tuanya yang selalu mendapat pertanyaan bertubi- tubi di mana suami Sawitri berada.

Sudah menjadi pilihan hatinya ia harus beristrikan seorang pendekar. Joko Nunggal pasti harus menjalani kehidupannya di perantauan dengan banyak tantangan. Bisa jadi kewalahan menghadapi musuh – musuhnya berbeda di tiap daerah. Semoga saja suaminya selalu mendapat perlindungan dari Tuhan Sang Pencipta, sehingga suatu saat bisa pulang dan membesarkan anaknya bersama- sama.

"Sawitri, kapan suamimu pulang, jangan – jangan dia sudah punya istri lagi, kau bagaimana?"

Tetesan air mata itu membasahi sentongnya. Ia masih lemas, tenaganya terkuras untuk melahirkan anak laki laki yang sekarang ada di sampingnya. Bayi itu secara naluri bergerak- gerak, tangisan kencangnya terus memecah kesunyian bersanding dengan suara gerojokan dari air terjun dekat rumahnya. Melengking – lengking menahan lapar. Pelan- pelan secara naluri keibuan ia dekatkan bayinya ke dadanya. Ia membuka bajunya, mengeluarkan susu yang membesar kencang. Anaknya ia biarkan mencari puting susu ibunya.Tangisan masih keras karena ia belum berhasil mencari yang ia mau. Sawitri tidak ingin memanjakan anaknya. Ia biarkan secara alami dengan naluri mencari makanan. Dengan susah payah akhirnya bayi itu menemukan puting susu ibunya tepat di mukanya. Pelan – pelan ia sedot putingnya. Sawitri menahan kesakitan. Tetapi ia membiarkan kesakitan sementara menderanya. Naluri bayinya ia biarkan berkembang sejak keluar dari rahimnya. Pelan- pelan bayi itu menikmati sedotan demi sedotan dari ujung mulutnya, tergagap- gagap dan tampak bersemangat menyedot puting susunya yang pelan – pelan sedikit demi sedikit mulai mengeluarkan air.

Dari warna keruh terus pelan – pelan memutih. Bayi itu akhirnya kekenyangan dan tertidur pulas dengan mulut masih menganga persis di depan puting ibunya. Bayi itu tampak tenang tertidur lama. Ia bangun kembali saat lapar, menyedot puting lalu tidur lagi. Setelah dua hari tenaga Sawitri mulai pulih. Dan ia harus bisa mengurus bayinya dari mengganti popok, sampai memandikannya.

Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang