BAB 3

306 11 1
                                    

Di tepi Kali Tringsing lembahnya begitu menakutkan. jurang menganga, dan hewan- hewan liar seperti harimau, ular piton, kadang muncul dari gua- gua di tepi sungai. Tidak banyak manusia yang berani menembus lembah di sana. Tringsing mengalirkan air jernih dan banyak batu- batuan hitam elok. Ada beberapa candi yang berada di bibir jurang. Candi - candi yang banyak dibangun semasa kejayaan Budha dan Hindu. Keadaan candi itu cukup merana karena tidak lagi menjadi tempat berdoa. candi  cukup parah karena pernah kena guncangan lindu atau gempa dan sasaran letusan Merapi yang dahsyat Banyak magma yang nyasar membatu di tengah sawah. Bongkahannya besar hitam dengan lobang- lobang kecil tempat semut bersembunyi. Di sekitar batu yang sudah mulai berlumut itu banyak petapa sengaja menepi untuk dari hiruk pikuk keramaian. Di samping menambah kesaktian banyak petapa yang melakukan ritual itu karena ingin mencecap keheningan, masuk dalam alam sepi dan melebur dalam luasnya alam semesta. pepohonan rindang dari beringin tua ratusan tahun, atau kayu mahoni dan jati yang lingkaran pohonnya hampir serumah. akar- akarnya menjalar dengan lumut- lumut menempel dan juntaian ranting serta rimbunnya dedaunan benar- benar membuat ngeri yang melewatinya, terutama saat malam hari. Sementara jarak desa satu dengan lainnya cukup jauh.

Dusun- dusun di lereng gunung Merapi kebanyakan rumahnya dari anyaman bambu dan tiang- tiangnya terbuat dari jati tua dan nangka. Ambennya panjang dan lebar, rumah rata- rata luas. Dapurnya juga luas, menyimpan padi- padi yang siap digunakan untuk bibit. kayu- kayu perapian tertumpuk rapi di atas perapian. Hampir setiap orang pagi- pagi mereka minum teh yang didapat dan dibeli di pasar. teh itu datang dari pedagang Cina yang sudah biasa mangkal di hampir pasar induk. Dengan gula aren yang dipotong- potong maka teh panas terasa nikmat diminum. Di depan mereka ada jadah goreng dan singkong bakar menambah nikmat suasana pagi yang masih terasa berkabut dan dinginnya luar biasa. Mereka biasanya memakai sarung agar kuping dan rambutnya terselubungi hingga dingin yang menggigit tidak begitu terasa.

Kadang kadang mereka mendengar suara gemuruh yang berasal dari pucuk Merapi. Batu- batu seringkali jatuh dan suaranya  terdengar sampai beberapa kilometer di bawahnya. Herannya mereka tidak pernah takut akan letusan- letusan yang hampir tiap tahun selalu menjadi ancaman nyata. Merapi yang membara tapi yang membuat damai dan sejahtera orang - orang yang bermukim di sekitarnya. Abunya menyuburkan, magmanya, pasirnya bebatuannya menjadi sumber rejeki yang tidak ada habis- habisnya dinikmati.

Banyak penduduknya yang masih percaya pada kehidupan lain disamping mereka. Jin, makhluk halus yang hanya bisa diihat oleh mereka yang mempunyai kelebihan indera keenam atau orang sakti yang suka melakukan laku prihatin, bertapa, meditasi, melakukan ritual puasa hingga dibukakan pintu aura jiwanya sehingga bisa melihat yang tidak terlihat oleh mata umum.

Hutan- hutan lebat itu masih menyimpan ribuan cerita. Dari dongeng para tetua itu mereka tidak pernah berani mengusik dan merusak alam. Malah ada harmoni antara manusia dan alamnya. Dalam alam kepercayaan kejawen mereka masih percaya kehidupan alam, pohon- pohon yang hidup tumbuh  selaras. Maka benar jika dikatakan bahwa Jawa tampaknya memang benar- benar subur makmur gemah ripah loh jinawi. Air bening mengalir muncul dari akar- akar pohon - pohon besar.


Di lembah- lembah lereng Merapi  masih banyak cerita- cerita mistis yang membuat hampir semua hutan di sana boleh dikatakan wingit. Ngeri jika menyisir masuk ke dalam. Kadang banyak orang tua membumbui cerita tentang hutan dengan banyaknya penghuni alam halus seperti jin, hantu- hantu yang mendiami pepohonan, batu grojogan, jembatan. Dari Wewe gombel, cleret gombel, gendruwo, peri, tuyul sampai lampor. Bagi manusia penakut malam hari selalu menyimpan cerita yang tidak habis diceritakan semalam. Mereka jarang yang berani jalan- jalan malam di tepi hutan. Mereka lebih suka melakukan perjalanan di pematang sawah, meskipun kadang mereka dikagetnya dengan melintasnya ular sawah yang cukup besar. Hanya orang-oran terpilih dan sering melakukan latihan bela diri yang berani menembus gelapnya malam. Lainnya lebih suka meringkuk berselimutkan sarung berlapis di rumah yang penuh rongga karena rumahnya memang berasal dari anyaman bambu. Sesekali terdengar suara burung hantu dari pucuk pepohonan bambu, suara yang bikin bergidig.

Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang