BAB 11

174 5 5
                                    


Dalam sebuah perjalanan spiritual manusia, yang hadir dalam keseharian adalah godaan – godaan tidak terduga yang datang tanpa direncanakan. Duka, patah hati, kematian, gelegak kemarahan. Apakah manusia bisa melewati masalah tanpa mengeluh, tanpa melibatkan emosi.

Pendekar yang memenangkan jiwa dan sadar akan kematangan berpikirnya sesakti apapun masih susah mengendalikan emosi, apalagi ketika tiba – tiba tanpa dinyana ada peristiwa kematian yang menimpa orang terdekatnya. Joko Nunggal seperti merasakan itu. Dalam penggalan- penggalan mimpinya, Sawitri kekasih pertamanya terus membangkitkan kenangannya dengan menatap dirinya tanpa bicara, ia hanya tersenyum sambil memberi tanda- tanda bahwa ia rindu. Tetapi ketika akan didekap, Sawitri menjauh, menghilang di lorong yang semakin mengecil dan hanya tampak titik, ia kemudian terbang kea wan, mengintipnya lalu tiba – tiba seperti terdengar suara bayi menangis, mula – mula keras terus senyap dan datang lagi dengan suara tangisan yang amat keras.

Joko Nunggal seperti merasakan firasat yang entah, telah kehilangan sesuatu yang ada dalam tubuhnya, Rusuknya seperti sakit, ngilu, tubuhnya panas dingin, kemudian ada perasaan kosong yang entah membuatnya yakin bahwa telah terjadi peristiwa besar yang membuatnya harus mengubur sebagian mimpinya. Di saat sedang dalam perjalanan untuk mematangkan ilmunya ia merasa harus merasakan mimpi – mimpi tentang Sawitri terus membandang dalam semesta pikiran Joko Nunggal.Mimpi merusak konsentrasinya dan membuat target dari Kyai Guntur Geni, terlewatkan. Ia merasa terbebani oleh pikiran, terjerat oleh rasa gelisah.

"Angger, rasanya belum saatnya kamu menyerap ilmu yang kuharapkan dapat dikuasai dalam beberapa hari. Aku merasakan ada hal besar terjadi yang membuatmu susah berpikir wening."

"Iya Kyai, mimpi – mimpi yang datang saat tidur membuat saya gelisah. Saya cemas telah terjadi sesuatu pada orang yang dekat dengan diri saya entah."

"Itu firasat angger, pulang dan pastikan dulu apa firasatmu. Ingat jangan bawa api yang menyala- nyala dalam setiap perjalanan rasamu. Kamu harus menguasai yang namanya hakikat dan makrifat. Hakikat itu adalah pengetahuan yang diimankan, mengintai pada kesempurnaan, sedangkan makrifat itu adalah sudah sampai pada tataran sanubari, hati nurani, Siapa yang lebih dahulu ada apakah telur atau ayam, ayam atau telur. Apakah ayah dahulu atau anak dahulu. Semua ajaran tentang rasa sudah masuk dalam radar pikirmu. Kalaupun nanti kau kehilangan sesuatu dalam hidupmu kamu mampu mengendalikan entah dendam , entah kemarahan dalam sebuah simpulan peristiwa."

"Iya, Kyai saya akan mendengarkan seluruh petuah Kyai."

"Bukan kata yang berasal dari diri Kakek tua ini, tetapi dari bisikan angin dan titah Ilahi yang menyertai hidupmu"

"Terimakasih Kyai, saya akan melatih diri baik kanuragan maupun kendali rasa yang Kyai ajarkan."

"Ilmu itu ada di mana- mana, dalam perjalanan waktu kau akan menemukan simpul – simpul atau kunci- kunci kehidupan yang lahir dari ujian hidup dan pengalaman menghadapi kesulitan."

"Saya akan mempraktekkan ajaran Kyai dengan sepenuh hati."

"Tidak perlu berjanji di sini, oh ya angger, saya titip lembaran catatan kecil dalam lontar dalam potongan bambu ini. Simpan baik – baik, nanti akan berguna bila angger telah siap."

Setelah pamitan Joko Nunggal berjalan kaki menuju arah Barat. Ada sekelumit rindu pada sesosok Sawitri yang terus membayangi pikirannya. Ia merasa anaknya sudah lahir dan tentu akan menjadi obat rindu yang menyenangkan dirinya saat kembali dari pengembaraan. Di sisi lain ia juga teringat pada Ranti.

Lelaki punya banyak rasa, punya banyak pilihan yang kadang menjebaknya menjadi manusia yang ingin menguasai semuanya, termasuk bara asmara. Ia telah merasakan ujian berat kehidupan ketika merasakan panasnya api Merapi, ganasnya ujian kehidupan. Ia merasa kecil melihat dahsyatnya alam dan di Merapi yang membara telah menyadarkan bahwa ia mesti belajar banyak bagaimana mematangkan jiwa, mengendalikan pikiran dan mencari hakikat dan makrifat kehidupan.

Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan MenorehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang