Terasering sawah di bawah pegunungan Menoreh Utara berkelok kelok, warna keemasan tampak dari hamparan padi yang siap dipanen. Tanah subur. Burung-burung emprit beterbangan di atas hamparan padi, mereka menukik, melayang kemudian hinggap sementara di pelepah padi. Pelepah bergoyang hebat, tidak seberapa lama burung terbang membawa setangkai padi yang terjepit di tengah paruh emprit yang mungil tesebut. Burung itu kemudian menuju lembah, tempat berbagai tanaman tinggi berada. Pohon nangka, cengkeh, kelapa, kayu mahoni, waru dan jati. . Burung itu menyusup masuk dalam rimbunnya daun nangka. Ia kemudian hinggap di susuh ( sarang yang terbuat dari rangkaian merang dan dedaunan kering). Terdengar cericit burung–burung kecil. Mereka tampak gembira karena induknya datang membawa makanan. Mereka menikmati makanan dengan gegap gempita seperti cericit yang saling bersahutan. Mereka menjadi sedikit lengah. Di salah satu sudut pesawahan, seorang anak mengincar dengan sabar. Di tangan anak itu terpegang ketapel dari kayu tetehan. Ia mengincar sarang burung tersebut. Dengan kerikil yang siap terlontar dengan kecepatan tinggi. Anak kecil itu sudah terlatih memburu burung-burung kecil, tapi yang mengherankan ia tega mengincar sarang burung dengan anak-anak burung yang berharap dapat hidup lebih lama.
Dalam sekejab sarang burung berantakan dan sebagian anak burung terlempar dan jatuh menghunjam bumi, kicauan itu berubah menjadi jerit memilukan dari anak-anak yang kehilangan induknya. Induknya jatuh berdebam dengan darah mengucur dari dadanya. Sebuah kematian tragis, dari kehidupan baru yang seharusnya menjadi milik mereka. Sementara anak-anak burung emprit itu tergagap-gagap. Ada yang sekarat, ada yang kebingungan dan ada yang berusaha bangkit meskipun akhirnya jatuh di semak-semak di bawah pohon nangka tersebut.
Belum cukup sampai di situ, tiba-tiba seekor musang datang dan menyergap anak-anak tersebut sekali telan dua anak burung telah masuk dalam mulutnya. Hanya ada satu burung tersisa, ia terjebak di buah nangka yang merekah, kulitnya terkelupas oleh gigitan bajing. Burung itu tidak bisa bergerak. Pulut nangka ( getah nangka ) seperti menahan kaki lemah burung itu. Tapi ia selamat dari incaran musang lapar.
Semalaman menggigil menahan dingin dan guyuran hujan nan lebat membuat burung itu megap-megap. Mungkin tidak lama lagi burung itu akan tumbang. Tragedi kehidupan selalu ada, ia menjadi bumbu bagi berbagai macam cobaan-cobaan kehidupan. Makhluk-makhluk kecil akan selalu menjadi korban makhluk besar. Hukum alam dengan keganasan rimba raya selalu memperkuat persepsi siapa kuat merekalah yang menguasai rimba raya, hukum alam menegaskan untuk bisa bertahan hidup selain keberuntungan juga harus mempunyai kemampuan lebih. Orang-orang lemah akan selalu terlindas dan menjadi bulan-bulanan penguasa, mereka yang mempunyai kemampuan lebih dan mereka yang merasa sok kuasa akibat harta yang melimpah ruah. Sejak dulu kala manusia dihadapkan pada dua pilihan kehidupan. Kaya miskin, kuat lemah, Penindas dan yang tertindas.
Dalam rimba raya persilatan, yang kuat , sakti akan menjadi pemenang. Sementara yang lemah tidak berdaya akan menjadi korban pertama dalam perang. Di kaki pegunungan Menoreh Utara Kehidupan para petani sedang guyup, mereka sedang bersiap-siap panen raya. Hamparan padi menguning sudah memberi tanda sebentar lagi kehidupan mereka akan berubah. Ketika padi sudah bisa dipanen mereka akan mengadakan pesta syukuran, selametan merti desa. Mereka akan mengadakan selamatan untuk dewi kesuburan. Ibu-ibu menyiapkan lalapan untuk dipersembahkan pada penunggu sawah dan mensyukuri rejeki yang dilimpahkan Dewi Sri.
Dari tanah lapang tengah desa mereka sudah menyiapkan tontonan. Ndolalak, Dan Jalantur. Itu sebuah pesta tahunan yang selalu diadakan untuk hiburan setelah selama berbulan –bulan bekerja keras merawat tanaman. Burung emprit itu gulma, hama, maka ketika ada kematian burung emprit mereka tidak merasa bahwa makhluk itu perlu diselamatkan. Habitat burung itu seperti tikus yang dengan cepat beranak- pinak. Jika burung-burung itu dibiarkan beranak pinak maka padi-padi mereka semakin habis dipanen burung burung itu. Belum lagi tikus sawah yang bergerak secara bergerilya dari dalam tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merapi Membara, Sambungan dari Bara Asmara di Kaki Pegunungan Menoreh
Fiksi SejarahIni adalah cerita sambungan dari Bara Asmara di Kaki Bukit Menoreh. Kisah cinta, berbalut sejarah dan beberapa cerita tentang Alam sekitar Menoreh dan Lembah Merapi Merbabu yang menyimpan banyak cerita.Settingnya adalah seputar masa kerajaan Mataram...