'Prolog'

6.4K 99 2
                                    

"Freya ikut Omah ke Korea yuk"

Anak perempuan yang dipanggil Freya mengedipkan mata imut mendengar ajakan Shinta- omahnya.

"Disana ada permen loli?"

"Banyak! Freya bisa makan sepuasnya disana asalkan ikut Omah"

"Freya mau ikut Omah!"

Anak kecil mana sih yang tidak suka permen, apa lagi Freya yang berumur lima tahun penggemar berat permen loli.

"Ya udah yuk berangkat sekarang, kita beli permen loli yang banyak buat Freya"

Shinta segera menggendong Freya untuk pergi ke Korea. Dia tidak perlu membereskan perlengkapan Freya karena ia akan membeli perlengkapan yang sangat lengkap disana horang kaya:)

"Eh! Ibu mau bawa Freya kemana?"
Dewi-ibu Freya menghentikan langkah Shinta yang akan pergi.

"Freya mau ikut ibu ke Korea, iya kan Freya" Shinta memberikan senyum manisnya ke Freya berharap tidak berubah pikiran.

"Freya mau ikut Omah! Disana bisa makan permen loli banyak" saking senangnya mata Freya menjadi sipit akibat tersenyum bahagia.

Dewi menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri bertanda tidak setuju. "No no no no Freya masih kecil gak boleh pergi jauh-jauh"

"Freya mau nemenin ibu di Korea, ibu kesepian di sana lagian gak lama kok cuma sepuluh tahun"

"Gak bisa gitu dong Bu, Freya masih kecil sepuluh tahun itu lama loh. Terus nanti Dewi yang kesepian kalo gak ada Freya" Dewi memijat pelipisnya, pusing mendengar permintaan ibunya yang terkesan seenaknya saja.ibu sama anak sama aja gak mau ngalah.

"Kamu kan ada Arkan sama suami kamu yang nemenin" Shinta akan bersih keras membawa cucu tersayangnya, Shinta kesepian dan Shinta mau Freya titik gak pake koma.

"Tapi Dewi maunya Freya"

Freya yang berada di gendongan Shinta menguap mendengarkan perdebatan orang dewasa, akhirnya ia memutuskan untuk tidur.

"Gini aja deh, ibu bawa Freya ke Korea kamu sama suami mu bikin adik buat Freya"

"Gak bisa gi--"

"Ada apa ini" ucapan Dewi terpotong karena mendengar suara bariton milik Bima-ayah Freya.

"Bima kamu bikin adik buat Freya, ibu mau bawa Freya ke Korea"

"Ibu bentar dulu" Bima menghentikan langkah Shinta yang akan pergi karena melihat Freya tidur di gendongan Shinta.

"Ibu kita bicara diluar, biarkan Freya tidur di kamar" mendengar perkataan sang menantu Shinta melirik Freya yang sedang tidur dengan pulas di gendongannya, melihat itu Shinta menjadi tidak tega. Akhirnya terpaksa menuruti perkataan Bima.

~~~~~~~~~~

Karena masalah Shinta yang akan membawa Freya pergi ke Korea akhirnya ruang tamu menjadi berkumpulnya keluarga. Sepuluh menit berlalu dan sejak itu belum ada yang membuka suara.

Shinta yang greget kelamaan menunggu akhirnya membuka suara.
"Freya ikut ibu ke Korea titik gak pake koma"

"Gak! Dewi gak setuju!"

"Kamu kan ada Arkan"

Rehan- opah Freya yang mendengar keinginan sang istri menghelai nafas.
"Istriku tercinta paling cantik dari sejuta wanita, bener kata Dewi, Freya masih kecil tidak baik berpergian jauh tunggu sampai umur Freya sebelas tahun baru kita bawa Freya"

Shinta menekuk wajahnya bertanda tidak setuju, ia kesal karena suaminya tidak berpihak padanya. Tapi tidak dipungkiri ia senang mendengar rayuan sang suami.

Dewi memutar bola mata malas mendengar rayuan dari ayahnya.
"Tuh bu, ayah aja pengertian"

Shinta menghembuskan nafas pasrah. " Ya udah Ibu ngalah, tapi biarkan ibu malam ini tidur sama Freya, dan suamiku tercinta...."
Shinta tersenyum manis ke suaminya. " Tidur sendiri dulu ya"

Rehan melebarkan bola matanya mendengar itu. "Gak bisa gitu dong!"

"Ya udah kalo gak mau,ibu bawa Freya sekarang" Shinta melipat kedua tangannya di depan dada.

"Udahlah yah turutin aja, lagian cuma malam ini kok" Rehan menghelai nafas mendengar permintaan yang menurutnya tidak adil."gak jadi anget-angetan deh" batin Rehan.

"Okeh, tapi cuma malam ini"

Shinta langsung mencium pipi Rehan mendengar persetujuan dari sang suami.
"Love you suami tercinta"

Bima melirik Dewi yang sedang melihat adegan mesra orang tuanya.
"Malam ini kita bikin dedek buat Freya" bisik Bima.

Dewi terpaku mendengar bisikan Bima. "Mati kau Dewi siap-siap susah jalan, ini gara-gara ayah sama ibu!"

~~~~~~~~~~~~

Saat ini Dewi sedang memasak untuk keluarga kecilnya, setelah pagi-pagi sekali ia dan suaminya sudah mengantar orang tuanya ke bandara.
Sedang sibuk memasak tiba-tiba ada tangan yang melingkar di pinggangnya.
Tanpa menoleh pun ia tau siapa pelakunya.

"Minggir dulu ih, ini tangannya"
Bukannya mendengarkan sang istri, Bima malah menciumi leher Dewi.

" Olahraga yuk, tapi dikamar" Bima semakin gencar, sekarang ia mulai menggigit kecil di area sana.

"Jangan digigit, nanti tambah tebel lagi" Dewi mulai was-was akan sikap Bima, bahkan tangannya mulai nakal.
Dewi takut terpegoki oleh anaknya, kan kasihan matanya jadi ternodai.

"Jangan disini yah...., Nanti anak-anak liathh..."

"Ayah!! Jangan gigit bunda Freya!!"
Tuh kan baru juga dibilang. Freya berlari ke arah orang tuanya dan memukuli Bima dengan tangan kecilnya. "Ya ampun Freya, ayah kan cuma mau bikin adik buat Freya" batin Bima.

"Enggak sayang, ayah gak gigit bunda cuma mau ngajakin olahraga" Bima menggendong Freya agar lebih leluasa memandang wajah polosnya. Sedangkan Dewi hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan memasak. "Udah kepergok, gak mau ngaku lagi" batinnya.

"Freya ikut!"

"Jangan dong, Freya masih kecil, main sama bangkan aja ya" bisa gawat kalo sampe Freya ikut, bukannya puas malah was-was.

"Bangkan gak seru, Freya maunya sama ayah" jika sudah berhadapan dengan Freya, maka wajib untuk mengeluarkan jurus loli.

"Sekarang Freya main sama bangkan dulu ya, nanti ayah kasih permen loli" gak papa deh rugi dikit, yang penting dapet jatah. Batin Bima.

"Tapi Freya mau dua permen"
"Apa sih yang gak buat putri ayah"
Freya mencium pipi Bima dan segera pergi menemui Arkan. Setelah melihat Freya benar-benar sudah pergi, Bima segera mendekati Dewi.

"Siap-siap kita main tiga ronde"

Di nikahinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang