#7

269 52 2
                                    

Hari-hari berikutnya, kelakuan medusa makin bikin gue gedeg. Ada satu hari sepulang gue dari kampus, dia usah stand by di gerbang fakultas gue.

"Navia, gue mau ngomong sama lo." katanya sembari menahan tangan gue.

Plis. Plis. Plis. Saat ini gue lagi sendirian, gue takut digorok sama dia.

"Yaudah ngomong aja,"

"Bisa ikut gue bentar gak?"

"Gak bisa." tolak gue cepat.

"Gue.. ada rapat organisasi, makanya cepet aja mau ngomong apa."

Dia menatap gue remeh. "Oke, disini aja."

Gue udah takut dia bakal melakukan hal-hal diluar akal such as ngejambak, ngedorong, atau bahkan ngelukain gue dimuka umum kayak gini. Tapi ternyata dia cuma bilang,

"Gue mau jujur sama lo, Adnan sebenernya udah dijodohin sama gue. Jadi gue minta baik-baik buat lo putusin dia,"

Iya, mbak. Gue tau kali lo dijodohin sama Adnan. Mana maksa lagi minta jodohinnya.

Kali ini gue tertawa remeh. "Kalo gue gak mau?"

"Kok lo ngeyel banget sih! Gue minta jauhin Adnan, selagi gue masih baik sama lo!"

"Gue gak mau. Apa urusan lo?"

"Lo pengen banget ya gue jambak kayak kemarin?!" aduh, gue udah wanti-wanti mau lari nih.

"Adnan datang kesini bentar lagi, lo mau gue rekam terus kasih rekamannya ke Adnan?" kata gue.

Raut wajahnya udah gak nyantai banget, asli deh gue ngeri sendiri.

"Awas ya lo!" finalnya, kemudian dia pergi gitu aja.

Aneh.

Gue ngambil motor di parkiran. Oh ya, si Gema lagi gak tau kemana, kayaknya nugas dirumah temennya. Awalnya gue mau ngajakin dia ke yoshinoya karena ada diskon 50%, tapi yaudahlah anaknya gak ada mending gue makan sendirian.

Atau ajak Adnan?

Enggak ah, takut dia sibuk.

Jadinya gue pergi sendirian naik motor. Tapi belom sampe setengah perjalanan, rem motor gue tiba-tiba gak berfungsi, dan sialnya di depan gue ada mobil pick up gede. Terpaksa gue menghindar berbelok ke kiri, dimana ada papan pembatas jalan gede. Berakhir gue jatuh dengan luka-luka.

Ini tuh.. kerjaan siapa sih? Seinget gue motor gue baik-baik aja pas pergi kampus tadi.

Saat orang-orang pada mengelilingi gue, pandangan gue mulai menggelap dan hitam.

Bangun-bangun, gue udah ada di ranjang rumah sakit beserta seseorang yang lagi main handphone di kursi sebelah ranjang.

"Nan?" panggil gue.

"Navia! Bentar jangan gerak-gerak, tangan lo luka."

Gue bangun dan ngeliatin tangan kiri gue yang ternyata udah dibalut perban.

"Tangan gue kenapa, Nan?"

"Tadi lo nabrak pembatas jalan, tangan lo keseret aspal. Luka-luka, Nav. Kata dokter sih gak bakal kenapa-kenapa, tapi gue minta dibidai aja biar gak sakit."

Gue sempat bertanya-tanya segede apa lukanya karena, woi, diperbannya sampe ke lengan atas dan digendong ke bahu sebelahnya kayak orang patah tulang???

"Kecuali tangan, semuanya baik-baik aja kok. Gak ada luka dalam atau patah."

"Kok lo bisa ada disini, Nan?" tanya gue.

For My First Love [Haechan Ryujin Hyunjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang