T I G A : "Bertemu Seorang Dewi di Teras Masjid Sekolah"

1.4K 201 15
                                    

***

Dewa melipat Sajadah yang tadi digunakannya untu sholat berjemaah bersama kedua sahabatnya. Sekalian juga yang dipakai oleh kedua sahabatnya sejak Yoga dan Reza sudah melesat pergi dan tengah memasang sepatu sekarang. Mereka berdua meninggalkan begitu saja sajadah-sajadah itu, tak berinisiatif untuk meletakkannya kembali ke tempatnya semula.

Dewa hanya menggelengkan kepala dan tanpa kata membereskan sajadah-sajadah itu lalu berjalan kemudian demi meletakkannya kembali ke almari kaca yang ada di sudut ruangan. Tepat disaat tangannya menutup pintu almari itu, tiba-tiba saja terdengar dering telepon. Bunyinya yang nyaring seketika memenuhi seluruh ruangan musholla yang sudah sepi itu. Sebenarnya bukan sekali ini saja Dewa mendengar dering telepon ini. Sejak tadi ketika dia tengah mendirikan sholat dering ini sudah mampir ditelinganya. Menjadikannya agak akrab dengan bunyinya.

Dewa pun celingukan. Mencari-cari bunyi yang membuatnya penasaran. Apakah pemiliknya sengaja tidak mengangkatnya? Hingga menimbulkan bunyi yang cukup berisik di tempat yang seharusnya jauh dari kebisingan. Agak lama mencari pada akhirnya Dewa menemukan sumber bunyi tersebut berada di bawah kolong almari tempat mukena-mukena di simpan. Dewa bahkan sampai harus duduk bersimpuh demi bisa meraih benda yang masih berbunyi itu.

Dan upayanya berhasil. Kini ponsel itu sudah ada ditangannya. Dewa berpikir bahwa kemungkinan pemilik ponsel ditangannya tengah kehilangan benda itu sejak dia menemukannya dibawah kolong almari. Dan tanpa berpikir lagi, Dewa pun segera menggeser tombol hijau dilayar itu demi menerima sebuah panggilan yang menimbulkan suara berisik sejak tadi.

"Hallo?" Ucap Dewa sesaat setelah dia menempelkan ponsel itu ke dekat telinganya.

"Eh eh, Ya! Diangkat!"

Dewa mengernyitkan dahi sebab merasa suara yang dia dengar bukan sebuah balasan untuk sapaannya. Tapi dia diam saja, sambil menunggu orang diseberang mengajaknya bicara.

"Hallo."

Suara perempuan, pikir Dewa. Dan ketika suara barusan Dewa rasa tertuju padanya, dia pun segera membalas. "Iya?"

"Syukurlah kamu angkat. Maaf sebelumnya. Tapi aku lagi nyari ponselku yang hilang. Dan ponsel yang ada di kamu sekarang, itu adalah ponselku."

Dugaan Dewa memang benar adanya. Pemilik ponsel ini telah kehilangan ponselnya. "Oohhh. Begitu. Baguslah. Aku gak sengaja nemuin ponsel kamu di bawah kolong lemari mukena, di musholla. Kamu bisa ke sini buat ambil ponsel mu."

"Ah begitu. Oke oke baik. Aku ke sana sekarang."

"Oke." Dewa ingin segera memutus panggilan itu. Tapi orang diseberang tiba-tiba menghentikannya.

"E-, tunggu sebentar."

Dewa pun mengurungkan niatnya lalu bertanya lagi dengan sabar. "Ya?"

"Aku cuma mau bilang, terima kasih banyak."

"Gak perlu dipikirin. Lagian aku cuma kebetulan nemuin ponsel kamu aja."

"Ah iya iya. Aku ke sana sekarang. Tunggu sebentar ya."

"Oke."

Tut. Dan Dewa benar-benar memutuskan sambungan telepon itu lalu segera menyimpannya di sakunya. Dia tidak berniat melihat ponsel itu atau memeriksanya demi mengetahui siapa pemiliknya. Menurutnya tidak sopan jika dia melakukannya. Tapi Dewa pikir, ponsel itu milik murid sini yang kebetulan tertinggal?

"Oy Dewa!"

Tiba-tiba suara Reza terdengar memanggilnya. Membuat Dewa sedikit terkejut lalu segera menolehkan kepalanya ke arah Reza berada. "Apaan?" balasnya.

DEWAJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang