S E M B I L A N : "Plester Luka Motif Kupu-Kupu"

1.1K 124 7
                                    

***

Dewa menuruni tangga dengan langkah cukup cepat. Tapi pemuda itu tampak tidak takut kakinya yang sudah terselubung kaos kaki, tergelincir sama sekali. Dewa nampak sudah siap ke sekolah sejak seragam sudah terpasang rapi dibadannya. Juga tas yang digendong disalah satu pundaknya. Tapi sepertinya dia tengah kelimpungan mencari-cari sesuatu.

Sampai diujung tangga bawah, Dewa segera melesat pergi ke ruang tamu dan melanjutkan pencariannya. Matanya tidak bisa berhenti berpendar demi menatap sekeliling ruangan tersebut. Bahkan Dewa sampai bersimpuh demi memeriksa kolong meja dari sangking frustasinya tidak menemukan benda yang dicari-carinya.

"Ish! Ke mana sih? Gue taruk di mana coba kemarin?" gumam Dewa bingung. Kini dia sudah berdiri sambil berkacak pinggang dan diam di tempat. Tak lupa dia mengacak rambutnya sendiri sambil mengerang, "Argh! Ke mana coba?!!"

"Dewa! Ngapain kamu disitu?"

Juna yang melihat Dewa berdiri bingung di ruang tamu melemparkan tanya. Pemuda itu baru saja menuruni tangga. Sama seperti Dewa, Juna sudah tampak rapi dengan setelan jas nya. Tak lupa tas kerja yang selalu setia dijinjingnya.

Dewa menolehkan kepala, dengan dahi berkerut menatap abangnya. Dia sedang tidak mood berbicara. "Kepo deh bang." Jadi dia hanya menjawab sekenanya.

Juna mendengus. "Kamu ini, kalau ditanyain suka sembarangan kalau jawab. Sudah, cepat kemari! Kita sarapan." Seru Juna yang lalu berjalan ke meja makan dan duduk di kursinya. Tapi sampai dia mendaratkan pantatnya, Dewa tak kunjung menyusul. Membuat Juna kembali berteriak memanggilnya. "DEWA!!!"

Terdengar balasan Dewa yang bersungut-sungut. "Iya, iya! Astaga bawel banget sik?" tak lama pemuda itu sampai di meja makan lalu duduk tanpa kata. Wajahnya masih merengut. Membuat Juna bingung apa yang membuat mood adiknya bisa hancur sepagi ini.

"Kamu kenapa sih Wa?" tanya Juna selanjutnya tak bisa diam saja melihat Dewa seperti itu.

"Gak pa pa." Jawab Dewa singkat sambil menggigit roti.

"Udah baca do'a belum?"

Dewa memutar bola mata jengah mendengar pertanyaan abangnya, lalu mulutnya komat-kamit setelahnya. Membaca do'a. Juna yang melihatnya hanya menggelengkan kepala.

"Hati-hati makannya." Ingat Juna setelahnya.

Tak ada yang bicara lagi setelah itu. Kedua kakak beradik itu larut dengan makanannya sendiri. Hingga bi Sari datang dengan membawa segelas susu untuk Dewa dan meletakkannya di samping piring pemuda itu. Dewa yang melihat Bi Sari, buru-buru menelan roti yang dikunyahnya, lalu bertanya pada perempuan gembul itu. "Bi, bi-" panggil Dewa antusias. Tak hanya membuat bi Sari yang menatapnya, tapi abang Junanya juga.

"Iya den?"

"Bibi ada bersihin ruang tamu kemarin?" tanya Dewa kemudian.

Bi Sari terlihat mengingat-ingat. Lalu mengangguk setelahnya. Namun belum juga hendak menjawab dengan kalimat, adennya sudah menyambar lagi.

"Terus bi Sari kira-kira lihat nggak, plester luka motifnya kupu-kupu? Soalnya kayaknya seinget Dewa, plester itu Dewa taruk dimeja sebelum tidur di sofa kemarin. Tapi pas Dewa nyari lagi udah gak ada. Di kamar Dewa juga gak ada. Bi sari lihat nggak, kira-kira?"

Ya. Benda yang sejak tadi dirisaukan oleh Dewa setengah mati adalah plester luka motif kupu-kupu yang diberikan oleh Thalia. Dia kehilangan benda itu. Dan baru menyadarinya pagi ini, ketika dia tengah bercermin tadi dan melihat luka-lukanya. Namun ketika Dewa cari, benda itu malah hilang bak tertelan bumi.

"Plester luka motif kupu-kupu?" Bi Sari menggumamkan benda yang sedang dicari-cari anak majikannya. Tapi bagaimanapun dia berusaha mengingat, dia tidak pernah merasa melihat benda seperti yang ditanyakan Dewa. "Enggak ada kok, den."

DEWAJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang