E M P A T B E L A S : "Sesuatu yang tak terduga"

1.1K 118 28
                                    

Matahari sore nyaris terbenam di ufuk barat saat Juna sampai di rumah besarnya. Seminggu lebih dia telah meninggalkan rumah beserta adik semata wayangnya karena urusan bisnis. Dan ketika kembali dia benar benar merindukan adiknya. Karena itu, sejak tiba di bandara, Juna langsung memutuskan untuk segera bertolak pulang karena rindunya sudah begitu menggebu. Dia tidak berpikir untuk mampir ke mana pun lagi. Apalagi Juna merasa Dewa agak susah dihubungi sejak beberapa hari terakhir ini.

Juna membuka pintu dan suasana sepilah yang menyambutnya pertama kali. Namun hal itu tak membuat langkah kakinya tehenti. Pemuda itu begitu bersemangat menelusuri ruangan demi ruangan rumahnya, hanya untuk segera menemukan Dewa agar bisa segera di peluknya. Juna yakin Dewa ada di rumah karena hari sudah sore. Sekalipun adiknya itu tidak membalas chat nya sama sekali hari ini tapi dia yakin Dewa tahu bahwa dia akan pulang hari ini dan karena itu adiknya tidak akan mungkin meninggalkan rumah.

Juna bertemu Bi Sari yang tergopoh menyambutnya dan mengambil alih tas nya. Melihat perempuan itu, Juna tak bisa menahan diri untuk bertanya tentang keberadaan Dewa. Jadi dengan agak tidak sabaran pemuda itu segera bertanya, "Bi, Dewa mana?" Sebentar Juna menatap Bi sari. Sebentar kemudian pandangannya mengitari arah sekitar sembari bibirnya kembali bersuara, "Kok rumah kelihatan sepi? Dia di kamar ya? Lagi tidur ya?"

Bi Sari pun buru buru menjawab, "anu den, den Dewa pergi."

Perkataan bi Sari itu membuat Juna berhenti menatap sekitar dan beralih menatap bi Sari sepenuhnya. Tatapnya menjadi lebih serius. "Pergi? Pergi ke mana bi?" Jujur Juna agak kecewa. Dia sudah membayangkan anak itu akan menyambut kedatangannya. Tapi rasa penasarannya sudah lebih dulu menguasai perasaannya. Mengikis habis rasa kecewa membuatnya seolah tak pernah ada.

"Tadi pamitnya sih cuma main di luar den."

"Dia bilang mau ke mana bi?"

Bi Sari menggelengkan kepala. Membuat raut cemas di wajah tampan Juna kian kentara. "Kenapa bibi gak tanya?" Juna kelepasan. Nada bicaranya mirip seperti orang marah ketika mengatakannya. Namun ketika melihat raut bersalah di wajah bi Sari, membuatnya tersadar bahwa dia sudah bersikap agak berlebihan. Lagipula Dewa mungkin hanya keluyuran seperti biasa. Apa yang membuat Juna harus marah seperti itu pada Bi Sari?

Juna mengusap wajah, sembari menghela napas pendek. Berusaha menetralkan emosinya, lalu buru-buru berkata lagi pada bi Sari sebelum wanita paruh baya itu makin merasa bersalah dibuatnya. "Bi maafin Juna. Juna cuma lagi khawatir aja. Gak seharusnya Juna marah sama bi Sari."

Bi Sari mengangguk mengerti. "Gak pa pa den. Aden langsung mau mandi atau mau istirahat dulu?"

Juna melambaikan tangannya. "Juna istirahat dulu saja bi." Katanya yang segera disambut oleh anggukan kepala oleh bi sari. Setelahnya asisten rumah tangga yang begitu setia itu pamit untuk kembali ke dapur dan melanjutkan aktivitasnya menyiapkan makan malam. Meninggalkan Juna yang kemudian berjalan dan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa empuk, tempat biasanya Dewa menggelosorkan diri bermalas-malasan. Bahkan sofa pun mengingatkan Juna pada anak itu.

Setelah beberapa saat melepas lelah, Juna kemudian merogoh saku jas nya dan mengeluarkan ponselnya. Dia bermaksud menghubungi Dewa dan memastikan keberadaan anak itu. Agar setidaknya perasaan cemas yang mulai liar dalam hatinya bisa sedikit terkendali. Tapi rupanya harapannya harus pupus, karena Dewa sama sekali tidak mengangkat ponselnya. Membuat perasaan Juna bercampur dengan kesal sekarang.

Juna terus menghubungi nomor Dewa tapi anak itu tetap tidak bisa dihubungi. Tidak putus asa, Juna lalu berpikir untuk menghubungi dua sohib karib Dewa yang biasanya menemani Dewa keluyuran. Dewa cukup yakin jika adiknya tengah bersama Reza dan Yoga, sejak ketiganya sangat susah untuk dipisahkan.

DEWAJUNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang