Hari ini dimana pernikahan mereka dilangsungkan. Alicia menatap dirinya di cermin, melihat dirinya sekarang memakai gaun pengantin putih yang sangat mewah melekat di tubuhnya.
"Sayang, kau terlihat sangat cantik," puji ibu mertuanya tersenyum menatap Alicia.
"Arsen, sangat beruntung mendapatkan wanita sepertimu."
Alicia mengembangkan senyuman palsunya. Sesuai janjinya, dia harus terlihat bahagia menikah dengan Arsen, seolah-olah mereka adalah pasangan sungguhan.
"Terimakasih nyonya, aku sangat senang bisa menikah dengan putramu," sahut Alicia.
"Sayang, jangan panggil seperti itu, panggil aku bunda. Hari ini kau akan menjadi menantuku," ucap wanita paruh baya itu.
Alicia mengangguk. "Iya bunda," sahutnya memanggil ibunya Arsen dengan sebutan bunda.
Wanita paruh baya itu tersenyum mendengarnya. "Baiklah, ayo kita turun. Acara pernikahannya akan segera dimulai."
Alicia mengangguk, wanita paruh baya itu menutup wajah Alicia mengunakan veil tipis.
Ibunya Arsen mengandeng tangan Alicia menuju altar pernikahan. Berkali-kali Alicia menghembuskan napasnya, merasa keringat dingin bercucuran di dahinya. Kenapa dia merasa gugup seperti ini?
"Sayang, Arsen sudah menunggumu disana," ucap ibu mertuanya.
Alicia mendongak ke depan. Pandangannya mengarah pria tampan dihadapannya. Pria itu terlihat gagah, memakai setelan jas hitam mewah yang terlihat sangat pas di tubuhnya.
Arsen mendekat kearah Alicia. Pria itu berjongkok dihadapannya, sambil mengulurkan tangannya.
"Alicia, maukah kau menjadi istriku?"
Alicia menatap pria yang berjongkok di hadapannya, entah kenapa dia sangat gugup.
"Alicia," panggil Arsen lembut.
"Maukah, kau menjadi istriku?" tanyanya lagi.
Alicia menganggukkan kepalanya, dia tersenyum menatap Arsen di balik veil tipis itu.
Semua para undangan bertepuk tangan melihat pasangan romantis dihadapannya.
"Baiklah, kami akan memulai acaranya," ucap pendeta itu.
"Arsen Wiliam, bersediakah engkau menjadi pedamping hidup saudari Alicia, tak peduli apapun yang terjadi kau akan tetap setia berada di sisinya, dan menjadikannya satu-satunya."
"Ya, saya bersedia."
"Saudari Alicia, bersediakah engkau menjadi pendamping hidup saudara Arsen Wiliam, baik susah maupun senang kau akan selalu ada untuknya, dan tidak akan berpaling darinya apapun keadaannya."
"Ya, saya bersedia."
"Baiklah, untuk pengantin di persilahkan untuk berciuman."
Perlahan, Arsen menaikan veil yang menutupi wajah istrinya. Arsen terkesima menatap wanita cantik dihadapannya. Spontan Alicia langsung menundukkan wajahnya, entah kenapa jantungnya berdegup kencang saat Arsen menatapnya.
Arsen menyentuh dagu wanita itu, agar mendongak kearahnya. Wanita itu terlihat sangat gugup, bahkan tidak berani menatap pria dihadapannya.
"Tatap aku," ucap Arsen singkat.
Alicia memberanikan diri menatap pria dihadapannya. Arsen tersenyum, mendekatkan wajahnya, memberikan kecupan singkat di bibir wanita itu.
Alicia terdiam, merasa tubuhnya membeku seketika. Bahkan dia bisa mendengar detak jantungnya berdegup kencang saat ini. Apa yang terjadi kepadanya?
"Jangan berharap lebih dariku," bisik Arsen ditelinga wanita itu.
Arsen segera menjauhkan tubuhnya dari wanita dihadapannya. Mereka kembali bersandiwara seperti semula.
"Hari ini, kalian sudah resmi menjadi suami istri. Semoga pernikahan kalian abadi, sampai maut memisahkan."
'Abadi?' Alicia terkekeh mendengarnya. Dia yakin, tidak lama lagi pernikahan palsu ini akan segera berakhir. Lihat saja, itu pasti terjadi.
****
Alicia mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan ibu mertuanya di pesta pernikahan ini. Memang, Alicia hanya mengenal dua orang di tempat ini. Hanya Arsen, dan ibu mertuanya saja. Selain, itu dia tidak mengenal siapapun lagi.
Alicia melihat Arsen sedang bersenang-senang bersama teman- temannya. Dia mendekat kearah pria itu.
"Arsen," panggil Alicia.
"Kau disini?" ucap Arsen tersenyum kearah wanita itu.
"Kenalkan, inilah istriku. Eh, maksudku istri penggantiku. Dia tidak terlihat begitu buruk bukan?" tanya Arsen kepada teman-temannya.
"Dia sangat cantik."
"Kau beruntung mendapatkannya Arsen," sahut salah satu dari mereka.
"Beruntung?" Arsen terkekeh mendengarnya.
Pria itu merangkul Alicia erat. "Apa kalian tahu? Aku memungutnya di jalanan. Jika tidak, mungkin dia sudah menjadi jalang saat ini. Bukankah begitu istriku?" ucapnya sambil tersenyum.
Alicia terdiam, Arsen telah mempermalukan dirinya dihadapan teman- temannya itu.
"Maaf, bunda memanggilku. Permisi," ucap Alicia bohong, agar dia bisa pergi dari hadapan mereka.
Alicia mencari tempat sepi, menangis terisak sambil memeluk lututnya. Entah kenapa, dadanya merasa sesak, Arsen mengatakan hal itu. Apakah serendah itu dirinya?
Sebuah sapu tangan terulur kearahnya.
"Jangan menangis, Arsen memang begitu," ucap seorang yang pria iba kepadanya.
"Hapuslah air matamu. Kau harus kuat jika menjadi istrinya."
Alicia menatap pria muda dihadapannya. Wajah pria itu sangat mirip dengan Arsen.
"Kenalkan, aku Aldric, adik iparmu," ucapnya memperkenalkan dirinya. "Aku akan membantumu bercerai secepat mungkin dengan kakakku Arsen."
"Tenang saja, kau hanya perlu waktu tiga bulan, aku yakin kau akan bercerai dengan kakakku."
"Bagaimana caranya?" tanya Alicia.
Aldric membisikan sesuatu di telinga kakak iparnya. Dia yakin, caranya pasti berhasil.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alicia
Romance[Completed] Sebuah kejadian mengharuskannya terpaksa kabur dari rumah. Hilangnya arah dan tujuan, tak tahu harus kemana lagi, membuat hidupnya terombang abing badai kehidupan. Namun, hidupnya berubah drastis setelah seorang pria tidak dikenalnya men...