▪️ Akhir

4.9K 272 1
                                    

Alicia tersadar, menyadari tubuhnya berada diatas barnkar. Wanita itu mengedarkan pandangannya, hanya melihat ayahnya dihadapannya.

"Ayah, dimana Arsen?" tanya Alicia khawatir. Semoga saja yang dikatakan dokter itu hanya mimpi.

"Arsen..." ayahnya menggantung kalimatnya.

"Ayah katakan!"

"Arsen baik- baik saja." sahut pria paruh baya itu tersenyum. "Namun, dia mengalami koma saat ini." sambungnya sedih.

Alicia langsung turun dari barnkar.
"Ayah, antarkan aku ke kamarnya Arsen." pinta Alicia.

Pria paruh baya itu mengangguk, mengantarkan putrinya menuju ruangan dimana Arsen dirawat.

Alicia mendekat kearah pria yang tidak sadarkan diri itu.

"Arsen," ucap Alicia memegang tangan suaminya yang terpasang infus.

"Maafkan aku. Aku bertindak egois, seharusnya aku mendengarkan ucapanmu." kata Alicia penuh penyesalan.

"Terimakasih telah memberikan kesempatan kedua. Aku berjanji, akan menjadi istri yang baik untukmu." ucap Alicia yakin, menatap pria yang tidak sadarkan diri itu.

****

Tak terasa sebulan sudah berlalu, tak ada tanda- tanda Arsen akan tersadar. Alicia menatap suaminya belum tersadar dari komanya.

"Apa kau sangat marah kepadaku?" ucap Alicia frustasi.

"Kau puas melihat istrimu seperti ini?"

"Hiks...hiks..., Arsen kapan kau tersadar?" tanya Alicia kepada pria dihadapannya. Dia sudah sangat sabar menunggu Arsen siuman, namun tidak ada terjadi perubahan apapun kepada suaminya itu.

Alicia menghapus air matanya, menggenggam tangan kekar suaminya yang terpasang infus.

"Apa kau tahu? Aku selalu cemburu saat kau perhatian kepada Tania. Kenapa kau selalu perhatian kepadanya hah?!"

"Aku tahu, aku hanyalah wanita pengganti. Tapi, aku yang merawatmu saat kau sakit. Apa kau tidak bisa melihat kebaikanku saat itu?"

"Aku memutuskan meninggalkanmu agar aku bisa melupakanmu. Aku kira kau akan bahagia bersama wanita itu, dan nyatanya kau mencariku sampai disini. Kenapa kau mencariku hah?"

"Aku sudah mendengar semuanya dari Aldric adikmu Arsen, sepenting itukah aku dalam hidupmu?"

Alicia beralih menyentuh wajah pria tampan dihadapannya.

"Wajahmu sangat mirip dengan putramu. Kau memang ayahnya Alesio."

Alicia beranjak mengecup kening suaminya.

"Aku mencintaimu Arsen."

Terjadi pergerakan tangan pria itu. Perlahan, pria itu mengerjapkan matanya, mulai tersadar.

"Alicia..." ucap pria itu.

Mata Alicia berkaca- kaca. "Arsen, kau sadar." ucapnya tak percaya.

"Aku berjanji, aku akan menjadi istri yang baik untukmu. Aku akan menuruti apa yang kau inginkan."

Arsen mengembangkan senyumnya. "Tentu, itu harus." Pria itu berniat bangun, namun Alicia mencegahnya.

"Tetaplah berbaring. Lukamu masih belum pulih."

"Alicia, aku tidak papa."

Alicia membantu suaminya menyenderkan kepalanya di bantalan ranjangnya.

"Kau tahu? Aku sangat khawatir jika kau tidak terbangun. Kenapa kau tidur lama sekali hah?!"

"Aku tidak mau menjadi janda secepat itu. Alesio juga ingin bersama ayah kandungnya."

Arsen tersenyum melihat tingkah cerewet istrinya itu.

"Ayo makanlah buburnya."

"Tidak, rasanya pasti hambar."

"Arsen..."

"Suapi aku, aku ingin ingin istriku ini yang menyuapiku."

"Tentu, aku akan memanjakan suamiku ini."

Alicia tersenyum menyuapi suaminya itu. Dia sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan kedua.

***

Beberapa hari kemudian, Arsen sudah di perbolehkan pulang. Terlihat Alicia sangat over protective kepada suaminya itu.

"Alesio, jangan duduk di pangkuan daddy, dia masih sakit." kata Alicia menasehati putranya.

"Mommy, Alesio mau main sama daddy."

"Kita main besok ya sayang, hari ini daddy sangat lelah. Bukankah besok Alesio sekolah?"

"Ayo tidurlah."

Anak kecil itu merebahkan tubuhnya tidur di samping ayahnya. Sungguh, Alesio sangat menyayangi Arsen.

"Mommy, tidurlah disini juga."

Alicia mengangguk, dia juga membaringkan tubuhnya di sisi putranya itu.

"Yey... akhirnya Alesio bisa tidur sama mommy dan daddy." ucap anak itu senang.

Arsen mengecup anak itu. "Daddy, berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi."

"Bukankah begitu mommy Alesio?"

Alicia mengembangkan senyumnya. "Ayo kita tidur, ini sudah malam."

Alicia menatap pria dihadapannya, dia tidak pernah merasa sebahagia ini. Keluarga kecilnya terasa lengkap, dia berjanji tidak akan bersikap egois seperti dahulu lagi.

Bersambung...

AliciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang