▪️ Rencana

4.2K 315 1
                                    

Alicia memasuki apartemen megah milik Arsen. Memang, rencananya mereka akan tinggal disini selama setahun. Wanita itu melangkahkan kakinya perlahan, berkeliling melihat- melihat apartemen yang akan mereka tinggali.

Kini pandangannya tertuju kepada sebuah foto yang berada diatas rak kaca. Disana terpajang foto Arsen bersama mantan kekasihnya. Terlihat mereka sangat romantis melakukan foto prewedding di sebuah pantai.

Alicia mengambil foto itu. 'Apa mungkin Arsen belum melupakan wanita ini?' batin Alicia.

Alicia hanya tersenyum melihatnya. Kenapa dia harus cemburu? Lagipula, beberapa bulan lagi dia juga akan bercerai dengan Arsen.

"Jangan sentuh barang- barang disana!" teriak Arsen dari kejauhan.

Alicia tersenyum, meletakan fotonya kembali.

"Kau belum melupakan wanita itu?" tanya Alicia mendekat kearah Arsen.

"Astaga, kenapa aku lupa? Dia adalah cinta pertamamu bukan?" ucap wanita itu sambil tersenyum. "Seharusnya, kau merebut wanita itu dari suaminya. Kenapa kau tidak melakukan itu?"

"Bukankah seorang Arsen Wiliam bisa mendapatkan apa yang dia inginkan?" ucap Alicia menyudutkan pria itu.

"Tentu, aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan. Bersiaplah, jika aku membawanya kembali, kau harus pergi secepatnya dari sini."

"Baiklah, santai saja. Aku juga ingin cepat terbebas dari sandiwara ini," sahut Alicia santai.

"Apa disana kamarku?" tanya Alicia menunjuk satu ruangan.

Arsen hanya mengangguk. Alicia langsung beranjak pergi. Namun, pria itu memegang tangannya.

"Malam ini kita akan menemui klienku, dia ingin bertemu denganmu."

"Denganku?" tanya Alicia bingung.

"Pakailah gaun ini." Arsen menyodorkan paper bag kearah Alicia. Wanita itu segera mengambilnya.

"Berdandanlah yang rapi, agar tidak mempermalukanku nantinya," ucap pria itu memasuki kamarnya.

Malam harinya. Alicia terlihat cantik, memakai dress peach yang di berikan Arsen. Rambut hitam panjangnya tergerai indah, kaki jenjangnya mengunakan heels yang berwarna senada. Tak lupa juga, dia memakai makeup tipis yang tampak natural di wajahnya.

"Bagaimana penampilanku?" tanya wanita itu.

Arsen tak berkedip menatapnya. Sungguh, penampilan wanita itu sangat modis, jauh yang seperti Arsen pikiran.

"Cepat masuklah! Kita tidak boleh terlambat."

Alicia langsung masuk kedalam mobil itu. Mengunakan seat belt agar dirinya aman dalam perjalanan. Tidak ada yang membuka percakapan diantara mereka, sangat hening dan sunyi.

"Kenapa klienmu ingin bertemu denganku?" tanya Alicia membuka percakapan.

"Entahlah, aku pun juga tidak tahu. Awalnya dia membatalkan kontrak kami, tapi setelah mengetahui aku menikah denganmu. Dia menginginkannya kembali."

"Sangat membingungkan bukan?"

Mereka sampai di restoran megah itu. Alicia berjalan di belakang suaminya. Mengekori kemana pria itu pergi. Arsen menghampiri pria yang duduk di pojok restoran itu.

"Kau?!" cicit Alicia terkejut melihat klien Arsen. Pria itu menatap kearahnya, seolah-olah jangan mengatakan apapun.

"Kau memanggilku?" tanya Arsen berbalik kearahnya.

"Tidak, lupakan saja." Alicia duduk di samping Arsen, berhadapan dengan pria itu.

"Jadi ini istrimu?" tanyanya sambil tersenyum.

"Kenalkan, aku Arka," ucapnya mengulurkan tangannya kearah Alicia.

Alicia tersenyum membalas jabatan tangan itu. "Alicia," balasnya singkat.

"Ini perjanjian kerjasama kita. Maafkan, jika aku pernah membatalkan perjanjian ini," ucapnya memberikan dokumen kepada Arsen.

Drt..drt..drt..

Suara dari ponsel seseorang.

"Maaf, aku harus menerima telpon. Permisi," ucap Arsen.

Setelah kepergian Arsen dari sana, mereka menghela napasnya masing-masing.

"Kau? Kenapa kau baru datang hah?! Aku hampir mati berada di tempat ini," gerutu Alicia.

Memang, Arka adalah sepupu Alicia, yang sudah lama tinggal di New York.

"Kenapa kau tidak mengabariku? Untung saja aku mengetahui pernikahan itu. Jadi aku bisa tahu kau disini."

Alicia menceritakan semuanya kepada sepupunya itu.

"Seharusnya kau tidak diam- diam kabur dari rumah, paman sangat khawatir denganmu."

"Apa dia tahu aku disini?" tanya Alicia.

"Tidak," sahut Arka santai.

"Syukurlah," ucap Alicia lega.

"Tapi kau harus kembali secepatnya. Kau tidak bisa berlama-lama di tempat ini," saran Arka.

"Kau juga harus segera bercerai dengannya. Ayahmu sudah menceraikan ibu tirimu itu."

"Benarkah? Tapi, sisa kontraku masih beberapa bulan lagi. Bagaimana ini?" tanya Alicia bingung.

"Aku akan membantumu, agar bisa bercerai dengannya secepat mungkin." Arka memberi Alicia ponsel beserta sim cardnya.

"Pakai nomor ini jika ingin menghubungiku. Kita akan membicarakannya lebih lanjut disana."

Alicia mengangguk, menerima nomor dari sepupunya itu. Dengan cepat dia memasukannya ke dalam tasnya. Alicia melihat sekeliling, dimana Arsen sekarang?

"Aku akan mencari Arsen sebentar," kata Alicia.

Alicia mencari pria itu di sekeliling restoran. Dia melihat Arsen sedang berbicara dengan seorang wanita hamil, dan lebih parahnya lagi. Arsen memeluk wanita yang sedang menangis itu.

"Maafkan aku Arsen. Aku telah menyakiti hatimu. Tolong maafkan aku. Hiks.. hiks.." ucapnya sambil menangis terisak.

Arsen mengelus rambut wanita itu lembut. "Tenang saja Tania, aku akan membantumu. Aku selalu berada di sisimu," ucapnya perhatian.

Alicia melihat kejadian itu. Arsen sangat romantis dan perhatian memeluk wanita itu. Entahlah, kenapa dada Alicia terasa sesak melihatnya.

Bersambung...

AliciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang