Melawan takdir memang amat sulit. Seberapa kali kau terjang gunung berapi sampai lautan jika diharuskan untuk mati akan tetap mati.
Menyusuri lorong sepi sembari bergidik ngeri di sembur angin malam menerpa kedinginan. Suara ketukan langkah kaki terus mengikuti, langkah nya sangat merdu, tidak tergesa-gesa maupun lambat.
Laki-laki itu terus berlari menghindari si manusia kapak di tangan kiri. Berulang kali lontarkan kata tolong. Namun nihil, percuma saja tidak akan ada yang menyahut. Bahkan sang penjaga sekolah yang selalu terjaga setiap malam menggantung di sebuah gudang terbengkalai tanpa busana.
Pria bersetelan serba hitam bersiul, kapak nya menderet di lantai dan darah dari kapak membekasi noda diatasnya. Laki-laki di depannya terus berteriak sembari menutup telinga kanannya yang berlumurkan darah. Seragamnya bahkan ikut tertetesi.
Ia pikir bersembunyi di bilik toilet akan lebih aman dengan menguncinya. Namun, lagi-lagi nihil. Pria serba hitam memboboli pintu dengan kapak yang sedari tadi ia pegang. Makhluk yang berada di dalamnya menangis tersedu-sedu, berharap ada keajaiban Tuhan membantunya untuk keluar dari kengerian ini.
Namun Tuhan berkata lain. Sampai akhirnya pintu terbuka, tak tahan si kapak melayang hingga membelah jari-jari kaki sekaligus sepatunya. Si korban meraung kesakitan. Kemudian diikatlah dengan paksa.
Pria tersebut mengeluarkan pisau hingga tang dari balik jaket hitam. Menggoroti kedua telinganya, mencabut lidahnya, kemudian menusuk seluruh badannya tanpa ampunan hingga bermandikan darah.
Anak malang itu meninggal, lantas pria laknat tersebut tersenyum penuh kemenangan.
❈ ❈ ❈
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠ 𝑊𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔
Perlu di ingat kan kembali, cerita ini mengandung unsur kekerasan fisik maupun mental. Pembaca harap bijak. Tidak untuk di tiru di kehidupan nyata^^