11. Awal

7.6K 1.1K 297
                                    

Aron menatap datar mayat Serio didepannya. Dia tidak menyangka Sagil mampu membunuh sahabat kepercayaannya, sungguh berdarah dingin.

Aron menunduk dan memegang dadanya, sempat merasakan nyeri yang menyesakkan. Mungkin itu yang dirasakan Sagil yang asli. Tapi meski begitu Aron senang karena sekarang Sagil sudah tenang dan jiwanya juga sudah menyatu dengan tubuh yang sekarang ditempatinya.

"Bereskan!" Perintah Aron yang menyadarkan semua orang dari keterkejutan mereka.

Mereka memandang Aron dengan tatapan yang sulit diartikan, tapi Aron tidak menghiraukan mereka, dia menatap datar seseorang disana lalu melirik San yang masih terdiam bingung dengan keadaan

"San. Ikut saya!" Perintah Aron lalu pergi dari sana diikuti San yang kaget setelah didorong Sandre

Setelah perginya Aron dan San mereka semua yang ada didalam menatap tajam Lico yang sibuk mengelus memar dipipi mulusnya tanpa tau kalau dirinya sedang dalam bahaya.

"Lico" panggil mereka geram. Lico mengangkat kepalanya lalu menatap sekitar dengan cengiran canggung

"Eh? Hehe.. sepertinya luka saya harus segera diobati, jadi BYEEE!!" kata Lico lalu kabur dari sana meninggalkan anggota lain yang sangat kesal kepadanya

"LICO!!" teriak mereka semua

*****

"Saya mengangkatmu sebagai Wakil di Blocklife" kata Aron menatap datar San

"Hah? Kenapa saya bos?" Tanya San terkejut

"Harus ada alasan?" Tanya Aron datar

"Ya.. kita belum mendiskusikannya dengan anggota lain bos" jawab San tenang

"Kalau begitu beritahu mereka" jawab Aron santai

"Gak rapat bos?" Tanya San bingung

"Keputusan saya mutlak. Yang tidak setuju suruh menemui saya" keputusan Aron final. Dia berdiri lalu pergi dari sana meninggalkan San yang frustrasi

"Kenapa harus saya?! Jadi anggota inti saja sudah gak ada waktu luang lah ini gimana kalau jadi wakil? Astaga maafkan suamimu ini Lisa blekping sepertinya kakanda tidak bisa menemuimu dalam konser selanjutnya.." gerutu San miris

*****

Aron berjalan memasuki mansionnya, setelah sampai di Rusia dia sama sekali belum pulang ke mansion karena langsung menyelesaikan masalahnya di markas.

"Kamu sudah pulang" sambut Mytha berjalan kearahnya dengan masih menggunakan apron karna dia baru selesai masak makan malam

"Hmm" jawab Aron menatap Mytha datar

"Aku sudah siapkan makan malam. Kamu mau langsung makan atau membersihkan diri dulu?" Percayalah Mytha sekarang sangat gugup karna dia dengan jelas melihat bercak darah pada kemeja putih yang dipakai Aron

"Mandi" jawab Aron dingin

"Mau aku siapkan?" Tanya Mytha ragu

"Ga perlu" jawab Aron

"Kalau begitu aku akan kembali ke dapur" kata Mytha lalu berbalik berjalan menuju dapur.

"Tunggu" panggil Aron memegang lengannya, Mytha terkesiap dan meringis pelan. Aron yang memang pendengarannya sangat tajam bisa mendengar rintihan Mytha yang sepertinya menahan sakit, jadi Aron semakin mengeratkan genggamannya pada lengan Mytha

"Akkh" rintih Mytha kesakitan. Aron hanya memandangnya datar lalu melepaskan tangannya dan melihat ada darah di telapak tangannya

"Kenapa?" Tanya Aron dingin

"I-itu.. saat belanja.. sekelompok perampok.. dan yah jadi.." jelas Mytha yang belibet membuat Aron mengernyit bingung

"Saat pergi belanja Mytha dirampok dan dia terluka karna mencoba melawan mereka" jelas bibi Maria yang tiba-tiba sudah berdiri disebelah Mytha

"Belum bisa jaga diri?" Tanya Aron dingin

"Bisa" jawab Mytha pelan

"Kenapa luka" kata Aron datar. Mytha menatap kesal Aron, ketakutannya sudah hilang entah kemana

"Mereka banyak! Aku sendiri!" Jawab Mytha kesal. Aron hanya menatapnya dingin. Mytha yang bersitatap dengan mata dingin Aron kembali menunduk dan meremas kedua tangannya gugup

'Astagaaa.. apa yang aku lakukan? Semoga tidak ngamok karna aku melawan' batin Mytha takut

"Baru perampok. Belum mafia" kata Aron dingin lalu pergi dari sana meninggalkan Mytha yang terdiam kaku

'Dia benar. Ini baru perampok, sedangkan aku sudah masuk lingkaran hitam dimana musuh lebih sadis dan kejam dari pada perampok' pikir Mytha miris

"Tidak apa-apa.. Kamu memang baru belajar. Jadi wajar kalau belum bisa menjaga diri dengan benar. Lain kali kita belajar lebih giat. Agar kamu bisa menjaga diri dengan baik" kata bibi Maria menenangkan

"Bibi, saya mau belajar senjata" kata Mytha tegas.

Selama ini dia hanya belajar beladiri karna dia sangat takut memegang senjata apalagi itu pistol. Tapi sekarang dia sadar. Kalangan mafia yang paling sering adalah adu tembak bukan baku hantam. Jadi dia harus belajar senjata tajam dan senjata api agar tidak mati konyol.

"Bagus.. dan kamu juga harus melatih mental kamu supaya lebih berani" jawab Bibi Maria tersenyum tulus

Mytha hanya mengangguk dengan tersenyum tipis. Tapi terlihat dari matanya dia memiliki tekat kuat. Bibi Maria mengira kalau tekat Mytha adalah tekat untuk menjadi kuat. Tapi beda dengan pemikiran Mytha

'Aku harus menjadi kuat.. Agar bisa menemukan keberadaan adik' pikir Mytha

Transmigrasi ARONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang