Krit!
Yedam terdiam sesaat. Matanya menatap tajam Doyoung yang kini tersenyum tipis dengan dua jari membentuk peace padanya.
"Al! Aku kan udah bilang jangan buka kipasnya? SAPU ULANG!"
Capek-capek Yedam nyapu kamarnya yang berantakan, sang kekasih dengan se-enak hati menyalakan kipas angin, membuat debu yang telah ia kumpulkan susah payah kembali bertebaran.
Doyoung cemberut, "Kak gak sengaja kepencet ih. Maaf."
Yedam mendengus kesal, "Gak usah manja! Salah siapa? Cepet sapu atau besok wisudaan sendiri," ancamnya galak.
Iya guys, si doi udah mau lulus.
Dengan bibir yang masih cemberut, Doyoung mengambil alih sapu dari genggaman Yedam.
Melihat Doyoung yang menurutinya, Yedam tertawa kecil. Gemas saja dengan tingkah lelaki itu yang menyapu sambil sesekali menghentak-hentak kaki.
***
"Kak Biru ish! Kok belum datang?!"
Di seberang telfon, Doyoung terus menggerutu tatkala pujaan hati yang ia tunggu kedatangannya tak kunjung menampakkan diri.
"Macet Al," jawab Yedam kembali fokus menyetir.
Doyoung mendengus, "Beli jalanannya aja! Nanti Al suruh papa beli."
Yedam berdecak kesal. Lagi-lagi Doyoung mulai ngelantur, "Kalau kamu berani coba-coba, aku balik ke rumah mama!" ancamnya kemudian mematikan sambungan telfon begitu ia sampai di kampus Doyoung alias kampusnya dulu.
Kalau pernah dengar istilah— kita lulus sekolah makin makmur, maka Yedam setuju. Entah mengapa sejak ia lulus kampusnya jadi terlihat lebih waw gitu. Bukan ada gedung baru atau dirombak jadi megah, hanya saja seperti ada sesuatu yang membuat kampusnya terlihat seperti lo-miskin-lo-gak-bakal-bisa-kuliah-di-sini.
Yedam segera turun dari mobil miliknya dan berjalan ke aula tempat kumpulnya para mahasiswa yang akan lulus. Tangan kanannya menggenggam sebuket bunga dengan papan kecil bertulisan selamat lulus kesayangannya biru—Doyoung pasti malu kalau baca nanti.
Sedangkan tangan kirinya menggenggam secarik kertas yang di-desain seolah-olah seperti voucher makan gratis.
Ia memutuskan duduk dekat pojok belakang agar Doyoung tidak melihat kehadirannya.
Surprise gitu ceritanya.
Ketika nama dengan awalan Ganesha itu dipanggil, Yedam tidak bisa menahan senyumannya melihat Doyoung-nya menerima ijazah dan secara resmi telah lepas dari masa pendidikan.
"Apa motivasimu buat lulus?" tanya seorang wanita sebagai sosok yang memberikan gulungan ijazah pada Doyoung.
Lelaki itu sesaat terdiam dan sedetik kemudian tersenyum lebar, "Buat nikahin kak pacar tersayang dong, Bu!"
Seketika ruangan yang penuh haru itu terganti dengan gelak tawa. Namun tidak buat Yedam karena pipinya kini tengah memerah.
"BUCIN TEROSSS!" Tak jauh dari sana, Haruto berteriak menyoraki sahabatnya.
Detik demi detik berlalu, perlahan aula yang ramai mulai bubar dan satu-persatu keluar menuju halaman utama kampus. Beberapa mahasiswa berkumpul untuk sekedar foto untuk terakhir kalinya yang menyandang status mahasiswa, beberapa lainnya tengah berbagi canda-tawa bersama keluarga, dan sisanya saling mengucapkan selamat.
Yedam merengut kesal di kala sosok yang menghabiskan hampir setengah hidupnya bersamanya itu tengah dikeremuni banyak mahasiswa, entah mahasiswa baru maupun mahasiswa lama. Memberikan bunga, coklat, atau bahkan pernyataan cinta. Cih, menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless
FanfictionFlawless; everything never can be without you. ❝They're not perfect, but flawless.❞ ft. dodam || on-going. [season 2 of 'rich ex'] ↳ fluffy-romance, shortstory, bxb.