11 ✎*ೃ Usai sudah-kesayangan

1.7K 322 124
                                    

Kring!

Pip.

Pemuda manis dengan piyama berwarna biru muda itu bangkit dari kasurnya. Sesaat ia meregangkan otot tubuhnya yang melemas, tidak ada energi di pagi hari yang cerah ini.

Matanya mengerjap mencoba menerima sinar matahari yang menusuk matanya.

Begitu maniknya terbuka, pandangannya berkerut menatap sekeliling ruangan.

Ini bukan kamarnya maupun kamar Doyoung.

Malas berpikir, Yedam segera keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Matanya menemukan sang ibu yang kini tengah memasak di dapur.

"Pagi Ma."

"Udah bangun non?"

Yedam tertawa, "Apaan sih Mama!"

"Punya anak laki satu hobinya bangun siang terus," ujar wanita itu geleng-geleng kepala.

Mendengar itu, Yedam hanya terkekeh.

"Al mana Ma?"

Yedam bertanya di kala menyantap sarapannya, nasi goreng.

Kita dimakan guys:((

"Al siapa?"

Yedam menyerngit. Ia meletakkan kembali sendoknya.

"Mantu mama."

"Idih bisa aja halunya."

Hah?

***

Yedam masih belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Pemuda manis itu kini tengah berdiam diri di atas kasurnya.

"Kak Biru~"

Lelaki itu menoleh ke belakang ketika mendengar suara yang ia cari sedari tadi.

Tidak ada siapa-siapa.

Bentar—

"Al gak usah ngadi-ngadi ya, aku mau sushi!"

Doyoung memberikan jempolnya dan mengangguk, "Ayo makan sushi!"

Yedam terkekeh pelan. Kedua tangannya terulur dan pemuda itu menatap Doyoung berbinar.

"Mau gendong?" tanya Doyoung yang diangguki polos sama Yedam.

Doyoung menggigit bibir bawahnya menahan gemas. Yedam gemesin banget.

Ia dengan senang hati menggendong Yedam di punggung. Yedam gak berat sama sekali, malah ringan banget kalau kata Doyoung.

"Sushi!"

Benar. Kenapa Yedam melupakan hal itu?

Jika kalian menebak, maka persentase pemikiran kalian 99% benar.

Yedam terduduk di lantai. Lututnya melemas, kakinya tak mampu menahan bobot tubuhnya.

Ia meremas rambutnya, pikirannya berkecamuk.

Harusnya kita beneran ke Russia aja naik pesawat bodoh! Bukannya malah pergi makan sushi dan berakhir kecelakaan sialan.

Cairan bening menetes dari maniknya. Pikirannya kembali menerawang kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Al ...."

Isakan lolos begitu saja dari bibir mungilnya.

Ia terkulai lemas di lantainya. Bibirnya masih bergumam kecil dan matanya kian terus menetes cairan bening.

"Kak Biru maaf ... belum bisa jadi alasan kamu bahagia."

Yedam ingat. Ingat bagaimana kedua manik kesukaannya kian meredup dengan senyuman yang terpantri menatapnya berlinang air serta darah di sekitarnya. Sebuah rasa yang tak bisa dijelaskan ketika tangan yang merengkuh pinggangnya kian terkulai lemas dan juga badan yang selalu berdiri tegap di hadapannya perlahan ambruk mendekap tubuhnya tanpa sebuah kenyamanan.

Yedam menepuk dadanya kuat.

"Al ... sakit."

"Aku butuh obat aku, tapi kalau obat aku pergi ninggalin aku, aku juga gak akan bisa sembuh kan?"

"Aku gak butuh obat berarti. Aku butuhnya kamu."

"Al please..."

Kehadiran Doyoung dari dulu memang berpengaruh besar buat Yedam. Ia tidak pernah mengatakan seberapa sukanya pada pemuda tersebur, tapi tanpa Doyoung dunianya seakan hancur.

Kenangan manis di masa lalu tidak akan pernah bisa terjadi lagi.

Pada akhirnya, Amerta tidak akan pernah ada di dunia ini.

Nirmala tidak akan pernah menjadi sempurna.

Untaian kata tidak akan pernah bisa menyuarakan isi hati kedua insan yang pernah bersatu dulu. Frasa tidak akan bisa menjelaskan seberapa indah kisah mereka.

Kisah kedua insan yang pernah ada tidak selalu berakhir baik.

Tapi bagi keduanya, pertemuan mereka yang terbaik.

The end!

—The end!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



🥺❤️

-jumat, 23 juli 2021

FlawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang