Yedam berdiam diri memandang bangunan menjulang tinggi di hadapannya. Ia bersidekap dada, alisnya sesekali menyerngit kemudian ia mendengus.
Bibirnya menghela nafas kecil. Yedam lantas berjalan ke meja resepsionis.
"Permisi, selamat siang."
Mbak-mbak resepsionis itu sontak menoleh dan membungkuk pelan. "Ah? Apa anda juga datang untuk interview? Ruang tunggu berada di lantai 3," ujar perempuan itu yang membuat Yedam mengerutkan dahi bingung.
"Ah ya makasih."
Yedam segera menaiki lift dan menekan angka 3.
"Siapa juga yang datang buat interview? Kalau gue ikut yang ada langsung diterima," gumamnya sepanjang jalan.
Ia berhenti di satu-satunya ruangan yang luas dan banyak penghuninya. Dahinya berkerut tak suka kala menemukan banyak gadis yang mengantri dengan gaya yang entah diimut-imutkan atau dibuat sedewasa mungkin.
Tak sedikit juga pria yang ikut mengantri.
Yedam menduduki kursi kosong di pojok ruangan. Di sebelahnya ada gadis yang sedang asik make up.
"Eh yang wawancarin nanti siapa?" tanya Yedam iseng, sksd dengan gadis itu.
Yang ditanya dengan semangat menoleh padanya dan mulai berceloteh. "Katanya sih CEO baru anak bungsunya Pak Mahendra dulu yang baru serah jabatan. Si Ganesha itu," ujarnya semangat.
Yedam hanya ber-oh ria tidak kaget karena Doyoung emang sedang sibuk-sibuknya.
"Pinjem dong persyaratan sama formulir lo."
Gadis itu menyerngit. "Lo bukannya punya? Maksud gue, lo interview juga kan?"
Yedam menggeleng. "Gue ke sini mau ketemu orang. Gak penting sih, orangnya lagi sibuk."
Yedam segera membaca kertas-kertas yang diberikan gadis itu tadi.
"Make up lo bagus. Beli dimana?" tanyanya disela-sela membaca.
Gadis itu kembali heboh. Yedam bingung, dimana letas antusias atas pertanyaannya?
"Bener kan?! Hadiah dari suami gue."
Yedam mengangguk-ngangguk.
"Salken ya Lia. Gue Yedam, lo pasti diterima kok kerja di sini. Good luck!"
Gadis itu—Lia, tersipu dan memberikan jempolnya. "Duh kalau gue diterima gue traktir lo makan ayam deh."
Ini mereka kenapa kayak teman, sih?
Yedam hanya mengangguk, namun raut wajahnya seketika berubah kesal. Dalam hatinya seolah ada api yang membara. Ada suatu hal yang membuatnya kesal.
"Tapi Lia, lo kan udah nikah. Kok mau kerja sih?"
"Gue lulusan S2 marketing. Sayang banget dong gak kerja? Suami gue juga kerja di sini sih."
Ketika keduanya sedang asik berbincang, satu suara mengalihkan perhatian keduanya.
"Urutan 27."
Yedam sontak menepuk lengan Lia. "Giliran lo tuh. Good luck!"
Ketika Lia memasuki ruang interview, wajah Yedam kembali memandang datar menahan kesal.
"Gue udah cantik belum? Pokoknya gue harus buat anak Pak Mahendra naksir gue."
Telinganya tuh dari tadi penggang mendengar ujaran-ujaran dari berbagai orang mengenai harus-buat-si-bos-naksir-gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless
FanfictionFlawless; everything never can be without you. ❝They're not perfect, but flawless.❞ ft. dodam || on-going. [season 2 of 'rich ex'] ↳ fluffy-romance, shortstory, bxb.