Bab 4

227 31 1
                                    

"Kemana kita akan pergi?"

"Kamu pasti ingin tahu ya?"

Sikap sinis Sehun membuat Luhan berkata kasar. "Dengar, aku tidak bisa menemukan jalan kembali ke peradaban meskipun aku memegang kompas di satu tangan dan peta ditangan yang lain. Salah-satunya hal yang luar biasa tentang daerah ini adalah kemonotonannya. Saat ini aku bahkan tidak tahu kearah mana kita pergi. "

"Itulah satu-satunya alasan aku tidak menutup matamu."

Mendesah kesal. Luhan menoleh ke jendela truk yang terbuka. Angin sejuk bertiup melalui rambutnya. Bulan sabit menyinari wajahnya. Garis gelap pegunungan dikejauhan membentuk cakrawala, tapi dia hampir tidak memperhatikannya.

Dia segera menyadari mengapa desa di dekat Tambang Lone Puma telah kosong. Semua orang sudah pindah ke "tempat persembunyian". Hanya mereka yang terlibat dalam penculikan yang sebenarnya dan keluarga mereka tetap tinggal di desa. Tak lama setelah Sehun mengahmbur keluar dari rumah karavan Kai,  mereka berangkat ke tujuan yang masih belum diketahui Luhan.

Truk Sehun berada diurutan paling belakang, seperti pada siang harinya, tapi dia tidak pernah membiarkan jarak terlalu jauh antara van yang mereka ikuti.

"Bagaimana kau bisa menjadi kepala suku?"

"Aku bukan satu-satunya. Ada dewan suku yang terdiri atas tujuh kepala suku."

"Apakah kamu mewarisi posisi itu dari ayahmu?"

Sehun seperti menggertakkan giginya, karena otot-otot di rahangnya mengeras. "Ayahku meninggal di rumah sakit karena kecanduan alkohol yang tidak dapat disembuhkan. Dia hanya sedikit lebih tua dari usia ku sekarang ketika dia meninggal."

Luhan menunggu sebentar, lalu bertanya, "Namanya benar-benar Oh?"

"Ya. Oh Yeonseok adalah kakek buyutnya. Dia menetap di wilayah itu setelah Perang Saudara dan menikahi seorang wanita Indian."

"Jadi, kau mewarisi posisi kepala suku dari keluarga ibumu."

"Ayah dari ibuku adalah seorang kepala suku."

"Ibumu pasti sangat bangga padamu."

"Dia meninggal setelah melahirkan adik laki-lakiku yang mati saat dilahirkan."

Sehun tampak menikmati reaksi terkejut Luhan. "Kamu tahu, dokter hanya mengunjungi reservasi dua minggu sekali. Ibuku melahirkan saat dokter sedang libur. Dia mengalami pendarahan dan mati kehabisan darah. "

Luhan menatapnya, rasa iba menyelimutinya. Tidak heran pria ini begitu kasar, setelah mengalami masa kecil yang begitu tragis. Tetapi melihat raut wajahnya yang keras, dia tahu pria itu tak mau dikasihani dalam bentuk apapun.

Dia menatap Ziyu. Anak itu tertidur lelap, berbaring di kursi di antara mereka, kepalanya berbaring di pangkuan Luhan, lututnya ditekuk didepan dada. Dia melilitkan sehelai rambut pirang Ziyu dijarinya.

"Tidak ada saudara laki-laki atau perempuan lain?" dia bertanya dengan lembut.

"Tidak."

"Adakah seorang Nyonya Oh?"

Sehun meliriknya tajam "Tidak."

Sang Tawanan (HunHan Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang