Bab 3

262 33 3
                                    

Luhan tidur sendirian. Tapi saat berikutnya, dia terbangun dan Sehun sudah berada didekatnya. Seperti air raksa, tanpa suara pria itu sudah berada diatas tubuhnya, menindihnya, satu tangannya menutup mulut Luhan dan tangan lainnya menempelkan ujung pisau di tenggorokannya. Pria itu berbisik kasar ditelinganya, "Bahkan kalau kau bernafas keras-keras, aku akan membunuhmu."

Luhan percaya padanya.

Dalam kegelapan, mata pria itu tampak sedingin es, tanpa perasaan. Luhan mengangguk sedikit untuk menunjukan bahwa ia mengerti.

Tapi Sehun tidak mengendurkan tangannya di atas mulutnya. Luhan merasakan otot-otot pria itu benar-benar mengencang.


Alasannya menjadi jelas beberapa detik kemudian ketika dia mendengar suara kendaraan mendekati tempat terbuka itu dari jalan tanah yang tidak rata. Sepasang lampu depan mobil menyoroti pepohonan yang mengelilingi mereka. Debu berputar-putar saat pengemudi mengerem. Pintu didorong terbuka.

"Berdiri dan angkat tangan kalian ke udara."

Nada bentakan militer dalam perintah  itu mengejutkan Luhan. Matanya melebar saat dia menatap Sehun. Pria itu memaki pelan, Dia mengkhawatirkan hal yang sama yang Luhan, bahwa suara-suara itu akan membangunkan Ziyu.

Luhan berdoa mati-matian agar anaknya tetap tidur, kalau Ziyu bangun dan mulai menangis entah apa yang akan terjadi. Dia mungkin akan terkena peluru nyasar selama adu tembak antara para penculik dan para penolongnya. Atau Sehun akan menyadari bahwa misinya akan gagal, dan karena dia tidak punya beban lagi, membawa semua orang untuk mati bersamanya.

Ia menatap pria yang berbaring di atasnya. Bisakah dia membunuh seorang anak dengan darah dingin? Memusatkan perhatian pada garis mulutnya yang kaku, keras, tanpa kompromi, dia mengambil keputusan bahwa pria itu bisa melakukannya.

Kumohon, Ziyu, tolong jangan bangun.

"Siapa kalian dan apa yang kalian lakukan di sini?"

Anak buah Sehun rupanya telah dipilih sendiri kemampuan akting mereka. Mereka berpura-pura baru saja telah terbangun dari keadaan mabuk, meskipun Luhan tahu bahwa Sehun telah menyadari kedatangan kendaraan itu, yang lainnya juga pasti sudah mengetahuinya. Mereka tampak heran dan bingung oleh interogasi singkat para petugas dan tergagap-gagap memberikan jawaban yang tidak masuk akal untuk setiap pertanyaan. Akhirnya para petugas hukum kehilangan kesabaran dengan mereka.

"Demi Tuhan, mereka hanya sekelompok pemabuk Orang Indian," kata yang satu kepada yang lain. "Kita cuma  membuang-buang waktu di sini. "

Luhan merasakan setiap otot di tubuh Sehun bergetar dengan kemarahan. Tak jauh dari matanya, pembuluh darah di pelipis pria itu berdenyut dengan amarah.

"Apakah kalian melihat seseorang menunggang kuda hari ini? Enam atau tujuh penunggang? "salah satu petugas bertanya pada kelompok itu.

"Mereka mungkin datang dari arah sana."

Ada percakapan singkat di antara orang-orang Indian itu dalam bahasa mereka sendiri sebelum beberapa dari mereka menunjukkan kepada petugas bahwa mereka tidak melihat penunggang kuda kemana pun.

Salah satu petugas menghela napas dalam-dalam.

"Baik,Terima kasih banyak. Buka matamu, ya? Dan laporkan apa pun yang tampak mencurigakan. "

Sang Tawanan (HunHan Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang