Bab 2

255 31 3
                                    

Bibir Sehun keras, tapi terasa lembut mengelus bibir Luhan yang terkatup rapat. Ketika bibir itu tidak mau terbuka juga, Sehun menarik diri dan menatap mata Luhan. Perlawanan wanita itu sepertinya membuatnya merasa geli daripada marah.

"Kau tidak akan bisa lolos semudah itu, Nyonya Wu. Kau sengaja menyulut api yang bergelora dalam diriku, jadi sekarang kau yang harus memadamkannya." Dia mencengkeram rahang Luhan dengan jemarinya yang kuat dan mengarahkan bibir Luhan yang terbuka pada bibirnya yang mencari-cari.

Luhan meletakkan tinjunya di dada Sehun yang berotot dan mengerahkan semua kekuatannya untuk mendorong, tapi pria itu bergeming. Luhan menjadi sasaran ciuman yang paling intim, dan tidak tanggung-tanggung yang pernah di alaminya, dan tidak ada yang bisa dia lakukan selain menyerah. Dia memikirkan Ziyu. Jika penculik mereka berubah kejam, dia ingin orang itu melampiaskan kepadanya, bukan pada anaknya.

Tapi dia tidak menyerah sepenuhnya. Dia menggeliat melawannya, mencoba mengambil jarak, tidak peduli betapapun tipisnya, di antara tubuh mereka. Namun, sepertinya pria itu mengetahui titik titik paling rawan ditubuhnya dan merapatkan diri sementara bibirnya terus menjelajahi bibir Luhan.

Luhan akhirnya berhasil melepaskan bibirnya.

"Tinggalkan aku sendiri," katanya dengan suara serak dan rendah.

Dia tidak ingin Ziyu melihat mereka dan datang menyerbu dengan menghunus pisau yang diberikan orang barbar ini padanya.

"Atau apa?" Ejek Sehun, pria itu mengambil seuntaian rambut pirangnya di antara jari-jarinya dan menyapukannya ke mulutnya yang kaku tapi seksi itu.

"Atau aku sendiri yang akan mengambil pisau itu dari Ziyu dan menusuk jantungmu."

Tidak ada senyum yang memecahkan kekakuan wajah Sehun, tapi tertawa tertahan

"Karena aku mencuri ciuman? Rasanya lumayan, tapi tak layak untuk mati."

"Aku tidak meminta penilaian."

"Jika kau tidak menyukai ciuman ku, aku menyarankan kau untuk tidak mencoba menggodaku dengan pesona kewanitaan mu lagi." Sehun menurunkan tangannya ke bagian depan baju Luhan, merangkum payudaranya dan meremasnya dengan lembut.

"Boleh juga, tapi tidak cukup untuk mencegahku menjalankan rencanaku."

Luhan menepis tangan Sehun, pria itu melangkah mudur tapi Luhan tahu itu karena dia memilih berbuat demikian, bukan karena Luhan menyuruhnya mundur. "Apa yang kau rencanakan?"

"Memaksa pemerintah untuk membuka kembali tambang Lone Puma Mine. "

Jawabannya sangat jauh dari perkiraan Luhan, sehingga dia mengerjapkan mata dan membasahi bibirnya tak mengerti. Dalam kekusutan pikirannya, benaknya mencatat bahwa bibirnya terasa seperti sebuah ciuman, seperti seorang pria, seperti Sehun. Tapi kebingungannya mengalahkan semua pikiran lainnya.

"Membuka kembali apa?"

"Tambang Lone Puma. Itu tambang perak. Pernah mendengarnya? "Luhan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak terkejut. Tambang itu sepertinya tidak penting selain untuk mereka yang menggantungkan hidupnya disana, rakyatku."

" Orang-orangmu? Orang Indian?"

"Tebakan yang bagus," kata Sehun dengan sarkartis. "Apa yang membuka rahasiaku? Kebodohanku atau kemalasanku?"

Sang Tawanan (HunHan Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang