Bab 11

328 32 4
                                    

Suasana di sekitar api unggun malam itu hampir seperti pesta. Dewan suku memiliki rencana yang akan mengembalikan tambang kepada mereka. Orang-orang tidak tahu pasti rencana apa itu, mereka juga tidak peduli. Mereka hanya percaya pada Dewan akan menyelesaikannya untuk mereka. Semua kepala suku, khususnya Sehun, diperlakukan dengan lebih hormat dari biasanya.

Johnny mendekati selimut mereka ketika Sehun dan Luhan sedang makan. Sejak hari usaha pelariannya yang gagal, setiap kali Luhan melihat Johnny, pemuda itu sedang bekerja dengan rajin, seakan sedang menebus kelalaiannya. Sekarang, pemuda itu mengulurkan kedua tangannya sejajar dengan tanah. Tangannya tidak lagi gemetar.

"Aku sudah tidak mabuk lagi selama tiga hari," katanya

Sehun tidak tersenyum, tapi anak muda itu tidak mengharapkannya. "Pekerjaanmu dengan truk-truk itu bagus dan mengembalikan kepercayaanku padamu. Setelah kita kembali ke tambang, peralatan khusus pasti perlu perbaikan. Aku akan menunjukmu sebagai pengawas tetap bengkel bila kau setuju mengikuti sekolah mekanik dikota. Suku akan membayar iuran untuk sekolahmu, kau tertarik?"

"Ya."

Sehun memberinya tatapan memuji. "Aku akan mengusahakannya sesegera mungkin." mata gelap Johnny bersinar, tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi sebelum meninggalkan mereka. Ia tidak keluyuran sendirian seperti sebelumnya, tapi bergabung dengan yang lain. Luhan melihatnya mendekati salah satu wanita muda dan dengan ragu-ragu memulai pembicaraan dengannya.

"Kurasa hatinya yang patah dan egonya yang terluka akan pulih."

Sehun mengiyakan sambil lalu, tapi perhatiannya sudah teralih pada pasangan yang menghampiri mereka sambil bergandengan, yang pria muda dan tampan, tinggi dan gagah, tapi yang wanita dengan malu-malu terus menatap tanah didepannya.

"Selamat datang, Daniel." Kata Sehun pada pria itu.

"Aku hanya mampir dua hari, aku sudah mendaftar, tapi kuliahku baru mulai hari senin nanti."

"Uang mu cukup untuk membayar semuanya?" Pemuda itu mengangguk, ia melirik pada gadisnya dan untuk pertama kalinya mulai menunjukkan kegugupan, ia membasahi bibirnya sebelum berbicara pada Sehun lagi. "Aku ingin meminta izin untuk menikahi Park Jihyo."

Mata Sehun beralih pada Jihyo. Gadis itu memandangnya sebentar, lalu memandangi tanah lagi. "Bagaimana dengan sekolahmu?"

"Aku lulus bulan Mei," Daniel mengingatkannya, "kami ingin menikah Juni berikutnya. Pada musim gugur nanti, aku ingin Jihyo masuk kuliah dan mendapatkan gelar sarjana juga."

"Masalah ini harus kau kemukakan di depan Dewan."

"Aku ingin melakukannya siang ini, tapi tidak jadi karena aku tahu masalah lain yang sedang dibicarakan begitu penting." Daniel melirik Luhan "Aku sudah berkonsultasi dengan semua kepala suku yang lain secara pribadi, mereka sudah memberikan izin."

"Apakah keluarga Jihyo setuju?"

"Ya."

"Dan dia sendiri?"

Pemuda itu menarik Jihyo ke depan sedikit. Gadis itu berbicara dengan suara pelan seorang pengantin. "Aku ingin menikah dengan Kang Daniel."

"Kalau begitu kalian mendapat izinku." Kata Sehun "tapi kau harus lulus dulu, Daniel." tambahnya cepat-cepat

Mereka mengucapkan terimakasih dengan hormat, lalu berbalik dan bergegas pergi. Sebelum kegelapan menelan mereka, Luhan dan Sehun melihat Jihyo melingkarkan lengannya di leher Daniel dan merapatkan tubuh mereka.

"Aku ragu mereka akan menunggu sampai Juni untuk tidur bersama. Apalagi bila Jihyo yang membuat keputusan." Kata Luhan menyindir.

Sehun menoleh cepat. Wajahnya yang kaku berusaha menahan senyuman mendengar komentar tajam Luhan. "Aku hanya berharap Daniel tidak membuatnya hamil dan memaksaku untuk memajukan tanggal pernikahan beberapa bulan lebih cepat. Kami mengumpulkan banyak uang untuk biaya kuliah Daniel. Sejauh ini, dia memenuhi harapan kami. Aku khawatir dia akan bertemu seorang gadis kulit putih di kampus dan..."

Sang Tawanan (HunHan Gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang