Jeongyeon sedang berada ditoilet kantornya untuk buang air kecil. Tiba-tiba handphonenya berdering. Dia pun mengangkat saat melihat nama mina muncul dilayar handphonenya.
"Halo" sapa jeongyeon.
"Ibu mulai emosional lagi"kata mina seperti orang yang sedang kesal.
"Dia bersandiwara lagi" kata mina dengan menggebu-gebu.
Jeongyeon mendengarkan keluh kesah mina sambil buang air kecil. Dia menaikan resletingnya celananya dan mencuci tangannya di wastafel.
"Tenang, mina" kata jeongyeon.
Tapi tiba-tiba perhatian jeongyeon teralihkan saat melihat mina masuk kedalam toilet pria.
"Dia begitu tidak masuk akal dan dia sangat sensitif" mina terus berbicara tanpa memperdulikan jeongyeon.
"Mina, kau gila. Ini kantor" jeongyeon menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat kelakuan mina.
"Jika dia bukan ibuku, aku pasti akan pergi meninggalkan rumah" kesal mina mengikuti jeongyeon.
"Diam!" kesal jeongyeon.
"Ini kantor. Orang-orang bekerja disini!" jeongyeon membasahi wajahnya dengan air karena pusing mendengar omelan mina.
"Ini bukan kantor jeong, ini toilet" kata mina.
Jeongyeon menghela napas dan menatap mina.
"Apa yang terjadi?" tanya jeongyeon.
"Kabar baik...aku diterima dikampus ini" kata mina meletakan kertas ditangan jeongyeon.
Jeongyeon melihat dan membacanya. Disana tertulis "UGC (Undergraduate Prospectus)".
"Kabar buruknya, ibu tidak mengizinkanku untuk pergi ke Gold Coast" tambah mina.
"Kau akan pergi ke australia?" tanya jeongyeon tidak percaya.
"Aku ingin, tapi ibu tidak akan membiarkan aku pergi kesana" kesal mina.
"Kapan kau mendaftar ke UGC?"tanya jeongyeon penasaran.
"Tiga bulan yang lalu" jawab mina dengan santai.
Jeongyeon terdiam, dia samasekali tidak percaya dengan jalan pikiran mina. Mina bahkan tidak pernah membicarakan tentang hal itu kepadanya.
"Ini adalah kesempatan yang besar. Aku awalnya berpikir kalau lamaranku tidak akan diterima. Aku akan memberitahu kalian berdua..."mina berhenti bicara saat disanggah oleh jeongyeon.
"Apa maksud semua ini, mina?"kesal jeongyeon.
"Jeong, aku sudah sangat pusing sekarang. Jadi jangan menjadi sensitif seperti ibuku"kata mina saat melihat jeongyeon mulai kesal.
"Dan aku tidak butuh dua ibu" kata mina mengambil rokok dikantongnya.
"Aku sensitif?" kesal jeongyeon mengambil rokok mina dan membuangnya ketong sampah.
"Ini adalah program satu tahun, di negara lain dan tanpa memberitahu siapa pun saat kau mengikuti semua itu" kata jeongyeon menatap mina.
"Dan ini adalah berita bagusmu" kesal jeongyeon.
"Kau luar biasa" jeongyeon menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tidak memberitahumu karena aku tahu kau akan bereaksi seperti ini" kata mina menatap jeongyeon.
"Ada perbedaan antara rencana dan keputusan. Jika ini sangat penting bagimu, kenapa kau tidak memberitahu ku tentang ini sebelumnya?" tanya jeongyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Up (Completed)
FanfictionMina belum siap berkomitmen meski telah berpacaran dengan jeongyeon selama 10 tahun. Pada suatu kesempatan mina pergi menuju Australia untuk sekolah akting yang telah ia ambil. Karena mulai bosan dan lelah mina pun memilih putus dengan jeongyeon dan...