Jeongyeon terus mengikuti nyonya myoui yang sedang membereskan barang-barang dikantornya. Dia juga membantu nyonya myoui untuk memindahkan dan mengangkat barang-barang yang ada disana.
"Itu hanya alasan mina untuk pergi dari sini, jeong" kata nyonya myoui.
"Ketika dia berumur 6 tahun, dia mengatakan kepada gurunya kalau dia tidak bisa mengerjakan tugasnya" kata nyonya myoui sambil meletakan kotak yang dia bawa keatas meja.
"Karena ibunya seorang artis, dia tidak pernah mendapatkan kotak makan siangnya dan mina harus melakukan semua pekerjaannya sendirian"jeongyeon hanya tersenyum saat mendengar cerita nyonya myoui.
"Dia mengatakan semua itu hanya untuk melarikan diri dari tugasnya!"kata nyonya myoui.
"Siapa yang akan tahu apa yang mungkin dia lakukan di Australia. Dia belum melihat sisi jelek dunia ini....seperti yang pernah aku alami" kata nyonya myoui mengingat pengalaman hidupnya.
"Ada berbagai macam orang didunia ini, bukan hanya satu seperti ayah mina" kata jeongyeon menatap nyonya myoui.
"Dia akan membuat kesalahan, tapi dia memiliki hak untuk melakukan semua keinginannya, bibi"lanjut jeongyeon yang sedang membujuk ibunya mina.
.
.
.
.
.Jeongyeon berdiri didepan kamar mina sambil melihat kekacauan yang terjadi disana. Kamar mina terlihat sangat berantakan. Pakaiannya berserakan kemana-mana, ada yang dikasur, ada yang dilantai dan ada juga didepan kaca rias mina.
Jeongyeon melangkahkan kakinya ketempat favorit mina. Yaitu tempat yang selalu dia datangi ketika dirinya mengalami masalah.
Jeongyeon berjongkok didekat sebuah meja dan melihat mina yang sedang duduk termenung dibawah kolong meja.
Jeongyeon menghela napas, dia berjalan lalu mengambil koper mina dan mulai membereskan semua baju yang berserakan dikamar mina.
Jeongyeon melipat semua baju itu dan memasukannya kedalam koper mina. Dia menyusun semua barang menjadi rapi kembali.
Setelah dia menutup koper mina, dia pergi kedapur untuk membuatkan teh untuk mina.
Jeongyeon berjongkok didepan meja sambil memegang gelas yang berisi teh kesukaan mina.
"Bibi memiliki satu syarat untukmu, kau harus selalu menelpon dan memberi kabar kepadanya" kata jeongyeon.
Mina langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada jeongyeon. Dia mengambil gelas yang dipegang jeongyeon dan menggeser duduknya agar jeongyeon bisa duduk disampingnya.
Mina memeluk jeongyeon saat jeongyeon sudah duduk didekatnya.
"Mina, aku memang melakukan pekerjaan yang membosankan dikantor ayahku, tapi aku tidak pernah berbohong pada diriku sendiri" kata jeongyeon mengusap punggung mina.
"Aku tahu, aku minta maaf" sesal mina membenamkan wajahnya kedada. Jeongyeon.
"Jeong...kau harus mengambil semua resiko. Kau adalah orang yang sangat cerdas..." kata mina saat melepaskan pelukannya.
"Mengambil resiko? Kau bahkan mempertaruhkan hubungan kita" sanggah jeongyeon saat mina bicara.
"Apakah kau gila? Resiko apa! Bukankah kita masih bersama setelah pertengkaran kemarin" kata mina.
"Break setahun tidak akan ada bedanya" lanjut mina yang membuat jeongyeon langsung menatapnya.
"Apa maksudmu dengan "break"?" bingung jeongyeon.
"Jangan idiot jeong. Berpisah selama setahun itu sama saja dengan "break" " mina menjelaskan.
"Mina, kita tidak harus memutuskan hubungan hanya karena kita akan berpisah selama setahun" kata jeongyeon.
![](https://img.wattpad.com/cover/272351491-288-k638487.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Break Up (Completed)
FanficMina belum siap berkomitmen meski telah berpacaran dengan jeongyeon selama 10 tahun. Pada suatu kesempatan mina pergi menuju Australia untuk sekolah akting yang telah ia ambil. Karena mulai bosan dan lelah mina pun memilih putus dengan jeongyeon dan...