"Aku mau ketemu kamu bukan karena mau meralat keputusan yang sudah aku buat," kata Rana. Ia menatap Ryan tajam.
Mereka berada di sebuah restoran di kawasan Seminyak. Tempat yang dulu sering mereka kunjungi karena tidak begitu ramai. Ada banyak kenangan indah yang sebetulnya terjadi di tempat ini. Namun Rana ingin menutupnya dengan perpisahan yang tegas.
Ryan tampak frustrasi. "Ran, please... Kabar kita akan menikah sudah tersebar di media..."
"Jadi kamu ngotot tetap ingin nikah sama aku karena malu dengan berita yang sudah telanjur tersebar di media?" Rasanya Rana tidak ingin percaya. Spontan saja ia mendengus kasar.
"Bukan begitu..."
"Ryan, aku menemui kamu sekarang karena ingin menegaskan bahwa aku tidak akan menikah sama kamu. Jadi tolong, jangan ganggu aku dan keluargaku. Kamu tidak akan mendengar kata iya dari aku," tegas Rana. "Keputusan ini sudah tidak bisa diganggu gugat."
"I'm sorry..." kata Ryan pelan. "But please..."
"Jangan berusaha terlalu keras, keputusanku tetap tidak akan berubah."
Ryan menunduk dan menopang dahi dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja. Ia tidak menyentuh minumannya sejak tadi. Kini pria itu tampak putus asa. Namun Rana tidak ingin terkecoh. Bisa saja Ryan sengaja memperlihatkan rasa putus asa itu supaya Rana iba. Pria itu pandai membuat orang lain merasa kasihan.
"Kalau kamu khawatir dengan berita di media, bilang saja aku yang selingkuh. I dont care," kata Rana. "Nama kamu akan tetap baik, fans kamu juga nggak akan lari."
"No, aku yang salah. Aku nggak akan melakukan itu," kata Ryan.
"Aku serius. Aku benar-benar nggak peduli," pungkas Rana. "Untuk urusan itu terserah kamu." Rana menghela napas. Ryan masih tampak memelas seolah dialah yang sedang tersakiti.
Sebelum akting Ryan semakin menjadi-jadi, Rana tidak sabar ingin menutup pembicaraan ini. "Okay, sudah tidak ada lagi yang bisa aku bicarakan sama kamu. Kita benar-benar sudah tidak ada hubungan apa-apa. Hanya dua orang yang kebetulan saling kenal..."
"Rana!" Ryan tiba-tiba memotong dan menggenggam tangan Rana dengan erat. Rana pun merasakan orang-orang di sekitar sekarang sedang menatap kepo ke arah mereka. "Aku harus gimana supaya kamu bisa menerima aku lagi? Please, tell me..."
Rana menarik tangannya dengan kesal. Dia sudah menduga Ryan akan bermain drama seperti ini dan sengaja menjadi pusat perhatian. "Aku kan sudah bilang, nggak usah berusaha terlalu keras!" kata Rana. "Ya sudah deh, terserah kamu! Mau kamu merengek-merengek juga aku nggak bakal balikan sama kamu! Do what you want, but I'm still say no!"
Rana menyambar tasnya dan buru-buru berbalik pergi. Napasnya naik turun karena kesal. Dalam hati ia berdoa semoga Ryan tidak mengejarnya dan membuat kehebohan. Ia terlalu gengsi untuk menoleh ke belakang untuk memastikan hal itu tidak terjadi. Lebih baik bergegas ke parkiran dan langsung pulang.
"Rana!" suara Ryan masih terdengar.
"FUCK YOU!" balas Rana berteriak seraya mengacungkan jari tengah tanpa menoleh ke belakang.
***
Stefan tidak salah lihat. Ia memang melihat wanita yang tempo hari makan satu meja dengannya di Warung Mama Lala. Kalau tidak salah namanya Rana, arsitek yang senang makan banyak. Dua kali bertemu di warung, wanita itu selalu makan dengan lahap.
Stefan tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Peristiwa barusan terlalu keren untuk dilewatkan. Rana benar-benar tahu caranya mencampakkan seorang pria. And look at that guy, tampak menyedihkan! Dia pasti berpikir dengan wajah memelasnya itu Rana akan tersentuh. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Rana mengacungkan jari tengah dan mengucapkan 'fuck you" dengan sangat lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape
General Fiction"The heart wants what it wants." Rencana pernikahan Rana dan Ryan terpaksa batal karena Ryan ketahuan selingkuh. Rana patah hati dan ingin bepergian sendiri ke Seoul demi cepat move on. Kemudian ada Stefan, host acara jalan-jalan yang merasa lelah m...