Pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Incheon pukul 7.30 waktu Korea Selatan. Rana yang semalaman tidak bisa tidur nyenyak di pesawat terus-terusan menatap keluar jendela. Senyum merekah di wajahnya. Ia sudah siap menjalani hari sebagai Rana yang baru di Korea.
Ini bukan kali pertama Rana bepergian sendiri keluar negeri. Sebelumnya ia pernah mengunjungi Thailand dan Australia seorang diri. Namun perjalanannya kali ini terasa berbeda karena bertujuan untuk memulihkan dirinya dari patah hati.
Ketika penumpang sudah diizinkan keluar dari pesawat, Rana bergegas mencangklong ranselnya dan antre keluar bersama penumpang lain. Bandara Incheon merupakan bandara yang sangat besar. Bersama penumpang lain Rana menaiki shuttle train menuju konter imigrasi bandara. Rana tersenyum begitu menyadari ia satu-satunya yang tampak seperti orang Melayu di dalam kereta. Meski begitu ia sama sekali tidak merasa asing. Sebaliknya ia justru senang dan bersemangat karena petualangannya akan segera dimulai.
Antrean di konter imigrasi tidak begitu padat. Rana melewati pemeriksaan dengan mulus. Begitu ia mendapatkan kopernya, ia langsung menggeret benda besar itu ke konter informasi dan mengambil banyak brosur yang ia pikir akan sangat membantu. Tak lupa ia bertanya pada staf informasi yang super ramah, bus nomor berapa yang harus ia naiki menuju Hongdae.
Sejauh ini cukup mudah. Rana naik airport limousine bus menuju Hongik University Station, tempat pemberhentian terdekat dari apartemen yang ia sewa. Hanya ada Rana dan seorang pria Korea berusia 20an di dalam bus. Sepanjang perjalanan, ia tak juga hentinya melihat keluar jendela dan memotret apapun yang menurutnya cantik.
Ketika bus sudah memasuki kota Seoul, Rana pun semakin excited. Belum apa-apa Seoul sudah mendekati ekspektasinya selama ini. Sekarang sudah bulan April, itu artinya sudah masuk musim semi dan pemandangan bunga-bunga bermekaran sangat memanjakan mata. Berlama-lama di dalam bus pun tak apa bagi Rana.
Kurang lebih 40 menit kemudian bus tiba di Hongik University Station. Rana segera turun, sementara si pria Korea masih di dalam bus. Ia kemudian berdiri sebentar di pemberhentian bus dan menghirup udara Seoul dalam-dalam. Kini dia berada di tengah-tengah Hongik atau yang juga dikenal sebagai Hongdae, salah satu kawasan populer di Seoul. Cuaca yang tidak terlalu dingin di bulan April membuatnya lebih tenang.
Di hadapan Rana berjejer gedung-gedung tinggi yang terdiri dari pertokoan dan kantor. Jalanan di depannya tidak begitu padat. Namun pejalan kaki tampak sibuk mondar-mandir menuju pintu masuk stasiun bawah tanah yang berada di sebelah pemberhentian bus.
Rana kemudian memeriksa ponsel dan membaca pesan yang berisi petunjuk menuju apartemen. Ternyata tidak begitu jauh dari tempat dia berdiri sekarang. Ia hanya perlu berjalan 1,5 kilometer. Bagi Rana itu tidak jauh meskipun ia harus menggeret koper besar.
"Ok, nggak perlu buru-buru, just take it slow," gumam Rana. Ia hanya ingin menikmati setiap langkah yang ia ambil. Sambil melihat pemandangan kota di Hongdae, ia berjalan dengan rasa kagum. Sekitar 30 menit kemudian ia baru sampai di unit apartemen yang berada di lantai lima.
Pemilik unit ternyata sudah menunggu Rana di dalam apartemen. Seorang wanita Korea berusia sekitar 30an dengan kelopak mata monolid yang cantik menyambut dengan ramah. Rana pun buru-buru membungkuk dan memberi salam sebisanya.
"Annyeong haseyo."
Pemilik unit yang bernama Eun Ha itu balas membungkuk dan menyapa Rana.
"I'm sorry I'm late," kata Rana. "I walked slowly."
"It'z okay, gwaenchanha," kata Eun Ha dengan dialek Korea yang khas. "Let'z come in." Eun Ha mempersilahkan Rana masuk dan membawa koper Rana. Sebelum Rana menghalanginya, Eun Ha buru-buru berkata. "It'z okay. You must be tired."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape
General Fiction"The heart wants what it wants." Rencana pernikahan Rana dan Ryan terpaksa batal karena Ryan ketahuan selingkuh. Rana patah hati dan ingin bepergian sendiri ke Seoul demi cepat move on. Kemudian ada Stefan, host acara jalan-jalan yang merasa lelah m...