DELAPAN - JEONJU

3 0 0
                                    

Rana sudah siap sejak pagi. Ia bangun pukul lima, kemudian yoga singkat, mandi, packing dan sarapan. Saat jam menunjukkan pukul 6.45, ia pergi ke stasiun dan tiba di City Hall tepat waktu. Sari dan Wanda tiba tak lama setelah Rana sampai. Mereka menyapa Rana dengan ramah sembari melambaikan tangan, kemudian basa-basi sebentar, lalu naik kereta ke Yongsan.

Sari dan Wanda membawa koper berukuran medium dan ransel, sementara Rana hanya membawa duffel bag untuk keperluan menginap semalam. Mereka tidak banyak bicara selama di kereta. Sari dan Wanda sibuk memeriksa ponsel. Sepertinya mereka sudah riweh dengan urusan kerjaan. Jadi Rana tidak ingin mengganggu dan lebih memilih menonton drama Her Private Life di Netflix. Park Min Young cantik sekali di drama itu.

Tiba di Yongsan, mereka menunggu sebentar sambil membicarakan pekerjaan. Sari mengeluh bahwa kemungkinan script acara berubah. Namun untung saja mereka tetap mulai dari Jeonju. Sementara Wanda lagi-lagi mengeluhkan tuan besar. Dia bilang pacar tuan besar terus-terusan menelepon dan marah karena Wanda semalam mematikan ponsel.

Tepat pukul 7.50 KTX menuju Jeonju tiba. Wajah kusut Sari dan Wanda seketika berubah menjadi cerah. "Pokoknya gue harus free hari ini, muter-muter sesuka hati sebelum besok ngebabu," gurau Sari.

"Gue matiin hp lagi aja kali ya? Tuan besar sama mbak pacar sama-sama ngerepotin," kata Wanda.

"Mode pesawat aja jeng, biar bisa dipakai foto-foto juga hp lo," saran Sari.

"Ah iya," Wanda bergumam. Ia sepertinya mengikuti saran Sari. Rana hanya tersenyum melihatnya. Diam-diam dia kasihan pada Wanda karena tidak bisa bebas bepergian.

"Waktu gue jadi penulis skenario sinetron lebih parah dari dia," kata Sari seolah membaca pikiran Rana. "Coba deh lo bayangin, pas lo lagi berjemur di pantai, lagi asyik-asyik menikmati sayup-sayup deburan ombak, lo ditelpon dan diminta untuk revisi saat itu juga. Gue bawa laptop ke pantai dong, ngedit di pantai. Anjing."

"Serius?" Rana kaget mendengar pengakuan Sari.

"Serius." Sari mengangguk. "Lo nggak bakal bisa tenang kalo jadi penulis skenario sinetron. Jaman sekarang sinetron tayang tiap hari. Jangan heran kalo ada writer yang langsung revisi di lokasi. Jangan kaget juga kalo cerita tiba-tiba berubah dan lo harus revisi total lima episode sekaligus."

"Astaga."

"Mending jadi kru The Backpacker deh!" Sari tertawa. "Setidaknya bisa jalan-jalan kan."

"Seandainya gue bisa mengundurkan diri," gumam Wanda. "Gue pengen keliling dunia gimana pun caranya."

"Kendalanya apa kalo lo mengundurkan diri?" tanya Rana.

"Tuan besar nggak pernah ngebolehin gue berhenti," sahut Wanda. "Tiap kali gue bilang mau berhenti, dia selalu menghalangi gue. Kadang melas-melas, kadang ngasih sesuatu tiba-tiba, kadang ngasih cuti liburan plus tiket pesawat. Kalo udah kayak gitu gue biasanya mengurungkan niat. Toh udah dapet liburan juga. Jadi gue ngambeknya berkala."

"Kok gitu?"

"Biar dapet tiket pesawat lagi." Wanda nyengir.

Rana tertawa. "Pinter juga lo."

"Iya, tapi itu cuma bertahan tiga kali deh kayaknya. Soalnya tuan besar cepet sadar kalo itu akal-akalan gue aja, sok mau berhenti, supaya dapet tiket pesawat lagi."

Rana ngakak. "Dasar!"

"Parahnya, sekarang tiap kali gue bilang mau berhenti dia nggak percaya." Wanda geleng-geleng kepala. "Dia bahkan ngancem gue, kalo gue tiba-tiba ngilang dia bakal sebarin rumor supaya gue nggak keterima kerja dimana-mana."

Sweet EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang