1. Tara - Welcome to my world

1.1K 127 23
                                    

Happy Reading✨❤️

****
Sial! Untuk kesekian kalinya aku terlambat datang ke kantor. Sumpah aku sering terlambat bukan karena bangun kesiangan, salahkan saja si ayang—motor skuter yang kerjaannya ngambek terus. Mau dibuang tapi nanti aku nggak punya kendaraan lain. Mau nggak mau aku terima si ayang dengan segala kekurangnnya.

Kalau begini ingatkan aku untuk membawa ayang ke bengkel, mungkin si ayang ngambek kali ya sama aku karena udah lama banget nggak dibawa ke salon.

"Tar kamu dipanggil bu Tika." Ucap Risa—teman sekantorku begitu aku meletakkan bokong seksi hasil olahraga di bangku.

"Haduh, kamu tahu nggak Ris karena apa?" Kataku gusar.

"Nggak tahu, tapi muka si bos lagi gak enak banget. Saranku hati-hati aja." Sudah bukan rahasia lagi kalau bu Tika itu tegas binti galak. Semua anak kantor juga takut melihatnya, mukanya si cantik cuma kalau urusan pekerjaan hilang wajah cantiknya.

"Mati! Jangan jangan aku mau dipecat."

"Ya lo bujuk lah supaya nggak dipecat, diakan bini abang lo dodol."

"Lu pikir dia mau begitu? Gue di getok sama mas Ganendra yang ada kalau berani begitu." Yup mbak Tika adalah kakak iparku alias istri mas Ganendra. Tapi jangan salah sangka, aku bisa masuk sini karena usaha dan kerja keras kok. Mama dan papa selalu menanamkan kejujuran dan kerja keras sedari kami kecil. Bayangkan saja waktu aku kecil kalau bohong yang menghukum bukan hanya mama dan papa melainkan ketiga masku—Gandendra, Galih, Gama juga ikut ikutan. Aku kapok sejak saat itu.

"Gue ke ruangan bu Tika dulu deh, kalo lama yang ada dia tambah ngomel nanti." Kataku lalu pergi menuju ruangan bu Tika.

Setelah mengetuk pintu dan diperbolehkan aku masuk kedalam ruangan empat kali lima meter tersebut dengan jantung yang berdegup kencang dibalut dengan wajah santai aku duduk dihadapan bu Tika.

"Pagi ibu. Kalau boleh tau ada apa ya ibu memanggil saya?"

"Baru sampai Tar?"

"Nghh iya bu." Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Grogi dong ditanya langsung oleh mbak Tika eh salah bu Tika karena ini masih jam kerja.

"Sudah berapa kali kamu terlambat seminggu ini Tar?"

"Tiga bu." Cicit Tara.

"Ini ada surat buat kamu, silahkan dibaca dan direnungi." Mbak Tika menyodorkan amplop coklat kehadapanku. Setelahnya aku membuka amplop tersebut dan membacanya.

"Serius mbak? Aku dipecat?" Hilang sudah kalimat formal dari mulutku. Mbak Tika udah bukan atasan akukan.

"Kamu sudah tahu konsekuensinya Tar, berapa kali mbak bilang sama kamu dan sepertinya gak ada perubahan. Ini yang terbaik untuk perusahaan dan kamu. Silahkan direnungi dan dijadikan pembelajaran untuk kedepannya."

"Kalau sudah silahkan keluar, mbak masih banyak kerjaan." Usir mbak Tika secara langsung

"Aduh mbak apa gak ada kesempatan lagi buat aku? Aku janji ini terakhir kali aku telat deh mbak, plis mbak." Aku memohon sembari menangkupkan kedua tangan di dada.

"Ini udah menjadi keputusan atasan dek, mbak gak bisa berbuat apa-apa." Kalau sudah begini ya aku hanya bisa apa selain pasrah dan ikhlas. Atasan disini ya pasti mas Endra. Mana mungkin aku minta buat nggak dipecat sama mas Endra sementara dia punya alasan kuat kenapa aku tidak bisa dipertahankan. Sedih banget memang aku dipecat oleh kakak sendiri.

Aku keluar menuju kubikel eh salah sekarang tempat ini sudah menjadi mantan kubikelku. Aku membereskan peralatan kerja dan memasukan ke kardus setelah sebelumnya berpamitan pada teman-teman satu divisi. Biarpun masih terbilang sebentar disini, tapi aku sudah mendapatkan banyak teman. Wajar mengingat mulut ceriwisku begitu kata rekan sejawat.

A New Love LifeWhere stories live. Discover now