2. Alfatih Argawijaya

838 115 13
                                    

"Mas, mbok ya disegerakan cari pengganti Rania toh. Udah dua tahun lebih loh mas kamu menduda. Kasian kedua cucu imut bunda. Bunda gak selamanya hidup sehat begini loh." Ucap bunda Rita—Ibuku.

"Nanti deh bun mas pikirin dulu." Balasku kepada ibunda tercinta.

"Apalagi toh yang harus dipikir? Anakmu ituloh sudah besar-besar, kasian tumbuh tidak didampingi sama orangtua yang lengkap. Biarpun ada bunda disini, anak anak itu tetap perlu sosok ibu yang selalu ada mas. Ada saatnya mereka butuh teman curhat dan berbagi, apalagi Aileen yang sudah menginjak remaja mas."

"Terus kalau kamu punya istri bunda jamin sabtu pagi begini kamu gak bakal tuh udah rapih berangkat kerja. Mana ada sih mas orang kerja hari sabtu begini." Keluh bunda.

"Susah bun cari yang bener-bener sesuai sama harapan mas. Mau gimanapun mas sudah pernah gagal dalam membina rumah tangga. Nyatanya delapan tahun menikah gak mampu buat kami terus bersama sampai tua. Belum lagi mas punya anak dua, satu remaja satu masih kecil. Pasti perempuan juga banyak berpikir bun."

"Ya justru karena itu bunda kasih tahu kamu ya, Aileen itu sudah remaja, dia perlu teman curhat dan ibu yang bisa memahami dia. Sementara Thalia itu kalau gak ditanya gak akan bersuara. Dia itu bawel ya cuman karena diledekin sama si Tarra aja mas. Kan kasihan nanti cucu bunda jadi introvert gitu. Mana tau aja dengan dia punya ibu sambung Thalia jadi lebih mudah berinteraksi dan bergabung dengan lingkungan gitu mas."

"Apatoh bun introvert-intorvert, sok tahu bunda ini."

"Nih begini nih anak zaman now, dibilangin orang tua eh orang tuanya malah dibilang sok tahu." Ucap bunda sembari menepuk bahuku yang sedang mencomot setangkup roti.

Bunda akhirnya menyerah berbicara denganku. Kalau kata bunda ada saja alasanku. Bukan alasan sebenarnya, hanya saja banyak hal yang perlu aku pikirkan. Bukannya aku tidak ingin membina rumah tangga lagi, hanya saja dengan adanya kedua anakku dan kegagalanku dalam membina rumah tangga yang sebelumnya tentu menjadi hal yang harus aku pikirkan dan menjadi beban tersendiri untukku. Selain itu perasaan dan ketertarikan juga hal yang perlu aku pikirkan.

Setelahnya bunda menyiapkan kopi serta multivitamin untukku dan juga kedua cucunya.

"Ohh atau kamu nikah sama si Tarra aja mas." Celetuk bunda. Aku sampai menyemburkan kopi yang baru saja aku tengguk.

"Naudzubillah deh bun. Mau jadi apa rumah tangga kami nantinya? Gak kebayang rumah yang aman damai ini jadi kayak apa kedatangan makhluk ajaib kayak Tara." Ucap Al.

"Iiih gak bagus ngomong gitu loh mas. Hati hati ketulah kamu sama perkataan sendiri. Bunda doain kalian berjodoh, biar tau rasa kamu kemakan omongan sendiri."

"Tahu nih mas Fatih, nyelekit deh omongannya. Kan Tara ini wife material banget, ya kan bun? Cantik iya, langsing udah pasti, rajin pake banget, ramah plus mudah bersosialisasi udah dari lahir. Tuh kurang apalagi Tara iniloh mas. Dasar duda kurang belaian, jadi gak bisa liat berlian didepan mata." Ucap Tara yang baru saja masuk kerumahku sembari membawa sebuah tempat makan entah apa isinya sembari mengedip-ngedipakan matanya menggoda.

Tara ini wanita spesies langka, aku ajab kali dibuat speechles dengan tingkahnya. Tara ini perempuan berusia dua puluh empat yang tingkahnya macam remaja SMA. Salah satu tingkahnya yang paling sering bikin aku naik darah adalah dia suka sekali menggoda Thalia, dan Thalia akan marah dan nangis yang tentunya Tara akan tertawa puas setelahnya, coba kalian cari mana ada perempuan dewasa yang masih suka menggoda anak balita. Tapi biar begitu Tara dan Thalia memiliki hubungan yang  sangat dekat, kadang aku sampai bingung bagaimana bisa si Tara membuat Thalia kesal lalu luluh setelahnya.

"Eh ada calon mantu bunda, nganter apa nak?" Tanya bunda dengan nada lembut.

"Bun please lah, kalau Thalia sama Aileen denger gimana? Mereka pasti menganggap serius omongan bunda itu." Aku hanya tidak mau anakku merasa tidak nyaman. Aku mau ketika nantinya aku menikah lagi tidak ada keberatan dari kedua putriku, bagaimanapun sekarang fokusku bukan hanya mencari pendamping hidupku, tapi juga untuk anakku.

"Loh omongan itukan doa mas, jadi bunda harus rajin-rajin panggil Tara calon mantu mana tau aja diijabah gitu."

"Ishh bunda siapa yang mau sama mas Fatih? Gak kebayang nanti rumah tanggaku punya suami kayak situ. Sudah kalau ngomong pelit sekalinya ngomong malah nyelekit gitu. Mana ada yang tahan sama orang kayak situ. Udah ah males ngomong sama mas Fatih." Mata Tara sambil memajukan bibirnya. Sebenarnya kalau secara fisik Tara itu cantik, hanya saja setelah tahu sifat dan tingkahnya aku ingin menyerah. Aku dan Tara lebih tepatnya dengan keluarganya juga, sudah mengenal lebih dari sepuluh tahun dan rasanya aku sudah hafal dengan semua tingkah Tara.

"Oh iya jadi lupa, ini bunda dari mama. Ada sedikit oleh-oleh dari mas Gama." Tambah Tarra sembari menyerahkan kotak makan yang sedari tadi digenggamnya. Gama adalah abang ketiga dari Tara.

"Loh emang si Gama abis dari mana Tar?"

"Abis jalan-jalan mereka bun, wajarlah masih pengantin baru bawaannya mau travelling terus. Kalau gitu Tara pulang dulu ya bun. Dadah mas Al yang kesepian." Ucap Tarra langsung ngibrit menuju rumahnya yang tepat disamping rumahku.

Karena waktu yang sudah mepet aku tidak lagi menanggapi ucapan tetangga sebelah rumah yang sedikit aneh tersebut. Aku memilih langsung bergegas menuju bengkel tempat usahaku setelah sebelumnya berpamitan kepada bunda dan mencium lembut kening kedua putriku yang masih asik tertidur dikamar mereka masing-masing.

Aku mempunyai usaha bengkel kecil-kecilan yang terletak didaerah Lebak bulus. Bengkelnya terdiri dari tiga ruko tingkat yang sudah aku satukan. Sisa satu ruko lagi yang rencananya akan dibuat usaha food and beverage bersama sahabat karibku—Ganendra alias kakak pertama Tara. Iya Tara si manusia aneh tetangga samping rumah.

Siang nanti rencananya aku dan Ganendra akan diskusi mengenai bisnis baru ini. Sebenarnya untuk bidang f&b ini kami hanya mengambil franchise saja. Diskusi ini hanya berisi bagaimana bagi hasil nanti serta pembuatan surat kuasa pembagian hasil agar tidak terjadi kesalahpamahaman dikemudian hari ya walaupun aku dan Ganendra bersahabat karib. Cuma ada istilah uang tidak mengenal saudara. Jadi untuk menghindari segala kemungkinan lebih baik didiskusikan dahulu.

"Bentar Tih bini gue nelpon."

"Santai, angkat aja dulu." Kataku. Aku dan Ganendra baru saja selesai membahas mengenai bisnis yang akan kami berdua jalani. Untuk dibidang f&b sendiri adalah hal yang baru untukku. Bisnisku hanya disekitar jual beli dan service kendaraan saja. Beda dengan Ganendra yang memang sudah lebih dahulu berkecimpung dalam dunia ini.

"Ada masalah Ndra? Suntuk banget muka lo." Kataku begitu Ganendra mematikan teleponnya.

"Si Tara biasa, bertingkah lagi. Gue udah pusing banget ngurusin Tara, heran deh anak satu itu selalu berhasil buat ketiga abangnya mumet, pengin gue nikahin aja rasanya mana tau aja dia manut sama lakiknya."

"Nih lo minum dulu biar tenangan dikit." Aku menyodorkan sebotol minuman pada Ganendra. "Menghadapi Tara harus santai Ndra, nggak bisa lu kurung dia."

"Menurut lo Tara cocoknya sama yang gimana ya? Kalau sama yang humoris lagi yang ada itu rumah tangga isinya bercanda doang." Lanjut Ganendra. Jujur aku nggak kebayang sampai Tara dapat pasangan yang humoris juga, yang ada tambah error itu si Tara.

"Menurut gue Tara itu perlu orang yang nggak mengatur dia secara langsung Ndra, selama inikan dia selalu diprotect sama kalian bertiga ditambah lagi sama om Heru. Dia perlu orang yang bisa mengatur dia tanpa memaksa dan mendikte. Toh selama ini dia nggak nakal kan, cuma memang tingkahnya aja rada unik."

"Gue kayaknya tau siapa orangnya." Kata Ganendra sambil memandangku.

Aku mengambil sebotol air dari meja lalu meminumnya. "Siapa emang?" Tanyaku penasaran.

"Lo. Lo nikahin deh Tih si Tara." Ucapan Ganendra sukses membuatku menyemburkan air yang aku minum.

Dalam satu hari yang sama bunda dan Ganendra sukses membuatku tersedak dengan pembahasan yang sama.

****
Haii, long time no see lup❤️

Sorry ya sekarang aku lagi hectic banget😩😭, maapkan mahasiswa semester akhir ini yang dikerar banyak tugas dan deadline.

Ayoo ingatkan aku untuk update seminggu sekali, ga janji tapi aku akan coba untuk setidaknya up seminggu sekali✨

Lop you all, ditunggu jejaknya🐾👣🖤

A New Love LifeWhere stories live. Discover now