11. Tara - Tyranya Ilin

820 95 24
                                    


~Happy reading lup✨~

****
"Dek kamu bawanya hati-hati ya." Kata papa ketika kami berpisah di parkiran.

"Siap bos." Kataku sambil mengacungkan ibu jari. Kami bertiga—aku, Aileen, dan bunda menunggu rombongan mama meninggalkan parkir baru setelahnya kami menghampiri mobil mas Atha.

"Eh eh kamu dibelakang enak aja mau didepan." Protesku pada Aileen begitu anak itu hendak membuka pintu depan. Emang kurang sopan anak satu ini, masa ada orang tua malah dibiarkan dibelakang.

"Oma gak mau didepan, syukur aku mau nemenin kalau gak tyra udah kayak supir kita." Balasnya nyolot

"Oh ya aku gak tau." Sahutku. Kami berdua sudah biasa berbicara sarkastik dan saling otot-ototan seperti ini.

"Nanti pulangnya mampir Mcd ya tyra." Pintanya begitu mobil meninggalkan rumah sakit.

"Gak ah."

"Thank you." Balasnya cuek. Aileen pasti sudah mengerti kalau aku menolak hanya berniat menggodanya.

"Orang aku benaran gak mau."

"Iya percaya." Balasnya datar. Kalau begini aku yakin Aileen ini seratus persen anaknya mas Fatih.

"Ish gak seru ah sama kamu." Aku mencebikkan bibir kesal, kok bukannya dia yang kesal malah jadi aku. Senjata makan tuan ini namanya. Bunda yang melihat tingkah kami berdua hanya terkikik geli. Coba ini Thalia, wah sudah heboh dia merayu aku agar mengikuti inginnya.

"Lin tyra haus tolong ambilin minum disamping kamu dong."

"Ya ambil aja disamping tyra, kan ada disitu."

"Gak mau yang disini air putih doang, maunya yang ada rasanya." Aku sudah mengenal sekali isi dari mobil mas Fatih, disamping kursi kemudi minuman yang ada pasti hanya air putih karena bapak satu itu tak begitu menyukai minuman kemasan yang tak dingin. Berbeda dengan aku yang penting ada. Dan karena aku suka nebeng atau pakai mobil mas Fatih ditambah bapak satu itu malas sekali untuk mengisi makanan dan minuman jadilah aku yang mengisi aneka minuman dan makanan disini tapi pakai duit mas Fatih ya, gak mungkin mau aku pakai duitku. Dan ya pasti aku hafal luar kepala dengan isinya.

Aku baru sadar kalau kami memang semengenal dan sepercaya itu, bahkan tak jarang aku yang mengantar Aileen dan Thalia sekolah karena kantor dan sekolah mereka searah, tapi karena aku sudah dipecat dengan teganya oleh abang tercinta, mereka pasti bareng bapaknya.

"Ish ngerepotin." Gerutu Aileen

"Gak boleh begitu kak, tyrakan minta tolong. Ayo diambilkan." Tegur bunda. "Kakak gak boleh begitu, kalau orang minta tolong dan kakak bisa membantu ya ditolong." Setelahnya anak itu bungkam bahkan hingga kami tiba dan memasuki supermarket. Wah ngambek benaran kayaknya anak satu ini.

"Tar kamu sama Ilin ambil keperluan untuk buat puding aja, bunda mau milih daging dulu." Karena tempat daging dan bahan kering bersebrangan jadilah kami berpisah untuk menghemat waktu juga.

"Lin are you mad at me?" Jujur sedari tadi mulutku sudah gatal bertanya pada Aileen. Habisnya sedari tadi anak ini diam saja. Sedikit banyak aku merasa bersalah juga, anak ini terpancingkan karena aku juga. Dia hanya menggelengkan kepala malas.

"Kok kamu horror banget sih begitu. Ya ampun maafin tyra deh kalau karena aku kamu jadi kena marah." Aku sama Aileen memang sering berantam tapi tidak pernah seperti ini.

"Aku gak marah."

"Tapi kamu diam aja dari tadi." Bantahku.

"Aku gak marah, aku cuma lagi mikir."

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Nov 20, 2022 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

A New Love LifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant