9. Tara - insya allah mas

690 110 22
                                    

Haii long time no see yaas🥰🥰

Hope you like this part, so enjoy and happy reading

*****
"Mas kamu nggak aneh aneh kan?"

"Apasih Tar gak jelas kamu ini."

"Ish ya itu tadi, maksud omongan mas Endra apaan?" Oke jadi begini, tadi setelah omongan ambigu mas Endra aku menggeret mas Fatih keluar. Beneran aku geret orang satu ini. Habisnya dari tadi aku tunggu tidak ada satu orangpun yang mau menjelaskan, jadilah si bapak dua anak ini aku geret dan disinilah kami berakhir—di bangku ruang tunggu  antrian obat pasien.

Rencananya pengin aku geret ke ruang mayat dan kunci disana, tapi boro boro mau kesana jalan menuju ruang mayat saja aku sudah mengekerut ketakutan. Maafkan jiwa penakut yang menjadi pemenang dalam hidupku. Oke baik back to topic, karena aku adalah muslimah yang baik ehem ehem agak percaya diri dan di rumah sakit ini yang agak ramai hanya ruang tunggu obat jadilah aku menggeret mas Fatih kesini.

"Gak apa apa."

"Mas Fatih aku suntik mati nih sekalian. Heran diajak ngomongnya kok susah amat." Gerutuku kesal.

"Baik saya jelaskan. Bisa tolong kamu jangan potong nanti ucapan saya?"

"Yaelah mas tinggal ngomong aja sih repot."

"Tidak saya beritahu sampai kamu berjanji."

"Iya. Iya. Apaan sih emang mas?" Kataku sambil duduk menghadapnya memberikan atensi penuh. Jujurly sekarang aku sangat amat penasaran.

"Tiga hari yang lalu saya bertemu dengan papa dan ketiga abangmu." Katanya yang hendak aku sahuti, namun tertahan dengan isyarat matanya. Loh ya memang bukannya hal biasa saja kan kalau mas Fatih ketemu sama keluargaku, kecuali tiba-tiba mas Fatih ketemu sama pak presiden tapi sayangnya ucapan itu hanya bisa aku ucapkan dalam hati melihat lototan mata mas Fatih tanda dia tidak ingin di intrupsi. Baiklah Tara, sekarang saatnya kamu bersabar dan dengarkan ucapan mas Fatih yang pakai prolog segala.

"Disana saya berbicara serius dengan mereka. Saya menyampaikan maksud dan tujuan saya mengumpulkan mereka semua. Dengan segenap keyakinan dalam diri dan petunjuk dari yang kuasa saya berniat serius dengan kamu Tara. Jumat lalu saya meminta restu untuk meminang kamu kepada om Heru dan  ketiga abangmu. Mereka semua setuju, namun keputusan tentu ada ditangan kamu." Katanya sambil menatap mataku.

"Tara, kamu sudah begitu baik mengenal saya pun saya rasa sebaliknya. Dengan harapan itu, keyakinan saya akan kamu, dan jawaban dari yang maha Kuasa saya Alfatih pria yang usia dan status berbeda jauh dengan kamu berniat melamarmu. Saya tahu mungkin kedepannya tidak selalu indah untuk kita, namun saya yakin kita bisa menjalaninya. So Tara, will you marry me?" Katanya sambil menyodorkan kotak bludru berwarna merah dengan nama salah satu brand perhiasan ternama. Oke dari mereknya saja aku tahu bahwa harga cincin disana cukup merogoh kocek, setidaknya untuk membeli cincin disana diperlukan dua digit uang. Oke Tara stop, focus.

"Ih mas! Kok kamu gak romantis amat sih! Masa iya ngelamar di rumah sakit." Rajukku sambil memukul bahunya kesal. "Aku kan pengin di lamar secara romantis. Setidaknya lagi dinner sambil lihat city light gitu."

"Tara bisa kamu fokus dengan apa yang saya katakan?"

"Sorry deh mas, aku haus jadinya kurang fokus."

"Sepertinya kamu memang tidak mendengarkan apa yang saya katakan."

"Ih suudzon. Dosa! Aku dengerin kok mas. Cuma gimana ya, aku tuh bingung mas mesti gimana." Kataku sambil menggaruk samping kerudung abu abu yang aku kenakan.

A New Love LifeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora