"Sha, ke kelas yuu" Ambar menarik narik tangan Arsha agar mau turun dari rooftop. Bel masuk sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu.
"Males belajar hiks."
"Males mulu. Kapan pinter?" Cibir Ellisya sambil mengunyah permen karetnya. Baginya, satu detik tanpa permen karet itu terasa hambar seperti dunianya.
"Sadar diri lo. Lo sama gue pinteran siapa? Gue ga belajar juga udah dapet peringkat kelas." Bangga Arsha sambil menatap Ellisya sombong.
"Iya iya, terserah lo aja. Gue mau ke kelas. Kalo lo gak mau yaudah. Bye." Finish Ellisya lalu berjalan menuju pintu rooftop disusul Ambar.
"Bar, lo mau ninggalin gua?" Tanya Arsha sedikit kesal.
"Gue sadar gue bego. Makanya gue mau belajar."
Arsha mengerucutkan bibirnya, mau tak mau dia juga pergi dari rooftop sekolahnya. Arsha, Ellisya dan Ambar menuju kelas dengan obrolan ringan dan juga sedikit candaan. Tak lupa juga untuk menyapa para cogan yang dilewatinya.
"Hai ganteng." Sapa Ambar pada segerombolan lelaki yang berjalan melewatinya.
"Ngapain lu sapa dia? Bego." Bisik Arsha pada Ambar.
"Gue ngga mau munafik ya, dia ganteng. Most wanted di SMA kita. Masa kita mau menyia-nyiakan ciptaan Tuhan yang maha sempurna ini?" Tanya Ambar sedikit berbisik pada Arsha.
Salah satu lelaki yang merupakan ketua geng itu berjalan mendekat pada Arsha. Dia adalah Jauzan Daniswara. Most wanted, badboy, ketua geng motor, dan anak dari donatur terbesar di SMA Garuda. Arsha memang sadar, jika Jauzan selama ini selalu mengejarnya. Namun, Arsha seberusaha mungkin untuk menghindar.
"Nanti malam, jam delapan?" Tanya Jauzan dengan senyum manisnya.
"Gue ada acara. Sorry ya, gue tuh kan orang sibuk. Jadi ngga bisa." Arsha mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dari Jauzan.
"Besok?"
"Lo bisa gak, buat ngga ganggu gue lagi? Lo ngga capek?"
"Enggak. Gue mau sama lo, dan lo harus jadi milik gue. Apapun caranya." Ucap Jauzan penuh penekanan.
"Jan, itu mau lo kan? Bukan mau gue. Jadi jangan maksa gue." Arsha menarik pergelangan tangan Ambar untuk pergi dari sana.
Jauzan menampilkan smirknya tanpa sepengetahuan Arsha. "Lo lebih menantang Sha."
Arsha menghentakkan kakinya. Dan tak segan untuk menginjak kaki Ambar.
"Sakit anjing." Pekik Ambar sambil menginjak kaki Arsha. Jadilah, mereka berdua saling menginjak kaki satu sama lain. Ellisya yang sedari tadi diam, kini mendapatkan injakan yang lumayan keras dari Ambar.
"Anjing. Gua nggak ngapa ngapain dari tadi. Kenapa gue juga kena? Bangsat lo mbar." Ellisya menginjak kaki Ambar keras keras, lalu Ambar menginjak kaki Arsha, dan Arsha menginjak kaki Ambar kembali. Dan begitu seterusnya hingga mereka sampai di depan kelas.
"Ampun deh kalian ini, masuk kelas cepat!" Pinta Bu Endar.
"Ini mau ke kelas kok Bu." Arsha langsung berlari kecil menuju mejanya, di susul Ambar dan Ellisya.
Bu Endar berjalan santai menuju mejanya. Seperti biasa, Bu Endar akan berpidato sepersekian menit. "Semuanya hanya tentang arah, tujuan, dan pandangan. Percaya ga percaya semua itu memang ada. Kalian itu murid ibu yang lumayan bandel, contohnya Arsha."
"Kok saya lagi yang kena sih Bu?" Decak Arsha.
"Ya siapa lagi kalo..." Ucapan Bu Endar terhenti karena seseorang mengetuk pintu dari luar.
"Masuk." Pinta Bu Endar.
Pintu kelas 11 Mipa 1 terbuka. Menampilkan seorang lelaki tampan dengan wajah datar dan tas di bahunya. Lelaki itu berjalan menuju depan kelas, lebih tepatnya menuju Bu Endar.
"Kamu yang namanya Gilang?" Tanya Bu Endar sambil membenarkan kaca matanya. Lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Para murid, para siswa yang ibu benci. Ini murid pindahan yang ibu tidak tau asalnya dari mana. Marilah kita--"
"Panjatkan puji dan syukur" potong Arsha
"Nggak usah motong pembicaraan saya. Ayo nak, perkenalkan nama kamu."
"Saya Gilang." Singkat, jelas, dan padat. Dua kalimat yang mampu membuat seisi kelas membuka mulutnya sedikit, termasuk Bu Endar.
"Yang bener kamu Gilang! Itu mah bukan perkenalan, ayo bilang nama lengkap kamu, alamat, asal sekolah, nomor telepon--"
"Aelah, ribet Bu." Potong Arsha lagi.
Bu Endar melirik Arsha tidak santai. Bu Endar lalu menampar belakang leher Gilang. Membuat Gilang mengedipkan matanya tidak percaya.
"Sha, sekali lagi kamu motong pembicaraan saya. Saya cekek kamu." Ucap Bu Endar sambil mengarahkan tangannya untuk mencekik Gilang.
"Ya allah Bu, kena mental itu murid baru liat kelakuan ibu." Ucap Ambar.
"Eh, astaghfirullah. Maap, ayo lanjutkan perkenalan kamu."
"Nama saya--"
"Jarwo. Iya kan? Nama lu jarwo kan?" Tanya Arsha.
"Nama saya--"
"Oh gue tau, nama lo Gilang Sukiman kan?"
"Arsha, kamu bisa diam tidak?" Pekik Bu Endar, membuat Arsha nyengir tak berdosa.
"Ayo lanjut"
"Nama saya Gilang--"
"Sukarmin Darto kan?" Tanya Arsha sekali lagi membuat Bu Endar naik pitam. Bu Endar berjalan menuju bangku Arsha dengan menggulung sedikit lengan seragam gurunya. Yang lain hanya menahan tawa melihat Bu Endar yang akan mengamuk pada Arsha.
Hampir saja, Arsha mendapat pukulan dari Bu Endar. Tapi Arsha segera lari dari bangkunya dengan tawa yang menyebalkan bagi Bu Endar.
Sudah, daripada kejar-kejaran seperti ini, Bu Endar memilih menuju depan kelasnya. Lalu melirik Gilang sekilas.
"Saya pindah sekolah lagi saja." Ucap Gilang berjalan menuju pintu kelas.
"Ya ampun, jangan ngambek dong kamu. Ayo ayo, kamu lanjutkan perkenalan kamu." Ucap Bu Endar sambil menarik kerah baju belakang Gilang untuk menuju depan kelas lagi.
"Nama saya, Gilang Elfano Merkurius Osric Neilson."
"Hah, siapa?" Tanya hampir seluruh murid di kelas. Pasalnya, Gilang mengucapkan namanya tanpa jeda. Alhasil, semuanya sedikit tidak paham dengan apa yang diucapkan Gilang.
"Pindahan dari Jerman." Lanjutnya tanpa menjawab pertanyaan dari teman barunya.
"Lo blasteran ya?" Tanya Ellisya sambil membuka bungkus permen karetnya.
"Hmm, Indonesia Jerman."
"Gue juga blasteran." Ucap Arsha menunjuk dirinya.
"Loh Sha, kok kita gatau?" Tanya Ellisya dan Ambar kompak.
"Perasaan, lo ori indo deh Sha." Celetuk Fandra yang duduk di depan Arsha.
"Gue tuh blasteran, Bogor sama Jakarta." Jawab Arsha dengan cengiran khasnya.
"Anjing."
"Bego banget punya temen."
"Bangsat."
"Monyet banget lo Sha."
"Anjay, lawak."
"Anjir, gue kira beneran."
Berbagai umpatan terdengar bersamaan dari seluruh teman sekelas Arsha. Hingga yang paling mengejutkan terdengar.
"Arsha goblok blok. Tolol banget jadi orang." Umpat Bu Endar. Tidak heran bagi seluruh siswa Mipa 1, umpatan dan hinaan dari Bu Endar sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka. Terkecuali Gilang, yang terkejutnya bukan main.
"Kamu guru saya?" Tanya Gilang.
°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Gilarsha (Hiatus)
Подростковая литература{Follow dulu baru baca! Aku maksa!} ⚠️Jadilah pembaca yang bijak. Visual disini hanya untuk menghidupkan tokoh. Jangan sangkut pautkan dengan kehidupan nyata.⚠️ •Tidak ada perevisian. Perevisian akan dimulai pada part °°23°° °°° "Tuhan itu Maha bai...