"Lihat! Itu Yamada-kun kan?"
"Benar, lagi-lagi ia selingkuh ya,"
"Apa Mizuhara tidak muak melihat perilakunya itu?"
"Entahlah, aku tidak tahu,"
(Name) mempercepat langkahnya. Ia sudah kebal dengan bisikan-bisikan miring yang selalu mengasihani nya itu. Kaori buru-buru menyamakan langkahnya dengan (Name).
"Kau tidak lelah di gosipkan seperti itu terus?" Tanyanya.
"Sudah terbiasa," jawab (Name) singkat.
Kaori membuang nafas nya kasar.
"Tapi (Name), kurasa Yamada sudah tidak bisa di ampuni lagi. Ini sudah cewek ke berapa?"
"Biarkan saja, toh juga nanti putus lagi seperti biasa,"
"Cih,"
Langkah mereka semakin cepat.
"Kau masih mencintainya?" Tanya Kaori.
"Memang kenapa kalau iya?" Balas (Name).
"Kau tidak seharusnya mencintai bajingan seperti nya, kau tahu? Dirimu terlalu baik untuk nya. Kenapa tidak putuskan saja?"
(Name) memutar bola mata, sudah bosan dengan ceramah Kaori.
"Maksudku, kau tidak cocok untuknya. Dia itu bajingan, dan kau terlalu lugu untuk menanggapi segala perselingkuhan yang ia lakukan," lanjut Kaori.
Langkah mereka terhenti tepat di depan pintu ruangan OSIS. (Name) mengambil tumpukan kertas yang dipegang oleh Kaori.
"Sampai sini saja, terima kasih sudah membantu ku Kaori," ucap (Name).
"Haah, kau mengalihkan pembicaraan lagi," dengus Kaori.
(Name) tersenyum tipis, lalu memasuki ruang tersebut. Begitu pintu ruangan telah tertutup sempurna, Kaori mengulas senyuman pasrah.
"Jujur saja, aku merindukan kau yang dulu, (Name),"
***
(Name) mengecek kertas demi kertas yang ada di atas mejanya. Sesekali ia menyoretkan sesuatu di notes kecil. Beberapa kali juga ia membuka kacamatanya dan memijit pangkal hidung nya.
Pekerjaan sebagai seorang ketua osis memang tidaklah mudah. Harus mengecek ini lah, itu lah, banyak sekali. Mengikuti pertemuan osis dari sekolah-sekolah lain, memimpin rapat, menentukan anggaran bagi setiap klub. Membayangkan nya saja sudah membuat kepala meledak.
Tapi meski melelahkan, (Name) tidak membenci pekerjaan nya ini. Ia menikmati setiap rangkaian kegiatan yang ia jalani setiap harinya. Karena menjadi seorang ketua osis, merupakan jabatan yang sudah ia idam-idamkan sejak kelas 1.
Yah, memang seperti itulah (Name). Mizuhara (Name), gadis kelas 3 SMA Fukurodani. Tidak ada yang tidak mengenalnya. Ketua Osis, pemegang nilai tertinggi seangkatan 2 tahun berturut-turut, serta pemilik sertifikat lomba terbanyak di sekolahnya. Cuek dan introvert adalah sifat yang melekat jelas padanya. Bukan berarti ia judes, ia tetap ramah kepada siapa saja. Wajahnya juga manis, manik (e/c) yang dibingkai kacamata, serta rambut (h/c) yang selalu diikat ponytail. Singkatnya? Ia nyaris sempurna
(Name) meregangkan kedua tangan ke atas, kacamatanya sengaja ia lepas dan ditaruh di atas meja. Matanya menangkap foto di atas meja jabatannya. Meski minus, matanya masih bisa melihat foto itu walupun tidak terlalu jelas. Bukan foto istimewa, hanya fotonya saat kelas 1 bersama teman-temannya.
Pintu ruang osis tiba-tiba dibuka, membuat (Name) refleks menelungkup kan foto itu. Matanya kini beralih pada orang yang telah seenaknya masuk ruangan tanpa mengetuk pintu. Seorang lelaki dengan surai navy. (Name) menyipitkan mata, berusaha mengidentifikasi wajah yang ada di hadapan nya itu. Tak berhasil, ia pun beralih mengambil kacamata nya tadi lalu memakainya.
"Ah kau," ujar (Name) memasang ekspresi datar.
"Padahal kita sudah pacaran 2 tahun, tapi kau masih belum mengenali wajahku?" Gusar lelaki di hadapannya ini.
"Takumi, tadi itu aku sedang tidak memakai kacamata. Selain itu, kau kira ada berapa banyak lelaki di sekolah ini yang berambut navy sepertimu? Bukan berarti aku--"
"Alasan,"
(Name) merotasikan bola matanya ke samping. Sudah terbiasa untuk mengalah dalam perdebatan antara ia dan pacarnya ini. Ia merapikan kertas-kertas di atas mejanya lalu mengetuk-ngetuk kannya di atas meja.
"Jadi? Kenapa kau kesini?" Tanya (Name).
"Pinjam pr-mu," Yamada mengulurkan tangan kanannya. (Name) menarik salah satu alisnya.
"Bukannya kemarin kau juga meminjam pr?"
"Iya, hari ini aku juga butuh. Berikan,"
(Name) menatap dalam manik pacarnya itu. Ia membuang nafas kasar, lalu membuka laci. Mengambil sebuah buku, lalu menaruhnya di atas meja. Tangan Yamada langsung menyambar buku itu dengan cepat.
"Yosh sankyu, ngomong-ngomong kencan kita minggu nanti bagaimana?"
"Ketemuan jam 11 di taman kan?"
"Ah, bisa diundur tidak? Aku harus menemani Haruna-chan berbelanja,"
'Haruna? Oh, mungkin Kimijima Haruna di kelas 3-1, ketua klub cheerleader,' pikir (Name).
"Jadi jam berapa?"
"Jam 1 saja bagaimana?" Tawar Yamada.
(Name) menopang dagu, ia terlihat berpikir.
"Boleh," ia menjawab.
Yamada tersenyum. Tangan kanannya tiba-tiba menaruh sesuatu di atas meja. (Name) menatap benda itu, minuman kaleng capuccino kesukaan nya.
"Jangan terlalu keras pada dirimu, ya!" Yamada mengacak singkat poni (h/c) milik (Name).
Yamada pun keluar dari ruangan itu. Afeksi yang ia berikan pada (Name) membuat pipi sang gadis merona, walaupun sangat tipis. (Name) pun buru-buru menepuk kedua pipinya, memutuskan untuk kembali fokus bekerja. Ia mengecek sekali lagi tumpukan kertas yang tadi ia rapikan. Memastikan semua kertas itu lengkap. Beberapa saat kemudian, ia menyadari ada yang kurang dari sana.
Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, lalu memegangi kepalanya dengan satu tangan.
"Ah, lagi-lagi ia berulah,"
To Be Continued
Visual (Name)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦
FanfictionBunga itu... Bisa tumbuh dengan indah karena tercukupi dengan berbagai zat. Seperti sinar matahari, udara, zat hara pada tanah, dan juga air. Ya, untuk bisa mekar, bunga memerlukan air jernih. Tapi, apa jadinya jika bunga itu disiram dengan air koto...