Epilog

479 74 1
                                    

"Bunga yang di sana sepertinya agak layu, apa ada yang bisa mengeceknya?"

"Aku akan segera memeriksanya!"

"Bagus, edelweiss yang ada di depan toko sudah disiram? Jika belum, biar aku saja yang menyiramnya,"

"Baik!"

Seorang gadis berusia 23 tahun dengan apron berwarna hijau bertuliskan 'Mizuhara Florist' berjalan keluar dari tokonya sambil membawa gembor (alat untuk menyiram tanaman). Rambut (h/c) panjangnya mengambang lembut tertiup angin. Gadis itu menyiramkan air dengan perlahan ke bunga edelweiss yang ada di depan tokonya.

Kegiatan menyiramnya itu diinterupsi oleh suara dering ponsel miliknya. Ada panggilan telepon yang masuk. Ia tersenyum melihat nama yang ada di layar ponselnya.

"Moshi-moshi, Haruna?"

"Ah (Name)! Aku baru saja selesai perform, apa kau sudah sampai di stadion?"

"Belum, aku masih di toko. Pertandingannya akan mulai setengah jam lagi kok,"

"Begitu ya? Ahahahahaha, sepertinya aku salah membaca jadwal. Kau bilang akan pergi bersama adiknya Bokuto ke stadion, kan?"

"Tadinya sih aku berpikir begitu, tapi (Y/n)-chan bilang dia akan ke stadion bersama Akaashi-san, aku jadi tidak enak kalau harus pergi bersama mereka,"

"Wahh, kalau begitu pergi dengan ku saja! Eh, tapi aku harus menjemput Shirogane-chan dulu di tempat latihan karatenya,"

"Tidak masalah, kau bisa menjemputku setelah Shirogane-chan,"

"Oki doki! Sampai nanti, (Name)!"

"Ya, sampai nanti,"

(Name) menutup telepon itu. Dalam hati, ia sangat menanti-nantikan waktu menonton pertandingan tunangannya itu. Apalagi ia akan bertemu dengan teman-teman lamanya disana. Ia jadi semakin tak sabar.

(Name) baru saja akan menyiram bunga yang lain saat ponselnya berdering kembali. Ia merona begitu melihat nama  sang penelepon. Dengan segera ia menaruh gembor ke atas meja kecil di dekatnya dan mengangkat telepon tersebut.

"K-Koutaro? Kenapa menelepon? Apa pertandingannya sudah dimulai?" Tanya (Name) dengan nada gugup.

"Hahahahaha, belum kok! Aku sedang di ruang ganti, mungkin sekitar 45 menit lagi baru akan dimulai!"

"Oh begitu, lalu kenapa menelepon?"

"Ah benar juga! Aku ingin bertanya padamu!"

"Eh? Tanya apa?"

"Apakah menurutmu, kami bisa menang di pertandingan kali ini?"

(Name) tersenyum mendengar pertanyaan itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Bokuto untuk menanyakannya sebelum pertandingan dimulai.

"Hmm, menang tidak ya?" Gumam (Name).

"H-Hei! Jangan menakuti ku seperti itu, sayang!" Seru Bokuto di seberang telepon. (Name) terkekeh pelan.

"Aku yakin kalian pasti menang kok, habisnya kan ada kau disana," ujar (Name).

"Menurutmu begitu ya? Wah, aku jadi tambah semangat! Terima kasih banyak ya, (Name)!"

"Sama-sama Koutaro, semangat untuk pertandingan nya ya, aku akan datang menonton mu nanti,"

"Tentu! Sampai nanti, (Name)! Aku mencintaimu!"

(Name) merona, ia menoleh ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada yang melihat. Lalu berbisik pelan di ponselnya.

"A-aku juga mencintaimu, Koutaro,"

Telepon di tutup oleh (Name). Beberapa pegawai tokonya terkikik kecil melihat tingkah malu-malu owner mereka. Beda dengan Bokuto yang kini memegangi dadanya, tak mampu menahan damage keimutan sangat kekasih.

"Aaaah! (Name) itu memang imut sekali! Aku akan mati karena keimutannya!" Seru Bokuto.

"YA, AKU TAHU PERASAAN MU. TAPI BISAKAH JANGAN MENELEPON DENGAN MODE LOUD SPEAKER DI RUANG GANTI INI?" Bentak Atsumu yang sedang mengganti bajunya.

"Oh lihat, ada yang iri karena dia tidak mempunyai pacar," komentar Sakusa.

"SIAPA YANG IRI, HAH?" Balas Atsumu tidak terima.

Bokuto tertawa puas melihat teman setimnya itu. Ia lalu kembali menyimpan ponselnya ke dalam loker.

"Kau dan tunanganmu sangat mesra ya, Bokuto-san, kapan kalian akan segera menikah?" Tanya Hinata.

"Sehabis pertandingan ini aku akan melamarnya!" Sahut Bokuto sambil tersenyum lebar.

"Wahh! Itu keren!"

"Hehehe, oh iya Hinata, apa kau tahu arti dari ucapan (Name) tadi?"

"Hm? Ucapan yang mana?"

"Yang dia bilang, kalau kita pasti menang di pertandingan ini,"

"Ahh, aku mendengarnya! Artinya kita pasti akan menang kan?"

"Hahahaha, bukan!"

Hinata menatap Bokuto dengan kening berkerut. Sedikit tidak mengerti apa maksud dari seniornya itu. Sedangkan Bokuto hanya tersenyum miring sambil menutup lokernya.

"Itu artinya kita harus menang di pertandingan kali ini, kita tidak boleh mengecewakan ekspetasi nya,"

END

special thanks to :
my lovely reader-tachi

maaf yaa, mungkin Bokuto nya agak OOC di fanfic ini, but i've done my best!
sekali lagi, terima kasih sudah membaca project Mala ini, tunggu project Mala yg selanjutnya yaaa

𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang