(Name) melangkah pelan memasuki gerbang sekolahnya. Ini sudah hampir memasuki jam pelajaran. Tapi gadis itu sama sekali tak mempercepat langkahnya. Ia masih terpikir soal pertanyaan Mamanya tadi.
'Apakah kau bahagia sekarang?'
Pertanyaan yang sangat simpel, jawabannya pun juga simpel. Antara ya atau tidak. Tapi kenapa (Name) tidak bisa menjawabnya? Ribuan soal sudah pernah dijawabnya, dan ia tidak pernah ragu ketika itu. Tapi, kenapa pertanyaan semudah itu sangat mengusik pikirannya?
"W-wah lihat! Siapa cewek itu? Cantik sekali!"
"Bodoh, jangan keras-keras! Bagaimana kalau dia dengar?"
"Eh? Bukannya itu Mizuhara yang ketua OSIS itu ya?"
"Aaah! Aku sudah tahu kalau Mizuhara-senpai memang manis, tapi tak kusangka kalau ia bisa semanis itu!"
"Gila, cantik sekali, Yamada-senpai beruntung bisa memiliki ketua OSIS!"
(Name) menghentikan langkahnya. Apa ia tidak salah dengar? (Name) berusaha untuk cuek, ia lanjut berjalan menyusuri koridor, hendak naik ke lantai 3.
Ah tidak, (Name) sama sekali tidak salah dengar. Ia sadar, bahwa semua orang kini sedang memperhatikan nya. Ia menundukkan kepalanya, bisik-bisik terus terdengar, seolah sengaja ditujukan untuk sang gadis.
(Name) memang sudah terbiasa di gosip kan oleh banyak orang. Tapi baru kali ini ia digosipkan karena penampilannya. Ia merasa sangat gugup, dan juga--
Entahlah, sedikit senang?
(Name) berjalan cepat melewati kerumunan orang itu. Ia menubruk bahu seorang gadis.
"Maaf! Aku tidak sengaja!" Ucap (Name) panik.
Gadis itu menoleh, (Name) mengenalinya. Haruna, ketua klub cheerleader itu tampak tersentak dengan kehadiran (Name).
"Astaga, Mizuhara-san? Ya ampun, kau cantik sekali!" Seru Haruna dengan mata berbinar.
"Kau berlebihan, penampilan ku tidak terlalu banyak berubah," ujar (Name) berusaha tetap kalem.
"Wajahmu itu memang sudah cantik dari dulu, tapi karena ada sedikit perubahan seperti ini, kecantikannya jadi maksimal!" Cerocos Haruna.
"Sou ka," (Name) menundukkan kepalanya. Telinganya menangkap bisik-bisik lagi. Bukannya tidak suka, ia hanya tidak terbiasa.
Haruna tampaknya peka akan hal itu, ia tersenyum dan langsung meraih tangan (Name).
"Mau kuantar ke kelas?"
***
(Name) akhirnya sampai di kelas berkat bantuan Haruna. Jika bukan karena gadis itu, ia pasti akan dikerumuni oleh banyak orang.
"Ayolah Yukie, telepon (Name)! Ini sudah hampir bel, tapi ia masih belum datang juga!"
"Sudah kubilang, pulsa ku habis, Kaori,"
"Minna?"
Perdebatan kedua gadis itu terhenti, mereka beralih pada orang yang baru saja menginterupsi perdebatan mereka. Mereka tertegun melihat (Name).
"Em, ohayou?" Sapa (Name) canggung. Ia merasakan perhatian semua orang di kelas sedang tertuju padanya.
"Ehh?! Ada apa ini? Kenapa kau cantik sekali?" Seru Yukie kagum.
"Ganti penampilan nih ceritanya?" Tambah Kaori.
"Mamaku tadi iseng mendadaniku saat akan berangkat, jadinya malah seperti ini," ungkap (Name).
"Wahh, tapi serius kau jadi cantik sekali loh," puji Yukie.
"Benar!"
"Iya iya!"
Beberapa teman yang lain menyetujui ucapan Yukie. Sedangkan Kaori hanya tersenyum menanggapi itu.
(Name) mengulum senyum, ia lalu berucap lirih.
"Arigatou,"
"HEY HEY HEY! SELAMAT PAGI SEMUA!"
Perhatian yang tadinya tertuju pada (Name) kini beralih pada Bokuto yang baru saja memasuki kelas. Termasuk juga (Name), gadis itu memperhatikan Bokuto.
"Eh loh, Mizuhara?" Bokuto bergumam sambil menunjuk (Name).
"Haha iya, itu Mizuhara, bagaimana menurutmu?" Tawa Konoha.
Entah kenapa (Name) jadi gugup karena menunggu jawaban dari Bokuto. Tapi yang ditunggu juga tak berbicara sedikit pun. Cowok voli itu hanya diam saja. Sampai akhirnya mereka semua dapat mendengar suara tas jatuh.
"O-oh, maaf," ucap Bokuto canggung sambil memungut tasnya.
'Dia salah tingkah,' batin satu kelas.
"Ohayou,"
Seorang siswa kini masuk kembali. (Name) tercekat, itu pacarnya, Yamada.
"Ada apa nih? Terjadi sesuatu?" Yamada bertanya.
"Hei Yamada! Lihat sini! Pacarmu jadi cantik sekali lho!" Seru Kaori sambil mengangkat tangan (Name).
(Name) diam saja, rasanya ia benar-benar nervous. Yamada melihat ke arah gadisnya. Semua orang di kelas diam, mereka juga ingin tahu bagaimana reaksi Yamada. Jika Bokuto saja bisa se salting itu karena penampilan (Name), bagaimana dengan Yamada yang merupakan pacarnya sendiri? Pasti reaksinya akan lebih menarik kan?
Tapi sayang, bukan reaksi menarik itulah yang ditunjukkan oleh Yamada. Apa yang dikatakan Yamada selanjutnya benar-benar membuat kelas itu kaget.
"Cantik dari mananya? Menurutku biasa saja tuh,"Seisi kelas tercengang mendengar ucapan Yamada. (Name) apalagi, ia merasakan tubuhnya gemetar.
"Oi! Apa maksudmu berkata seperti itu?! Kau tidak bisa menghargai (Name) sama sekali, ya?!" Bentak Kaori. Ia merasa sangat kesal, tidak terima sahabatnya di perlakukan begitu.
"Haha! Kau bercanda? Dari yang kulihat disini, kalian hanya terlalu melebih-lebihkan (Name), padahal masih banyak gadis di sekolah ini yang lebih cantik daripada dia!" Balas Yamada.
"Kau ini!"Kaori maju, hendak memberi pelajaran pada Yamada. Tapi (Name) dengan segera menghentikan nya.
"Kaori, hentikan,""Apa maksudmu, (Name)? Cowok brengsek ini harus diberi pelajaran!" Cetus Kaori.
"Sebagai ketua OSIS, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kekerasan tidak dibenarkan di sekolah ini," ujar (Name) dengan nada tegas.
"Meskipun dia telah menghina mu seperti itu?"
(Name) tersentak, ia menundukkan kepalanya. Tak tahu harus menjawab apa. Jika boleh jujur, sebenarnya ia memang sakit hati mendengar ucapan Yamada tadi.
Bokuto melihat itu semua. Ia berdiri, lalu melompat dengan kaki kirinya sebanyak 4 kali. Sikap Bokuto itu cukup menarik perhatian teman sekelas yang lain. Hanya butuh beberapa detik saja sebelum akhirnya--*duagh!
Bokuto menendang punggung Yamada dengan kaki kanannya. Sontak Yamada langsung terjatuh ke lantai. Seisi kelas menatap Bokuto dengan takjub. Sedangkan Yamada memandang kesal ke arah Bokuto.
"Apa masalahmu, hah?!" Sentak Yamada.
(Name), sang ketua osis yang seharusnya melerai hal itu tak berkutik sama sekali. Ia masih kaget dengan apa yang dilakukan oleh Bokuto. Tepat ketika Yamada hendak membalas, guru mereka datang. Bel memang sudah berbunyi sejak tadi.
"Ada ribut-ribut apa ini?" Nozaki Sensei bertanya. Matanya menatap (Name), seolah meminta penjelasan dari gadis bersurai (h/c) itu.
(Name) tak menjawab, rasa takut menjalar di tubuhnya. Ia merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi. Seharusnya sebagai ketua osis, ia bisa mencegah itu semua terjadi. Tapi entah kenapa, ia tak bisa berkata untuk menceritakan kejadian nya.
Nozaki Sensei melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menghela napas panjang.
"Baiklah, duduk di tempat kalian masing-masing! Pelajaran akan segera dimulai,"
TO BE CONTIUNED
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦
FanfictionBunga itu... Bisa tumbuh dengan indah karena tercukupi dengan berbagai zat. Seperti sinar matahari, udara, zat hara pada tanah, dan juga air. Ya, untuk bisa mekar, bunga memerlukan air jernih. Tapi, apa jadinya jika bunga itu disiram dengan air koto...