Hari sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. (Name) mengunci ruangan OSIS, lalu berjalan sambil mengomel kan sesuatu.
Langkahnya terhenti di depan gedung olahraga milik sekolahnya. Ia tidak mendengar suara decitan sepatu seperti biasanya. Tapi masa bodoh.
Tangan (Name) mendorong pintu gym di depannya. Begitu pintu terbuka, ia tidak melihat siapapun di dalam gym itu. Oh, matanya menangkap dua orang yang sedang mengobrol sambil mendorong pel lantai.
Ia mengenal salah satunya, sang setter Akaashi Keiji. Tapi ia tidak mengenal gadis yang bersama Akaashi. Ya sudahlah, toh juga yang ia cari bukan mereka berdua.
"Maaf mengganggu, apa kalian melihat Bokuto?" Tanya (Name) membuat atensi kedua orang itu beralih padanya.
"Eh, a-aku juga Bokuto sih," gumam gadis bersurai putih mutiara yang bersama Akaashi itu.
"Oh, seitokaichou!" Seru Akaashi begitu mendapati orang yang tadi memanggil mereka. Gadis bersurai putih itu menoleh ke arah Akaashi.
"Ketua Osis?" Bingungnya.
"Kamu belum kenal karena baru masuk sekolah ini, dia itu (Surname) (Name), ketua osis," jelas Akaashi.
"E-eh? Benarkah? M-maafkan aku ketua! Aku tidak tahu!" Gadis itu membungkuk 90°.
'lucu,' pikir (Name) dan Akaashi.
"Ah iya tidak apa, siapa nama mu?" (Name) tersenyum lembut.
"Bokuto (Y/n) desu!" Sahut (Y/n) sambil ikut tersenyum.
"H-ha? Bokuto?" Kali ini (Name) yang bingung.
"(Y/n) itu adik perempuan nya Bokuto-san, Senpai," Akaashi membantu menjelaskan.
"Hee, aku baru tahu," gumam (Name).
Setelah di perhatikan lagi, (Y/n) memang mirip sekali dengan Bokuto. Rambutnya yang putih serta iris matanya yang berwarna emas.
"Senpai, apa kau mencari Bokuto-san?" Tanya Akaashi.
"Oh iya, mana anak itu?" (Name) kembali ingat tujuannya untuk datang ke gym.
"Onii-chan sudah pulang duluan tadi, katanya dia mau mampir ke supermarket dulu. Soalnya hari ini dia yang bertugas untuk belanja di rumah," jelas (Y/n).
"Ah begitu ya, sayang sekali," gumam (Name).
"Apakah ini soal print out klub voli?" Tanya Akaashi. (Name) mengangguk.
"Hanya tinggal klub kalian saja yang belum memberikan print out itu, padahal deadlinenya hari ini,"
"Ah iya ya, Bokuto-san yang memegang print out itu," Akaashi ikut berpikir.
Hening.
"Anoo, kalau memang sepenting itu, bagaimana kalau Senpai ikut ke rumah ku?" Tawar (Y/n).
"Oh, apa boleh?" Ragu (Name).
"Tentu saja tidak apa-apa! Aku malah senang kalau ada yang berkunjung ke rumah!" Sahut (Y/n).
"Itu benar Senpai, sebaiknya Senpai ikut saja ke rumah (Y/n)," dukung Akaashi.
"Em baiklah,"
***
"Maaf ya, aku malah ikut pulang bersama kalian. Padahal kalian pasti inginnya pulang berdua," ujar (Name). Saat ini ia dalam perjalanan pulang bersama (Y/n) dan Akaashi dengan (Y/n) yang berada di tengah-tengah mereka.
"Hee? Senpai ini bicara apa? Bukankah lebih seru kalau lebih banyak orang?" Sahut (Y/n) dengan nada ceria.
(Name) mengulas senyum. Memang sepertinya percuma saja bicara dengan (Y/n), dia gadis yang terlalu positif.
"Akaashi-san gomenna," ucap (Name) pada Akaashi. Akaashi tersenyum mendengar itu.
"Tidak apa-apa, asalkan (Y/n) senang tidak masalah bagiku,"
'bucin,' pikir (Name).
"Kalian sudah berapa lama pacaran?" Tanya (Name).
"Berapa ya? Tiga minggu mungkin?" Gumam (Y/n).
"22 hari," tambah Akaashi.
'd-dia benar-benar menghitung harinya?' batin (Name) bersweat drop.
"Ahahaha, tapi kan kalau digenapkan jadi 3 minggu, Keiji," kekeh (Y/n).
"3 minggu ya... Kalau begitu, kalian pasti sudah ciuman kan?" Tanya (Name) tiba-tiba.
Wajah pasangan itu mendadak menjadi merah. Akaashi mengalihkan kepalanya ke arah lain. Sedangkan (Y/n) sendiri tampak salting dan tak tau harus menjawab apa.
"E-eh i-itu sih... A-anu..."
"Loh, belum ciuman ya? Jadi hubungan kalian sudah sejauh apa?" (Name) malah semakin blak-blakkan. Bukan apa-apa, ia hanya merasa gemas dengan pasangan ini.
"H-hanya gandengan tangan saja kok!" (Y/n) akhirnya menjawab.
"Ahahaha, kalian ini lucu sekali!" (Name) tertawa kecil.
(Y/n) dan Akaashi tak menyauti ucapan itu. Wajah mereka masih merah. Setelah tawanya mereda,(Name) tersenyum pahit sambil memandangi aspal.
"Aku jadi iri dengan hubungan kalian," lirih (Name).
(Y/n) menatap ke arah manik (e/c) milik (Name). Entah kenapa, ia merasa senpainya itu sepertinya sedang tidak baik-baik saja.
"(Name)-senpai daijoubu?"
"Eh? Kenapa bertanya seperti itu?" (Name) mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah (Y/n). (Y/n) dan Akaashi tertegun menatap wajah (Name).
"Aku baik-baik saja kok!" (Name) tersenyum, dengan setitik air di ujung matanya.
To Be Contiuned
Sekedar info aja nih, kisah (Y/n) adik Bokuto yang ada di book ini tu ada di book sebelah lho! Judulnya Boring (Akaashi Keiji)
Kalau penasaran gimana cerita mereka bisa jadian, mampir aja ya!
See u~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦
FanfictionBunga itu... Bisa tumbuh dengan indah karena tercukupi dengan berbagai zat. Seperti sinar matahari, udara, zat hara pada tanah, dan juga air. Ya, untuk bisa mekar, bunga memerlukan air jernih. Tapi, apa jadinya jika bunga itu disiram dengan air koto...