Mekar

336 64 0
                                    

Langit biru terbentang luas, dihiasi awan putih serta matahari yang bersembunyi di baliknya. (Name) menatap semua itu dengan sendu. Seperti biasa, ia selalu ke atap saat istirahat makan siang.

Angin berhembus, menerbangkan sedikit rambut panjang nya. (Name) menutup mata, mencoba untuk berpikir jernih. Tak bisa, masalah tadi pagi masih terus terbayang di kepalanya.

Ia merasa kesal, tapi tak tahu apa alasannya. Entah itu karena ia merasa gagal sebagai ketua osis, atau karena ia tidak bisa mencegah hal seperti tadi terjadi. Yang jelas ia kesal, frustasi juga.

Sedikit risih dengan lensa kontak yang dipakainya, (Name) melepas benda itu dari matanya. Ia memang tidak terbiasa memakai benda itu. Ia memasukkan lensa kontak itu kembali pada kotaknya yang ia bawa dalam saku.

"Sudah kuduga,"

(Name) refleks menoleh ke belakang. Bokuto tersenyum sambil berjalan ke arahnya. Ia berhenti tepat di samping gadis itu. Ia turut memperhatikan lapangan dari tepi atap.

"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku ada disini?" Tanya (Name).

"Eh? Bukannya kau selalu kesini ya saat istirahat siang? Kau sudah begini sejak kelas 2 kan?"

Manik (e/c) (Name) membulat mendengar ucapan Bokuto. Jadi Bokuto tahu soal itu sejak lama? Tapi kenapa?

"Ngomong-ngomong, apakah kau tidak akan menghukum ku?"

(Name) menoleh ke arah Bokuto, wajahnya terlihat bingung.

"Untuk apa aku menghukum mu?" Tanya (Name) balik.

"Itu loh, soal kejadian tadi pagi,"

"Ah itu,"

Hening, angin kembali bertiup.

"Entahlah, aku tidak tahu," (Name) bergumam dengan suara yang sangat kecil.

"Eh? Kenapa begitu?" Bingung Bokuto.

(Name) tak menjawab. Memang, seharusnya ia memberi hukuman untuk Bokuto karena telah melakukan kekerasan. Atau minimal, melaporkan nya ke guru. Tapi entah kenapa, ia tak bisa. Bahkan saat tadi Nozaki Sensei bertanya padanya, ia juga tak menjelaskan apa-apa.

(Name) jadi bingung dengan dirinya sendiri akhir-akhir ini. Otaknya tidak bisa berpikir rasional seperti biasanya. Apa karena ujian sudah semakin dekat? Tidak tidak. Ujian bukan lah hal yang sulit untuk (Name).

"Jadi sebenarnya, aku ini kenapa?"

"Apa?"

(Name) menoleh ke Bokuto. Ia terdiam beberapa saat sebelum menyadari sesuatu.

"Ah, apa tadi aku mengucapkan sesuatu?"

"Iya, kau tadi mengatakan 'aku ini kenapa?' begitu,"

"Sou ka,"

"Kau bisa cerita padaku kalau kau mau? Mungkin aku tidak bisa memberikan solusi yang tepat, tapi setidaknya dengan bercerita kepada orang lain, dapat menenangkan perasaan mu sendiri," tutur Bokuto.

(Name) tertegun, lalu tanpa sadar ia tertawa kecil.

"Pfft, sejak kapan kau jadi bijak seperti itu?"

Bokuto merona, ia segera mengalihkan pandangannya.

"B-bukannya itu adalah kalimatnya Mizuhara? Kau pernah menghiburku waktu aku kalah di pertandingan saat kelas satu," ucap Bokuto.

'Dia... Masih mengingatnya?' Pikir (Name). Gadis itu kemudian tersenyum ranum.

"Begitu ya, kurasa aku tak masalah kalau bercerita pada orang sepertimu,"

𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang