(Name) berjalan pelan sambil menyelipkan helaian rambutnya. Sudah 2 hari berlalu sejak keributan di kelas itu. Semenjak itu, teman-temannya kembali akrab dengannya. Terutama Kaori, Konoha, Yukie, dan banyak lagi. (Name) sangat senang dengan perubahan ini, ia jadi merasa seperti kembali ke waktu dia masih kelas satu.
(Name) tertegun menyadari orang yang sedang berjalan di depannya. Itu Yamada. Sejak kejadian itu, (Name) sama sekali tidak berbicara dengan Yamada. Yamada juga sepertinya tidak mempedulikan hal itu.
'Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyelesaikan semuanya,' pikir (Name).
Gadis itu kemudian menarik lengan Yamada. Yamada menghentikan langkahnya, lalu menoleh sekilas ke arah (Name). Benar-benar hanya sekilas, setelah itu ia langsung melirik ke arah lain."Ada yang harus kita bicarakan," tukas (Name).
"Apa? Seingatku buku PR kimia mu sudah ku kembalikan kemarin,"
(Name) mendecak kesal. Ia menatap Yamada tajam.
"Aku rasa aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi," ujar (Name) tegas.
Yamada melirik kesal ke arah (Name). Ia lalu menghadapkan badannya ke arah (Name).
"Jadi kau merasa dirimu hebat hanya dengan riasan seperti itu?"
"A-apa maksudmu?"
"Kau hanya menggerai rambut, membuka kacamata, dan memakai lip balm, orang-orang itu hanya berlebihan memujimu, harusnya kau tahu kalau yang kau lakukan itu sama sekali tidak menambah pesona dirimu,"
Tubuh (Name) bergetar hebat. Benar-benar penghinaan yang memalukan. Seumur hidup, bahkan orang tuanya tak pernah mengatai nya seperti itu. Dan sekarang? Cowok yang seharusnya paling ia percayai malah berkata hal menyakitkan seperti itu.
"Dan juga, aku tahu kalau kau selingkuh,"
(Name) merasa tubuhnya seperti tersengat listrik. Apakah ia tidak salah dengar?
"Hah? Aku tidak mengerti, bukannya selama ini kau yang selingkuh dari ku?" (Name) mengepalkan kedua tangannya kuat kuat, berusaha menahan emosi nya.
"Ohh, kau mencoba mengelak? Jadi kemarin apa yang kau lakukan di atap bersama Bokuto? Kalian bahkan sampai berpelukan begitu?"
"K-kau melihatnya?"
"Kan? Sudah kuduga, kau memang selingkuh dariku. Sudah salah, malah menuduh orang pula, gadis macam apa kau ini?"
Konoha mengepalkan tangannya kuat-kuat. Saat ini ia sedang mengintip dari balik dinding bersama Yukie dan Kaori. Ia benar-benar marah atas apa yang telah terjadi barusan.
"Tahan, Konoha. Jangan sembarangan mengambil tindakan, kita tunggu saja sebentar lagi," ucap Yukie menahan lengan Konoha yang hendak maju ke sana.
"Menunggu? Kau menyuruhku menunggu sampai bajingan itu mengatakan hal yang lebih parah lagi?" Protes Konoha.
"Sabar, Konoha. Aku yakin (Name) bisa mengatasi situasi ini, dia itu pintar. Lagipula, apa kau lupa kalau sekolah kita sangat disiplin di bidang kekerasan? Kau mau dihukum?" Ucap Kaori.
"Tapi--"
*PLAK!
Ketiga murid kelas tiga itu berhenti berdebat. Mereka kini menoleh pada (Name). Ya, ketua OSIS mereka itu baru saja menampar Yamada. Pipi Yamada tampak memerah akibat tamparan tadi.
"KAU INI BODOH YA? JELAS-JELAS KAU YANG DULUAN SELINGKUH DARI KU KAN?" Sentak (Name) emosi. Gadis itu kini benar-benar sudah di luar kendali.
Yamada terkekeh, ia mengusap pipinya yang baru saja ditampar. Lalu ia memandang (Name) dengan tatapan remeh.
"Huh, dasar cewek brengsek. Kau kira aku memacari mu karena apa, hah? Tentu saja karena aku aku mengincar nilaimu. Sejak awal aku sama sekali tidak tertarik padamu, tahu! Kau kira kau itu gadis yang manis dan menawan? Pfft, tidak sama sekali!"
(Name) tak sanggup berkata-kata. Ia mencoba menahan air mata nya yang hendak keluar.
"Dan sekarang, kau menamparku? benar-benar, dasar wanita jalang!"
Tangan Yamada terangkat hendak menampar pipi putih milik (Name). Tapi sebelum ia sempat menampar, sebuah tangan lain menahan tangan Yamada. (Name) berkedip, ia butuh beberapa detik sampai bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Gadis itu menoleh ke belakang, dan sedikit kaget.
"B-Bokuto?" Gumam (Name).
Bokuto tak menyahut, ia menatap tajam ke arah Yamada. Tangannya mengeratkan pegangan pada lengan Yamada.
"Apa yang ingin kau lakukan, hah?" Tanya Bokuto dengan nada dingin.
"Bukan urusanmu! Kenapa kau selalu saja mencampuri urusan kami?!" Sahut Yamada kasar.
"Kau juga, kenapa kau selalu saja mencoba menyakiti Mizuhara?!" Balas Bokuto.
Yamada mendecih, ia melepas paksa tangannya dari genggaman Bokuto.
"(Name), kau tidak malu berselingkuh dengan pria sepertinya?" Yamada menunjuk ke arah Bokuto.
"Sudah kubilang, aku--"
"Hah? Apa maksudmu selingkuh?" Bokuto bertanya.
"Kemarin kau berpelukan dengan (Name) di atap sekolah kan? Kau kira aku tak melihatnya?"
Bokuto berkedip, ia mencoba mengingat kejadian semalam.
"Oh! Jadi kau yang di balik pintu itu! Aku agak heran kenapa ada yang berciuman di balik pintu, ternyata itu kau ya! Kau bersama Yuzuriha dari kelas 2 kan?" Bokuto menepuk tangannya.
"A-apa? Berciuman?" (Name) menatap Bokuto tidak percaya.
"Iya, kau tidak melihatnya karena kau sedang tidak memakai kacamata waktu itu. Tapi meski begitu, suara nya masih bisa terdengar,"
"Tashikani, aku memang mendengar suara orang berciuman meski agak samar waktu itu,"
"Benar kan?"
Yamada tak kuasa menahan malu. Ia tak menduga kalau Bokuto ternyata menyadari keberadaan nya kemarin. Padahal ia kira, ia bisa balik menuduh (Name), tapi keadaannya justru berbalik.
"Aku tak menyangka kalau kau melakukan hal seperti itu di sekolah," gumam (Name).Ia memandang Yamada dengan tatapan menghina. Seolah-olah Yamada adalah seekor serangga yang menjijikkan.
"Aku tidak sudi menjalankan hubungan ini lebih lama dengan lelaki murahan sepertimu. Maaf, tapi kita sampai disini saja,"
Bokuto tersenyum puas, ia lalu meraih lengan (Name) dan menariknya.
"Ayo pergi dari sini, Mizuhara,"
"Uun,"
"Tunggu! Kau tidak bisa memutusi ku begitu saja! Aku ini cowok terpopuler di sekolah! Kau akan menyesal karena sudah memutusi ku!!"
(Name) berbalik, ia menatap Yamada dengan tajam. Tangan kirinya terangkat, lalu membuat suatu hal yang mengundang kaget Bokuto dan Kaori yang mengintip.
Ketua OSIS mereka mengacungkan jari tengah pada mantan pacarnya.
TO BE CONTIUNED
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦
FanfictionBunga itu... Bisa tumbuh dengan indah karena tercukupi dengan berbagai zat. Seperti sinar matahari, udara, zat hara pada tanah, dan juga air. Ya, untuk bisa mekar, bunga memerlukan air jernih. Tapi, apa jadinya jika bunga itu disiram dengan air koto...