Suka

413 70 4
                                    

"Aku benar-benar tak menyangka kalau Mizuhara akan mengancungkan jari tengah seperti tadi," gumam Bokuto sambil memberikan minuman capuccino kaleng.

"Itu hanya pelampiasan kesal yang selama ini sudah ku tumpuk, dipikir-pikir cukup memalukan juga," sahut (Name) sambil menerimanya. Tangan kirinya merogoh saku, hendak mengeluarkan dompet. Tapi ditahan oleh Bokuto.

"Aku yang traktir," ucap Bokuto sambil tersenyum lebar.

"Kalau begitu lain kali aku akan balas menraktirmu,"

"Eh sebenarnya tidak perlu sih--"

"Aku memaksa,"

"Baiklah, terserah Mizuhara saja,"

(Name) menghabiskan capuccino itu hanya dalam sekali teguk. Ia melemparkan kaleng kosong ke tong sampah, tepat sasaran.

"Oh iya, ngomong-ngomong, aku punya sesuatu untukmu,"

(Name) melirik ke arah Bokuto. Cowok itu tampak mengeluarkan sebuah kertas yang terlipat dari saku jasnya. Mata (Name) berbinar.

"Apa itu kertas print out klub voli?" Tanya (Name).

Bokuto hanya menaikkan kedua alisnya, memandang (Name) dengan tatapan bangga.

"Wahh, otsukare! Akhirnya kau bisa menyelesaikan nya ya, baiklah, berikan padaku," (Name) meraih kertas tersebut. Tapi aneh, Bokuto justru mengangkat kertas itu tinggi-tinggi. Membuat (Name) tak bisa menjangkaunya.

"Bokuto, berhenti bercanda, aku tidak bisa meraihnya," tukas (Name) sambil bangkit dari duduknya.

"Hmm? Kau menginginkan ini kan? Ayo lompat dan ambil!" Ucap Bokuto sambil tersenyum lebar.

(Name) mendecih ia melompat-lompat demi meraih kertas tersebut. Tapi percuma saja, tinggi badan mereka berbeda jauh. Ditambah Bokuto berjinjit, jadi (Name) seperti tidak ada harapan sama sekali.

"Mou! Bokuto, berikan itu kepadaku!" Seru (Name) dengan nada kesal.

"Hehehe, kalau kau sangat menginginkan ini, ayo kejar aku!" Bokuto kemudian berlari.

(Name) berkedip beberapa kali. Berusaha untuk connect. Bokuto berlari-lari di tempat, memandang (Name).

"Kenapa Mizuhara? Kau tidak menginginkan ini?" Tanya Bokuto.

"Tentu aku ingin, tapi kan--"

"Ahh, kau sangat takut jika tidak bisa menyusul ku ya? Oh iya, Mizuhara kan lemah di pelajaran olahraga," ledek Bokuto.

"Hah? Apa katamu?" (Name) mulai terpancing.

"Kau takut jika tidak bisa menyaingi lariku yang cepat kan?"

(Name) mengeratkan kepalan tangannya. Harga dirinya terasa tersentil jika sudah menyangkut prestasi. Bokuto menyadari hal tersebut, ia tersenyum licik, merasa senang karena telah berhasil mengompori (Name).

"Kalau kau merasa bisa, ayo kejar aku!" Seru Bokuto.

(Name) menarik nafas panjang, ia lalu mengambil ancang-ancang untuk mulai berlari.

"Siap-siap saja kau, Bokuto,"

***

"Uwohh! Jadi sekarang Shirogane-chan sudah mendaftar les karate? Hebat sekali!"

"Begitulah senpai! Aku merasa jadi sedikit lebih aman sekarang!"

"Aah, tapi kau pasti akan sibuk di les mu, bagaimana dengan klub cheerleader? Apakah kau akan meninggalkannya?"

𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang