"Baka, hontou baka,"
"Dakara, gomen tte ba!"
(Name) mempercepat langkahnya, sedangkan Bokuto terus mengikuti nya di belakang. Orang-orang di koridor menatap mereka penasaran, tidak biasanya mereka melihat ketua OSIS mereka se marah itu.
(Name) membalikkan tubuhnya, menatap Bokuto dengan tajam.
"Kenapa kau tidak membawa catatan klub? Kau jadi tidak bisa mengisi print out itu kan? Apa sih yang ada di pikiranmu? Kau ingin membuat tugasku semakin berat ya?" Omel (Name) sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Makanya, tadi itu ku bilang--"
"Lupa? Omong kosong, bagaimana bisa kau melupakan barang sepenting itu?" (Name) memotong ucapan Bokuto sambil mendekatkan diri nya ke Bokuto. Refleks saja Bokuto langsung memundurkan badannya. Semua orang di koridor bisa melihat bagaimana pipi sang ace fukurodani itu memerah.
Kecuali ketua OSIS mereka, tentu saja.
"Ne ne, apa jangan-jangan mereka ada hubungan sesuatu?"
"Eeh? Masa sih?"
"Kalau boleh jujur, Mizuhara-senpai itu lebih cocok dengan Bokuto-Senpai loh dibandingkan dengan Yamada-Senpai,"
"Uso! Kau juga berpikir begitu?"
(Name) mendengar semua bisik-bisik itu, tapi ia tidak menghiraukan nya sama sekali. Sudah terbiasa baginya digosipkan seperti itu.
"Bokuto, kalau kau begini terus, kau akan menghambat pekerjaan ku, kau kira hanya kau yang kesulitan? Aku juga akan kesulitan jika pekerjaan mu ini tidak selesai," ujar (Name).
"G-gomen," lirih Bokuto sambil menundukkan kepalanya.
(Y/n) baru saja melangkah ke koridor saat itu. Ia berhenti sekitar 10 meter dari kedua murid kelas 3 itu. Bukannya apa, tapi ia merasakan hawa tak enak dari sana.
'Apa yang terjadi?' pikir (Y/n).
Saat itu, tiba-tiba saja seorang gadis berlari di koridor. Sontak gadis itu langsung menjadi pusat perhatian. Gadis itu tampak menangis, ia langsung memeluk (Name).
'Itu kan... Shirogane-san?' batin (Y/n).
"Shirogane-chan!" Seru Haruna sambil berlari ke arah mereka.
(Name) tampak agak bingung, tapi ia berusaha mengendalikan situasi. Ia mengelus lembut surai gadis kelas 1 itu.
"G-gomenne, Mizuhara-san, kami membuat keributan seperti ini," ucap Haruna sambil membungkukkan badannya.
"Tidak apa-apa, ada apa dengan Shirogane?" Tanya (Name). Tangannya masih terus mengusap surai kecokelatan gadis itu.
Bokuto kini juga diam, ia ingin tahu apa yang sedang terjadi. Begitu pula dengan beberapa siswa yang kebetulan ada di koridor.
"A-ah, soal itu--"
"Senpai, aku takut,"
(Name) menunduk, menatap Shirogane dengan pandangan bertanya.
"Apa yang kau takutkan?" Tanya (Name).
"Ya-Yamada-Senpai,"
(Name) terdiam begitu mendengar nama pacarnya disebut. Kali ini apa lagi masalah yang dibuatnya?
"Begini Mizuhara-san, sepertinya Shirogane-chan dipaksa oleh Yamada-kun untuk kencan dengannya," beritahu Haruna.
Manik hitam (Name) membulat kaget, ia lalu menatap Shirogane.
"Apakah itu benar?" Tanya (Name).
Shirogane melepaskan pelukannya, ia lalu menghapus air matanya menggunakan tangan.
"Iya, padahal aku sudah menolaknya beberapa kali. Tapi ia tetap keras kepala, sampai tadi akhirnya tiba-tiba ia menyudutkanku ke dinding," cerita Shirogane dengan suara bergetar.
Haruna mengusap punggung Shirogane, berusaha menenangkan kouhainya itu.
"Shirogane-chan ini sejak SD selalu bersekolah di sekolah khusus wanita, makanya dia sangat terkejut dengan perlakuan seperti tadi itu," jelas Haruna.
(Name) menatap Shirogane dengan prihatin. Ia bisa membayangkan bagaimana berada di posisi Shirogane. Dipaksa kencan oleh orang yang tidak disukai, ditambah lagi itu adalah kakak kelas. Pasti rasanya sangat tertekan.
(Name) memegang kedua bahu Shirogane, menatap nya lembut.
"Aku tahu mungkin perkataan ku ini tidak masuk akal, tapi tolong maafkan perbuatan nya," ucap (Name).
"Tidak! Kenapa malah kau yang meminta maaf, Mizuhara-san?" Protes Haruna.
"I-itu benar, aku sama sekali tidak mengharapkan permintaan maaf dari Senpai," ucap Shirogane pula.
(Name) melipat kedua tangannya sambil menarik salah satu alisnya. Seolah bertanya.
'Jadi apa yang kalian ingin kan dariku?'
"Maaf Senpai, kurasa aku tadi terlalu panik, sehingga tiba-tiba saja langsung memelukmu. Aku--"
"Mencari seseorang yang dapat memberikan rasa aman, aku mengerti," (Name) memotong ucapan Shirogane.
"M-maafkan aku, Senpai," Lirih Shirogane sambil memandang ke bawah. Bagaimanapun juga ia merasa dirinya sangat tidak sopan telah menangis di pelukan (Name).
(Name) mengabaikan permintaan maaf itu. Ia sama sekali tidak merasa risih dengan perbuatan Shirogane tadi. Ia maklum adanya.
"Kimijima-san, kau harus menjaga Shirogane baik-baik, kalau sampai dia diganggu oleh Takumi lagi, beritahukan kepada ku," ucap (Name).
"H-ha'i!" Sahut Haruna.
"Dan kau Shirogane,"
Shirogane mengangkat kepalanya, menatap (Name).
"Sebaiknya kau mulai belajar bela diri untuk menghindari lelaki brengsek seperti Takumi,"
"Wa-wakatta Senpai! Aku akan ikut kursus karate mulai sekarang!"
(Name) tersenyum, lalu ia mengusap pucuk kepala Shirogane.
"Baguslah,"
"Kalau begitu kami permisi dulu, Mizuhara-san, sekali lagi maaf atas keributan yang telah kami buat," Haruna menundukkan kepalanya diikuti oleh Shirogane.
"Ah iya, tak apa,"
Haruna dan Shirogane pun pergi dari sana. Shirogane kini sudah mulai bisa tersenyum walaupun sangat tipis. Ia melambaikan tangan kepada (Name).
"Meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan orang lain?"
(Name) menoleh ke arah Bokuto yang tadi berbicara. Sedangkan Bokuto kini menatapnya datar.
"Siapa yang bodoh sekarang?"
To Be Contiuned

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐥𝐨𝐨𝐦
FanfictionBunga itu... Bisa tumbuh dengan indah karena tercukupi dengan berbagai zat. Seperti sinar matahari, udara, zat hara pada tanah, dan juga air. Ya, untuk bisa mekar, bunga memerlukan air jernih. Tapi, apa jadinya jika bunga itu disiram dengan air koto...