.
.
.
Mobil hitam sedan udah terparkir rapi dihalaman rumah sederhana milik kakek tua.
Kakek aba namanya.
Gempa yang pertama kali turun dan langsung lari masuk kedalam rumah kakeknya.
"Kebiasaan si Gempa, barangnya kita mulu yang bawa" omel Taufan, dan bikin Halilintar ikutan naro barangnya disamping Taufan.
Taufan natap bingung si kakak. Ngapain coba ngasih Taufan koper besarnya Hali?
"Bawain, gue masih kesel ya sama lo"
Jadi, masalah kemarin tentang skeatboardnya Taufan itu ternyata dipinjam Blaze, bukan Hali. Ya salahin aja kenapa wajah mereka mirip padahal bukan kembaran, malah sama sama suka make baju merah lagi.
Tapi kan badannya bisa dibedain Fan...
Dan Taufan cuma cuek bebek, ga peduli sama Halilintar yang ngomel. Jadi ya, balas sekarang aja.
Waktu Taufan mau protes, dipotong sama Hali, "Atau gue bilang yang setaun lalu ke ayah?"
Taufan langsung kicep, setelahnya ngegeram kesel dan dengan ga ikhlas narik koper kakak sama adiknya.
"Liat aja kalian berdua"
Tetep aja, mulutnya masih ngomel.
"Kakeeeek" emang ya, antara anak ayah itu Gempa yang paling deket sama kakeknya. Dia lari terus meluk kakeknya. Ga erat erat kok.
"Cucu kakek, apa kabar?"
Gempa ngelepasin pelukannya dan salam ke kakeknya. "Alhamduillah baik kek, kakek sehat sehat aja kan?"
Kakek ngangguk, terus nerima salam Hali. "Kek, kita numpang tinggal disini ya, maaf kalo nanti Taufan ngerepotin"
Taufan yang baru masuk sambil nyeret tiga koper melotot. Dia baru masuk loh padahal, kenapa malah digituin. Kan sedih:(
Alay.
"Lo kalo punya dendam sama gue bilang aja, ga gini juga amato!"
"Lo juga amato!"
"Ayah yang Amato"
Taufan sama Hali langsung kicep denger ayah bilang gitu. Ayah masuk sambil nenteng kue sama buah ditangannya, yang sempet mereka beli dijalan tadi.
"Yahay mampus" Gempa udah duduk dikarpet, disebelah kakek pastinya. Disusul ayah yang juga duduk disebelah kakek.
"Assalamu'alaikum yah"
"Wa'alaikumussalam" ayah salam dulu sama kakek, terus bincang bincang kangen karna lama ga ketemu.
Sampe keinti pembicaraan,
"Maaf ya yah, amato nitip anak bujang disini, biar bisa adaptasi sama kota besar" ucap ayah. Kakek ketawa kecil. "Ini mah pelosok to" jawab kakek.
Memang sih, rumah kakek itu dipedalaman, tapi tetep masuk kategori kota padang kok. Dan sekolahnya juga ga terlalu jauh dari rumah kakek.
"Padang juga namanya yah" balas ayah lagi, dan bikin kakek ketawa. "Yaudah gapapa, biar enakan juga mereka belajarnya"
Sedikit info, pekarangan sama rumah kakek itu luas meski rumah kayu, ada rumah pohonnya juga yang bikin nyaman, dan itu jadi tempat favorite Gempa sama Solar buat belajar. Adem sih.
"Makasih yah, amato balik dulu, berkas masih numpuk" kata ayah, kakek ngangguk. Waktu liat keadaan dua anak sulungnya, bikin tiga orang lainnya menggeleng. Masih tengkar ternyata.
Akhirnya ayah keluar sama kakek, dan Gempa. Mau pamit ceritanya.
"Hati hati dijalan yah" ucap Gempa sambil salim. Ayah ngangguk dan ngusap kepala Gempa yang ketutup tudung jaketnya.
Terus gantian, ayah salam sama kakek, "Titip bujang ya yah"
"Iya, hati hati, kirim salam buat menantu sama cucu ayah"
Ayah ngangguk, pas mau masuk kedalam mobil, ada yang manggil dia.
"Ayah tunggu!!"
Hali sama Taufan ternyata. Mereka lari barengan dan rebutan salam sama ayah.
"Gue dulu! Gue lebih tua dari lo!"
"Gue! Ngalah dong sama yang lebih kecil"
Amato noleh ke Gempa, Gempa pun ngangguk dan nepuk keras kedua pundak kembarannya.
"Salam doang ribet banget, besok noh keneraka baru rebutan"
Dua kakaknya ngedelik ngeri ke Gempa, dan akhirnya Hali ngalah. Jadi Taufan duluan yang salam.
"Hati hati yah" ucap Hali, ayah senyum dan ngangguk, terus nepuk pundak Hali dua kali, "Jaga adek adek kamu ya, kalau kamu capek mereka yang bakal tetap ada buat kamu"
Hali tau, itu nasehat ayahnya buat ga berantem terus sama Taufan. Hali senyum, gamau jawab lebih. Ayah mendekat, dan bisikin sesuatu buat Hali. Dan bikin Hali sedikit melenturkan senyum.
"Ayah pamit, hati hati kalian, jaga kakek ya"
Abis itu ayah benar benar masuk kedalam mobil. Dan pergi ninggalin pekarangan rumah kakek.
"Dia benar benar menyayangi kalian"
Tiga bujang yang akan beranjak SMA itu kompak noleh ke kakek.
"Sayang darimana kita dibikin nyusahin kakek" kesal Taufan. Pasalnya, dia masih kesel sama ayah yang ternyata semalam sibuk ngegoda dia tentang cerita gurunya.
Yakali Taufan yang dikenal pinter sama adek adeknya malah jadi pembimbing guru yang harus ikut kesana kesini, sebagai hukuman karna tugas bahasa yang selalu kosong.
Kalo kata Taufan,
"Mending gue ngerjain seratus soal matematika dibanding satu soal bahasa"
Oke kembali kekenyataan.
"Ga nyusahin kok, kakek malah seneng. Ayo masuk dulu, beresin barang barang kalian dikamar biasa, pasti capek kan?"
Tiga bujang itu ngangguk, dan masuk kekamar mereka. Mau istirahat.
Cape.
.
.
.
Komenmu semangatku, votemu moodku. Jdi jangan lupa voment sayang sayangku~
KAMU SEDANG MEMBACA
[00] Kisah Tiga Bujang Tampan . melokal
Sonstigeskisah ini berawal dari mereka, si tiga bujang tampan ini mau masuk sekolah menengah atas. mereka disuruh merantau sama bapaknya ketempat kakeknya, dipadang. berisi tentang lika liku kehidupan si anak kembar tiga, ada recehnya, ada galaunya, ada ada...