Chapter 20 : A Funeral

2 0 0
                                    

#20 Her Parent's Funeral

Julia menatap nanar ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam. Ia berbaring malas di atas kasur dengan kedua tangan terentang. Matanya kembali menatap ke langit-langit kamar Fivy dan bergeming juga tak bersuara. Rumah ini terasa begitu sepi dengan tidak adanya keluarga Bryant karena adanya kunjungan ke rumah nenek yang ada di negara lain. Mereka segera dijemput oleh ayah mereka yang baru pulang dari kerjanya dan mengusulkan untuk membawa keluarganya dengan kapal kerjanya ke negara tempat nenek Bryant berada yang ada di negara sebelah yang terpisah oleh lautan. Nyatanya keluarga ini blasteran karena pertemuan tidak terduga antara ayahnya dan ibunya di pelabuhan Courte di masa lalu. Bahkan Fivy tidak sempat membawa boneka kesayangannya karena kedatangan ayahnya yang tiba-tiba.

Azure tidak meninggalkan Julia sedetik pun. Sekali pun ia bertanya mengapa gadis itu lebih pendiam hari ini, tak ada jawaban apa pun dari mulut Julia yang terkatup. Azure menghela napas dan melemparkan pandangannya keluar jendela. Posisinya sekarang ini adalah setengah duduk di kusen jendela yang terbuka dengan setelan jas putih yang biasa ia pakai ketika dalam model bonekanya. Rambut Azure yang berwarna hitam dengan ujung berwarna kilauan lazuardi tersebut bergoyang-goyang terhembus oleh angin malam. Pria itu menikmati malam tahun baru yang cerah hari ini.

Di sudut jalanan yang jauh, Azure dapat melihat kumpulan orang yang tengah meramaikan malam tahun baru dengan memanggang barbeku di teras rumah mereka yang luas. Daging panggang itu berdesis dan mengeluarkan aroma yang menggoda. Dan di sudut jalan lainnya, terdapat kerumunan orang yang tengah bermain petasan dan juga mempersiapkan kembang api mereka untuk malam puncak tahun baru nanti. Mereka tidak peduli seberapa dingin hawa di luar dan tetap melakukan kegiatan mereka yang mengasyikkan.

Azure menghela napas untuk ke sekian kalinya dan berpaling menatap ke dalam. Ia menatap Julia yang terduduk di pinggir ranjang dan terkejut. "Eh, apa kau sudah terpikirkan untuk pergi ke suatu tempat?"

Julia menundukkan kepalanya semakin dalam hingga dagunya menyentuh pangkal lehernya. "Kau mau ikut denganku?"

Azure mengulas senyum sambil melirik ke kanan. "Kemana pun. Apa kita tidak menemui Rolfie malam ini?"

Julia menggeleng. "Tidak hari ini. Dia mengambil cuti hari ini dan berangkat ke rumah neneknya untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya. Dia akan pulang seminggu setelahnya."

"Benarkah? Kau hebat sampai tahu sedetail itu. Jika tidak bertemu Rolfie, kemana kita pergi sekarang?" Azure turun dari kusen jendela ketika Julia berjalan mendekatinya.

"Ini hal yang sudah terjadi sejak lama, jadi kau pasti sudah tahu kapan kematian penyihir putih kan, kak?" Kata Julia sambil menatap langit malam tan berawan hari ini.

Azure berpikir dan mengingat. "Penyihir putih ditemukan mati 13 tahun yang lalu ketika tengah melaksanakan misi mereka membantu pencarian jejak penyihir hitam di dunia manusia. Dia mati bersama dengan istri tercintanya di malam tahun baru."

"Iya, kau benar, kak. Nama penyihir putih itu adalah Almer Ametysiust dan istrinya, Juliana Ametysiust. Mereka adalah kedua orang tuaku. Dan hari ini adalah..."

"...Hari kematian mereka berdua." Lanjut Azure untuk kalimat Julia. Ia menatap mata gadis itu dan tatapan mereka berserobok. Jika alasan kemurungan gadis itu adalah karena hari kematian orang tuanya, tidak heran jika gadis itu bersikap seperti itu seharian ini. "Baiklah. Kau ingin mengunjungi makam kedua orang tuamu malam ini- Tidak, kau mengajakku untuk mengunjungi orang tuamu malam ini. Apa perlu membawa sesuatu?"

Julia menatap kedua telapak tangannya. "Biasanya aku membawa bunga gladiol ungu untuk kedua orang tuaku. Aku harus membelinya di toko terlebih dahulu."

The Doll in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang