Chapter 21 : Julia's Little Brother

2 0 0
                                    

#21 Julia's Little Brother

"Jika aku memberitahukannya, apa kau mau menjawab pertanyaanku sebagai gantinya?"

Julia berpikir sambil memajukan bibirnya. Ia memiliki sesuatu yang tidak bisa ia jawab jika ditanyakan. Tapi jika ia memberitahukannya, itu akan menguntungkan baginya. "Kenapa harus begitu? Kau kan membantuku, kenapa aku harus membayarnya kembali dengan informasi yang aku dapat untuk itu?" Tanya Julia mencurigai Azure.

Azure tersenyum sambil mendengus. "Aku termakan rasa penasaran, Hazan. Kau membuat jalan hidupmu sendiri menjadi sulit alih-alih mempermudahnya. Kau kebingungan karena aksimu sendiri dan kesulitan karenanya juga. Aku tidak habis pikir dengan alasanmu melakukannya."

"Alasanku menyelesaikan hal ini dengan sihir? Seperti membalikkan waktu yang menjadi keahlianku?"

"Tepat sekali."

"Jika aku melakukannya, aku akan melanggar ketiga asas penyihir. Kau ingin aku mendapatkan lebih dari satu hukuman, kak? Hukuman dari ayah angkat sendiri itu lebih dari biasa."

"Kau sudah melanggarnya sekali, lalu kenapa kau berhenti? Lagi pula sihirmu akan memperbaiki kesalahanmu yang sebelumnya. Ayahmu sendiri juga pasti dengan berat hati memberimu hukuman, tapi sendirinya tidak rela melihat anak asuhnya dihukum oleh orang lain. Lalu aku yakin, yang membuatmu melakukan sihir kepada Rolfie adalah Rolfie sendiri, kan?" Tebak Azure lalu menatap tepat ke dalam mata Julia untuk menemukan kebenarannya. "Rolfie yang memintamu, kan? Apa yang ia katakan di hari pertengkaranmu hingga membuatmu mengiyakannya?"

Julia bergeming dan membisu sambil menekuri tanah. Ia tidak ingin menatap mata Azure yang terarah kepadanya.

"Hubungan kalian didasari oleh kepercayaan, jadi sudah pasti jika kau berjanji tidak akan pernah memberikan sihir apa pun kepada kekasihmu. Dan tiba-tiba kau menyihir ingatan Rolfie daripada memilih jalan yang lebih mudah dengan meluruskan kesalahpahaman. Jika kau tidak menjawab pertanyaanku, aku akan menebak perkataan Rolfie di hari itu," Jeda Azure dengan bergumam panjang ketika berpikir. Julia dengan ragu-ragu melirik Azure dengan sudut matanya. "Karena perusak hubungan kalian adalah Alfind, pasti masalahnya adalah kecemburuan. Dia pasti marah, tapi salah melampiaskannya. Aku tak menyangka jika orang setenang Rolfie dapat meledak-ledak. Mungkin ucapannya adalah 'Kalau kau sebegitunya tidak ingin denganku, maka-'"

Julia segera membekap mulut Azure dan mendorongnya hingga punggungnya di atas permukaan duduk kursi. Julia yang ada di atasnya menahan air matanya yang akan tumpah. Pandangan matanya dikaburkan oleh air matanya sendiri. "J-jangan, jangan menebak apa pun lagi. K-kau tidak salah.."

Kedua mata Azure melebar karena terkejut. Ia tidak menyangka gadis itu akan membekap mulutnya langsung dengan menahan air matanya yang akan tumpah alih-alih menangis. Tapi Azure berpikir dengan melirik ke arah pemakaman yang diterangi banyak kunang-kunang. Jika ada orang yang melihat mereka dalam posisi sekarang ini, pastilah mereka akan salah paham. Namun untuk mengatakan hal itu kepada Julia pun ia tidak bisa karena mulutnya dibekap kuat-kuat oleh telapak tangan Julia. Ada sebuah naluri nakal yang membuatnya ingin melanjutkan suasana yang ada, namun Azure masih memiliki akal sehat untuk itu. Tangannya memegang tangan Julia dan gadis itu melonggarkan bekapan di mulut Azure. "Jika kita terus berlanjut seperti ini, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan kepadamu setelahnya."

Julia tersentak dan kembali ke posisi duduknya yang semula. Ia menutupi rasa malunya dengan marah.

Azure melihat wajah dan telinga Julia yang memerah lalu bangkit untuk duduk. Azure mengulum senyum. "Iya, iya, maaf. Aku terlalu banyak berpikir tentang itu. Tapi aku hanya perlu tahu alasanmu melakukannya. Itu saja."

Julia menekuri tanah untuk memikirkan jawabannya. "Kau benar, kak. Aku berjanji kepadanya untuk tidak menggunakan sihir kepadanya tanpa seizinnya. Dan untuk pertengkaran hari itu, dia menyuruhku untuk menghapus semua hal tentangku dari kepalanya. Kau pasti tahu seberapa besar kebenciannya kepadaku hingga ia bisa mengatakan sesuatu seperti itu." Julia mengusap air matanya yang mengalir dengan telapak tangannya.

The Doll in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang